Semua Bab Babu Kumal VS CEO Kutub Utara: Bab 51 - Bab 60
71 Bab
Kejutan Di Balik Pintu
“Gila kamu Cho! Aku tuh udah nikah, gimana ceritanya kamu lamar istrinya orang!” seru Terryn sambil memundurkan badannya hingga rapat di sandaran kursi. “Aku terima  kasih banyak kamu sudah pakai jasa aku untuk mendesain rumah impian kamu tapi hubungan kita sebatas klien aja, Cho. Carilah perempuan lain yang lebih sepadan untukmu.” “Sayangnya aku kesulitan menemukan yang seperti kamu, Terryn. Kamu adalah sosok ideal idaman untuk dijadikan istri. Tolong pikirkan lagi, aku belum percaya jika kamu itu istri seseorang.” Jericho menatap Terryn dengan serius. Desta masih menunggu reaksi Terryn, kamera ponselnya masih merekam percakapan keduanya. Sahabat Deva itu sangat berharap jika Terryn masih teguh pendiriannya untuk menyebut dirinya seb
Baca selengkapnya
Insting super seorang ibu
Jang Nara memalingkan wajahnya sambil menepuk dahi pelan. kedua ibu itu dipersilakan masuk oleh Terryn. Jang Nara bergegas masuk menuju dapur dan mencoba menyiapkan segala pertanyaan yang pasti akan diajukan oleh ibunya yang super teliti. “Yang tadi itu siapa, Yin?” tanya ibu mertuanya yang sekilas melihat punggung Jang Nara menjauh. Ibu Imelda melongo memanjangkan lehernya berkali-kali untuk mencari sosok yang tadi dilihatnya. “Ouh, itu Nara, ponakan bi Ira yang gantikan bi Ira sementara, ” jawab Terryn sambil ikut melongo ke arah dapur. “Penampilannya kok aneh gitu, Yin?” Ibu Imelda kemudian duduk dengan tenang menatap menantunya. “Kok bisa siih Yin Sayang kamu pergi gitu
Baca selengkapnya
Jericho VS Jang Nara
“Non Terryn mencari Nara?” tanya Jang Nara dengan nafas memburu dan dahinya yang basah karena keringat. Dia tiba tepat waktu saat Terryn hendak mendekati lemari pakaiannya. “Kamu dari mana sampai ngos-ngosan begini?” Terryn mengamati wajah Jang Nara dan jempolnya segera mematikan sambungannya pada nomer ponsel Deva. “Dari kebun, Non. Petik daun singkong buat masak sayur karena lauk kita udah habis.” jawab Jang Nara sambil mengelap dahinya dengan punggung tangannya. “Non cari Nara?” Jang Nara mengulangi lagi pertanyaanya karena dia menemukan Terryn berada dalam kamarnya. Terryn mengangguk pelan.“Aku sepertinya ketagihan dengan pijatanmu kemarin, boleh aku dipijat lagi?”
Baca selengkapnya
Trauma Terryn
“Non Terryyyn! Perasaan tadi Nara menggeleng yang artinya tidak, kenapa Non iyakan tawaran tuan Jerichooo?” bibir Jang Nara membulat dan ekspresinya sangat kesal pada keputusan Terryn. Mereka masih berada di ruang tamu sepulangnya Jericho. “Yaa saya gak enak aja Nara, sebenarnya Jericho itu orangnya baik kok, cuma memang rada-rada tukang pamer.” Terryn terkekeh karena tahu isi kepala Jang Nara yang tidak suka pada Jericho. “Harus banget yaa kita berdua ke sana?” tanya Jang Nara ragu sambil memilin ujung rambutnya. “Aku penasaran pengen ketemu sama arsitek vila itu, rancangannya jadi buah bibir seantero desa, katanya vilanya bagus banget.” Terryn menghabiskan teh bunga mawar yang tadi dibuatkan Jang Nara. 
