Semua Bab THE DEVIL WIFE: Bab 61 - Bab 70
97 Bab
61. SURAT DARI THEO
Hari itu sepulang Gibran mengantar Mirella kembali kekediaman Reno, dia mendapati beberapa orang polisi datang kekediamannya untuk menanyakan perihal kejadian yang menimpa Revan karena pasca sadar dari pingsannya, lelaki itu mengatakan bahwa dirinya sedang berada di apartemen Gaby kemarin malam.Hingga setelahnya, sesuai cerita karangan yang sudah dirancang oleh Gibran dan Frans dkk, Gibran pun membantu Gaby menjelaskan duduk perkaranya dengan menitikberatkan Revan sebagai terduga bersalah karena sudah hampir memperkosa Gaby.Pengakuan Gibran tersebut diperkuat dengan adanya bukti cakaran di tubuh Gaby yang mereka percaya itu adalah perbuatan Revan.Untungnya, Xavier adalah salah satu pengusaha besar yang memiliki relasi orang dalam di apartemen yang dihuni Gaby sehingga dia bisa menghapus bukti dan jejak berupa rekaman CCTV ketika mereka mendatangi apartemen Gaby beramai-ramai.Hal itu jelas memuluskan re
Baca selengkapnya
62. RENCANA JAHAT!
Flash back on...Gibran baru saja terbangun dari tidur ketika dia mendapati ponselnya berdering.Masih dengan mata yang memicing dan sesekali menguap Gibran meraih ponsel dengan ujung jarinya dan mengintip siapa nama yang tertera di layar ponsel miliknya.Nama Reno tertera di sana.Gibran segera mengangkat."Apa? Theo melukai Mirella lagi?" Pekiknya setelah mendengar suara Reno di seberang.Gibran sontak merubah posisinya yang semula masih berbaring nyaman di ranjang menjadi duduk. Sepertinya dia benar-benar terkejut hingga membuatnya sempat terbengong. Seolah apa yang baru saja di dengarnya itu hanyalah mimpi.Dia baru terbangun dan langsung mendapat kabar buruk tentang Mirella. Hal itu sangat membuat Gibran khawatir hingga lelaki itu tak ingin menunggu untuk langsung berangkat menuju kediaman Reno.Bahkan tanpa
Baca selengkapnya
63. MENEMUI THEO
Gaby sudah menunggu kurang lebih dua jam di lokasi yang dijanjikan Theo namun sosok yang dia tunggu tak juga menunjukkan batang hidungnya.Jemari Gaby dengan kukunya yang bercat merah terus mengetuk meja tanda dia mulai bosan. Kepala wanita itu celingukan mengamati kesekeliling kafe yang dia datangi malam itu.Suasana kafe tampak sepi.Lokasi yang memang sangat cocok untuk dijadikan tempat pertemuan rahasia. Selain tempatnya yang terpencil, kafe ini jauh dari keramaian.Seorang lelaki berjaket kupluk dengan wajahnya yang tertutup masker terlihat memasuki kafe dan berjalan ke arah Gaby. Karena memang hanya ada dirinya di kafe itu, Gaby langsung berpikir bahwa lelaki itu adalah Theo.Dari postur tubuhnya yang tinggi besar dan model rambut gondrong yang terikat asal di atas kepalanya, seolah memberi kesan bahwa lelaki itu tak pandai merawat diri. Bahkan penampilannya sangat berantakan.
Baca selengkapnya
64. SEBUAH KISAH TENTANG MASA LALU
Kedatangan Gaby disambut baik oleh security yang berjaga di rumah mewah bernomor 103 itu. Gaby diantar masuk ke dalam dan diarahkan menuju sebuah ruangan besar yang terletak di lantai dua. Tok-tok-tok! Sang security mengetuk pintu ruangan dan memberitahu. "Bos, Non Gaby sudah datang," katanya setengah berteriak. Tak lama pintu itu dibuka dari dalam oleh seorang lelaki berseragam hitam. Garis rahang yang tegas dan rambut hitam legam yang tersisir rapi. Lelaki itu tersenyum pada Gaby. Untuk sejenak, Gaby sempat terpana melihat senyuman mempesona milik lelaki yang Gaby tebak berumur di kisaran angka 30 tahunan itu. Meski hal itu tidak berlangsung lama karena setelahnya perasaan takut kembali mendominasi benak Gaby. "Silahkan masuk Nona Gaby, Bos kami sudah menunggu anda," ucap lelaki tampan berseragam hitam itu. Dia mempersilahkan Gaby masuk. Gaby tahu
Baca selengkapnya
65. SEAN ANDREAS
POV Sean AndreasHari ini adalah hari penting dalam hidupku.Di mana akhirnya aku bisa bertatap muka langsung dengan satu-satunya saudara kandung yang aku miliki.Hidup dalam pengasingan selama belasan tahun cukup membuatku mengerti betapa pentingnya arti sebuah keluarga dalam kehidupan.Ibuku, satu-satunya keluarga yang aku kenal dan aku miliki telah pergi untuk selama-lamanya saat usiaku baru mencapai belasan tahun.Selama itu juga, beliau telah menitipkan aku ke sebuah panti asuhan di Amerika. Setiap satu Minggu sekali beliau mengunjungiku dan membawakan aku banyak mainan.Beliau mengatakan bahwa banyak sekali orang jahat di luar sana yang ingin mencelakakan aku itulah sebabnya beliau menyembunyikan aku dari dunia.Waktu berjalan membawaku pada fase di mana aku mulai ingin tahu bagaimana sebenarnya sosok ayah dalam hidupku hingga suatu
Baca selengkapnya
66. FAKTA GILA
"Maafkan Ayah Gaby... Maafkan Ayah..." Tangis Freddy semakin pecah. Lelaki paruh baya itu berlutut di hadapan Gaby dan Theo."Tuan, bangunlah. Jangan seperti ini," Theo buru-buru membantu Freddy untuk bangkit. Dia memapah Freddy ke sofa. Freddy tampak memegangi dadanya. Napas lelaki itu tersengal dan mulai terputus-putus."Sepertinya anda perlu minum obat, Tuan," ucap Theo yang lekas mengambil sebuah kotak obat, lalu mengeluarkan sebutir obat dari sana dan memberikannya pada Freddy.Saat itu Gaby masih di sana. Kelopak mata wanita itu membelalak saat melihat kotak obat yang dipegang Theo, bukankah itu obat yang sama dengan obat yang selama ini selalu di minum oleh Gibran?Gumam batin Gaby.Apa itu artinya...Gaby kembali berpikir."Apa Om menderita penyakit jantung?" Tanya Gaby dengan intonasi suaranya yang menurun drastis."Ya, T
Baca selengkapnya
67. EVERYTHING WILL BE FINE
Melihat perubahan raut muka Gaby yang mendadak pucat setelah Theo memperdengarkan isi rekaman percakapan antara dirinya dengan Reno membuat Theo cukup khawatir.Lelaki itu beringsut mendekati Gaby untuk memastikan keadaan wanita itu. "Kamu baik-baik saja Gaby?" Tanya Theo saat itu.Gaby terus berusaha untuk tetap tenang, namun serentetan fakta yang baru saja diketahuinya membuat kepalanya tiba-tiba pusing.Cekatan Theo memberikan Gaby air minum agar keadaan Gaby bisa lekas membaik.Gaby terlihat sangat syok bahkan saat dia memegang gelas tangan wanita itu gemetaran."Aku... Aku tidak percaya dengan semua ini," gumam Gaby yang mulai kembali terisak.Theo tersenyum getir. Semua kenyataan ini memang sulit untuk diterima oleh akal sehat, tapi memang itulah yang terjadi sekarang. Mau tidak mau, suka tidak suka, Gaby harus bisa menerimanya."Bagaimana kalau terj
Baca selengkapnya
68. MAYAT TANPA KEPALA
Hari itu, semua telah dipersiapkan.Segala persyaratan pernikahan telah terpenuhi.Wali hakim sudah tersedia.Pihak keluarga pun sudah tiba, meski hanya segelintir.Dari pihak Mirella hanya dihadiri oleh Hakim dan Nurul yang merupakan Om dan Tante Mirella dari Bandung. Sementara dari pihak Gibran hanya dihadiri oleh adik Gibran yang bernama Dinzia dan sepupu laki-laki Gibran yang bernama Akmal.Kedua orang tua Gibran memutuskan untuk tidak hadir karena memang Hardin yang melarang istrinya untuk hadir. Susah payah Gibran berusaha menghubungi keduanya sejak tadi malam baru tadi pagi Yura, sang Ibu menjawab teleponnya."Maaf Gibran. Sebenarnya Mama ingin sekali datang ke sana, tapi Mama tidak bisa melakukan banyak hal jika Papahmu sendiri yang melarangnya. Mamah sudah merestui pernikahan kalian. Mamah percaya kamu bisa menjadi lelaki yang bertanggung jawab terhadap istri-istrimu kelak, jangan kecewakan Mamah ya Gibran?"Itulah pesan Yura
Baca selengkapnya
69. MANGSA BARU
Flashback On...Cukup lama Gaby menangis malam itu ditemani Theo di sisinya.Theo mengajak Gaby beranjak dari taman untuk kembali masuk ke dalam rumah karena cuaca malam semakin dingin."Malam ini kamu bisa menginap di sini. Ini kamarmu, selamat beristirahat," kata Theo saat dia mengantar Gaby ke kamar tamu. "Oh ya, pastikan ini malam terakhir kamu menangis, jadi menangislah sepuasnya, karena hari esok aku tidak ingin melihat adikku menangisi lelaki bodoh macam Gibran lagi, oke?" Tambah Theo sebelum dia menutup pintu.Gaby tersenyum tipis, lalu mengangguk.Theo tersenyum dan keluar dari kamar dengan menutup pintu.Lelaki itu hendak memasuki kamar pribadinya ketika ponselnya tiba-tiba saja berdering.Nomor baru memanggil, tapi Theo tahu persis itu nomor siapa.Tanpa berpikir dua kali, Theo pun mengangkat telepon it
Baca selengkapnya
70. KEJADIAN DI GUDANG BELAKANG
Setibanya di kantor Gibran dikejutkan dengan kehadiran Dinzia di ruangannya.Adik bungsunya itu tampak asik menyantap sarapan yang baru saja dibelikan Edward untuknya."Loh, Zia? Kok kamu ada di sini?" Tanya Gibran terheran-heran.Dinzia menyuap suapan terakhir sarapannya lalu meneguk susu kemasan yang juga disediakan oleh Edward.Tatapan Gibran sempat tertuju ke Edward yang hanya mengedikkan bahu saat itu.Gibran melangkah ke sofa yang diduduki Dinzia dan mendudukinya juga. Lelaki itu mengulang kembali pertanyaannya hingga Dinzia pun menjawab."Shubuh tadi Dinzia keluar dari rumah Kakak dan janjian sama Kak Edward di sini. Kak Edward bilang hari ini Kakak bakal masuk kantor, makanya Zia ke sini," jawab remaja itu dengan logat polos dan santainya."Tapi Kakak pikir tadi kamu masih tidur di kamar," balas Gibran masih tidak habis pikir. Ada apa dengan Dinzia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status