Baca selengkapnya
Permintaan Terryn
Tubuh Terryn melorot terkulai lemas dan dengan sigap Deva menangkap istrinya, diangkatnya tubuh Terryn yang bagai seringan daun dalam pelukannya. Desta memberi jalan kepada Deva agar Terryn dibawanya pulang kembali ke rumah. Pak Suwiryo berkali-kali minta maaf atas kejadian ini, begitu pula dengan Jericho yang tak menyangka jika undangan makan malamnya ini justru berujung petaka bagi Terryn. Desta membukakan pintu mobil dan menemani Deva untuk pulang. Tegas dia mengatakan kepada Jericho sebelum mereka meninggalkan tempat itu jika Terryn adalah istri dari Deva Danuarta. Jericho tersentak kaget dan wajahnya memucat dia, rasa bersalah semakin menghantam Jericho. “Tolong nanti telpon ibuku Des, dan minta beliau mengirimkan dokter keluarga kami.” Pinta Deva yang masih mendekap Terryn yang terkulai tak bergerak. Nafasnya terasa
Baca selengkapnya
Menjadi Deva Atau Jang Nara
Deva menggeleng pelan, dia tertawa dengan ekspresi sedih mendengar penuturan ibu Asih. Tertawa dalam raut sedih. Ibu Asih mengundurkan bahunya hingga tepat bersandar pada sandaran kursinya sambil menatap menantunya dengan cemas. “Aku tidak akan pernah menceraikan Terryn, Bu. Tidak akan pernah. Bahkan jika aku harus membayar kebersamaanku dengan Terryn memakai separuh nyawaku untuknya aku akan memberikannya dengan suka rela. Tapi jangan minta aku pergi darinya,Bu.” Deva meneguk teh manisnya kemudian memutar piring nasi gorengnya. “Aku akan makan ini, aku akan menghabiskannya, aku butuh banyak energi dan tenaga untuk merawat istriku, dia kan baik-baik saja bersamaku.” “Nak Deva, Ibu minta maaf, Ibu tidak bermaksud untuk—“
Baca selengkapnya
Nasehat Ashiqa
Hari ketiga Terryn di rawat di rumah sakit, keadaannya sudah mulai jauh membaik. Desta dan Willy bergantian menjenguknya dan ikut ngobrol dengan Jang Nara. Saat itu kedua sahabat Deva datang lagi menjenguk Terryn bersamaan. Namun, sebenarnya keduanya datang pada Deva untuk meminta Deva menandatangani dokumen-dokumen penting perusahaan. Awalnya Willy sangat terkejut dan tidak bisa mengenali sama sekali sosok Deva dalam diri Jang Nara. Willy berjuang berat untuk tidak tertawa di depan Terryn hingga urusan mereka selesai. “Kenapa siih Kak Desta dan Kak Willy rajin banget jengukin Terryn? Jangan bilang kalau kalian ada yang suka sama Jang Nara yaa!” goda Terryn pada keduanya. Willy menggeleng keras juga Desta di waktu yang bersamaan, Jang Nara hanya tersenyum malu-malu sambil memilin ujung rambutnya. “Selama Deva gak ad
Baca selengkapnya
Rahasia Jang Nara Terungkap
Jang Nara mendorong kursi roda Terryn masuk ke dalam rumah, dia sudah bisa dipulangkan dan berobat jalan. Terryn tidak boleh melakukan pekerjaan berat dan tidak boleh lelah serta terpapar asap yang mengganggu jalan pernafasannya. Sesuai janji kedua pemuda itu, Desta dan Willy mengantarkan mereka pulang serta membantu apapun keperluan Terryn. “Nara, aku bisa berjalan, aku pasien paru-paru bukan pasien lumpuh.” ucap Terryn keberatan dengan permintaan kursi roda oleh Jang Nara. ‘Andai aku tidak menyamar jadi Jang Nara kursi roda ini memang tidak dibutuhkan karena aku yang akan menggendongmu sendiri, Yin.’ Deva membatin sambil terus mendorong kursi roda istrinya. “Non Terryn baru saja keluar dari rumah sakit, tidak boleh lelah jadi kursi roda ini ak
Baca selengkapnya
Memberi dan Menerima
Darah Deva mengalir membasahi sebagian wajahnya, Terryn menjadi syok dan terduduk di lantai sementara Desta dan Willy segera menghambur untuk melihat kondisi Deva.  “Astaga, Will! Kening Deva sobek harus dijahit ini!” seru Desta yang lekas membuka kemeja yang dipakainya untuk menekan luka Deva.  “Kita bawa ke rumah sakit terdekat, eeh tapi ini desa, gak ada rumah sakit. Puskesmas … Iya kita ke puskesmas!” seru Wily yang tak kalah panik.  “Terryn, di mana Puskesmas terdekat?” Desta menatap Terryn yang masih terduduk dengan wajah pucat. “Aku gak sengaja melempar ke wajahnya, aku … aku ingin melempar ke dinding …” desis Terryn dengan tu
Baca selengkapnya
Keajaiban Itu Terjadi
Mata Terryn ditutup menggunakan kain oleh Deva, dengan hati-hati dia membimbing istrinya agar tidak salah pijak. Hari ini ulang tahun Terryn tepat sepuluh hari setelah insiden vas bunga yang nyasar ke kepala Deva. Rumah Terryn sudah selesai dan Deva menambahkan di rancangan Terryn yang terasa kurang.  Tema rumah Terryn adalah rumah pantai sehingga Deva ingin membawa pantai dan laut pindah ke rumah kecil Terryn di perkebunan teh itu. Rumah Terryn pun tak jauh dari kebun bunga yang dibelinya. “Satu … Dua … Tiga!” seru Deva setelah dia membuka penutup mata Terryn. terryn memandang penuh takjub sekeliling rumahnya itu. Rumah yang dominan kayu itu dicat berwarna putih dengan kombinasi biru dan sedikit aquamarine yang seakan-akan mereka sedang berada di pantai. Perabot dan beberapa  hiasan rumah  pu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status