All Chapters of Pernikahan Ketiga: Chapter 11 - Chapter 20
43 Chapters
11. Melamar Pekerjaan
“Pakde tenang saja, Laras belum ada niatan untuk menikah, Laras mau bekerja dulu biar bisa dapat uang banyak dan membuat kalian bangga kepada Laras.”“Kalian sudah Laras anggap seperti orang tua Laras sendiri!”jelasnya membuat Pakde Muksin tersenyum bahagia. “Maaf Nduk, bukannya Pakde melarang kamu untuk berkenalan atau mempunyai pacar tetapi alangkah baiknya kamu harus mengetahui bebet, bibit dan bobotnya, apalagi kalau dia orang kaya!”“Orang miskin seperti kita jarang mempunyai nasib bisa sejajar dengan orang kaya kalau tidak menjual harga dirinya!” “Kamu mengerti kan maksud, Pakde?” Pakdhe Muksin sangat berhati-hati menjelaskan kepada Laras takut tersinggung.Baginya Laras adalah keponakan yang sudah dianggap anaknya sendiri, dia tidak mau kalau sampai Juragan Sapto membenci dan melukai harga dirinya apalagi mendengar kalau mencintai Bima yang merupakan anak
Read more
12. Bertemu Teman Lama
Laras memandang luas hotel itu, ingin rasanya bertemu dengan orang telah membuatnya penasaran. Penasaran dengan cara kinerjanya.“Memangnya siapa sih yang punya hotel ini?” tanya Laras penasaran. “Yang punya hotel ini adalah salah satu Juragan yang paling kaya di kampung sini namanya Juragan Sapto Jayadiningrat Atmaja!”“Orangnya angkuh, keras kepala,sombong dan pelit paling utama!”“Dia itu tidak suka dibantah apalagi berbohong tetapi sangat berbeda dengan anaknya yang baru pulang dari luar negeri.” “Dengar-dengar sih, anaknya itu yang akan menjadi pimpinan di sini, saya juga belum bertemu orangnya, soalnya dulu masih kecil sekarang mungkin sudah menjadi pemuda tampan,” jelas Pak Ahmad panjang lebar. “Lebih baik sekarang Neng Laras ke dalam saja, paling bentar orangnya datang!” lanjutnya lagi.“
Read more
13. Penyamaran di Mulai
“Sekarang lebih kita masuk ke ruanganku dulu, banyak ingin aku bahas dengan kamu!” “Oke!”“Pak, kami tinggal masuk dulu!” pamit Bima kepada Pak Ahmad.“Iya, silahkan dan terima kasih sudah membantu anak saya selama ini, bahkan saya baru  tahu kalau kalian sangat akrab,” ucap Pak Ahmad bahagia.Sama-sama, Pak!”sahut Bima tersenyum ramah. Bima dan Dirga pergi ke dalam hotel sembari mereka mengobrol tentang masa lalu yang mereka lakukan saat masih kuliah. Banyak kenangan manis di antara mereka yang orang lain tidak banyak tahu, hanya merekalah yang mengerti tentang kebiasaan masing-masing sahabatnya itu. Namun saat tiba di lobi Bima melihat Laras yang sudah menunggu ingin bertemu seseorang. Dengan gerak cepat Bima mengajak Dirga bersembunyi, untungnya belum banyak karyawan yang datang. Seketika Dirga bin
Read more
14. Rasa Kagum
“Oh kebetulan nama kami sama, saya biasa dipanggil Dirga!” “Kenalkan nama saya Dirga Bimantara dan ini adalah asisten saya namanya Bima, dan mungkin kamu sudah mengenalnya!” “Dan jangan melihat orang dari penampilan luar saja tetapi harus dari dalam juga, itu yang harus kamu tanamkan dalah hati!”“Tidak semua apa yang kamu lihat itu benar, bisa saja di dalam pikiran kita sangat berbeda dengan yang kita lakukan.”Dirga menjelaskan seperti layaknya seorang pemimpin, Bima pun sampai dibuat kagum dengan ucapannya yang berwibawa. Dirga lalu mempersilahkan Laras untuk ke ruangannya ditemani oleh Bima. Rasa dag dig dug dihati bercampur rasa gugup ketika Laras memasuki ruang kerja yang menurutnya terlihat sangat mewah.Laras pun masih tidak percaya kalau bisa masuk ke hotel ini dengan mudahnya, dia beranggapan kalau Bima adalah penolongnya untuk bisa masuk ke s
Read more
15. Cinta Bima dan Laras
Dirga kembali ke ruangan, pikirannya mulai bercabang antara persahabatan atau cinta. Hati yang mulai galau saat melihat wajah Laras tidak memakai masker.Hari ini Bima tidak masuk kerja, Laras yang mengetahuinya dari Chef Idris yang juga sebagai kepala koki di sana. Untungnya Bima sudah memberitahukannya kalau Bima sedang menyamar sebagai asisten pribadi Dirga hanya untuk bisa mendekati Laras. Cheff Idris satu-satunya kepercayaan Bima di dalam hotel itu, selain itu tidak ada yang tahu siapa pemimpin mereka. “Kamu tidak perlu khawatir dia hanya flu biasa besok paling-paling dia sudah kembali kerja,” ucap Chef Idris saat sedang memotong sayuran untuk membuat cap cay. “Iya, Chef nggak masalah kok, siapa juga yang memikirkan dia?” sahut Laras mendelik kesal.“Makanya kalau punya gaji beli dong ponsel kek, jadi kalau ada apa-apa enak bisa berkirim kabar, masa mau pakai merpati sudah
Read more
16. Kemarahan Juragan Sapto
Setelah mengetahui jika anaknya berhubungan dengan seorang gadis miskin, Juragan Sapto buru-buru pulang tanpa memberitahukan Bima yang saat itu masih di kantor. Tepat jam satu siang, akhirnya Juragan Sapto tiba dikampungnya dan langsung datang ke hotel dengan penuh amarah.Mobil melaju dengan kencang dan membunyikan klakson sehingga membuat Pak Ahmad terkejut siapa yang datang. Pak Ahmad mendekati mobil itu dan betapa terkejutnya saat jendela mobilnya di buka tenyata kedatangan Juragan Sapto yang tiba-tiba muncul di hotel dengan wajah gak bisa digambarkan lagi. “Juragan Sapto!”“Selamat siang, Juragan, apa kabar?” basa-basi Pak Ahmad dengan tersenyum. “Bima ada, Pak Ahmad?” tanyanya dengan tegas sembari turun dari mobil dan menyuruh satpam lain memarkirkannya. “A-da di ruangan Juragan!” jawabnya dengan gugup.&l
Read more
Dibalik Rencana Juragan Sapto
“Kamu tahu kenapa, Bima?” Juragan Sapto mengulang kalimatnya. “Karena dulu Ibumu itu orang miskin, melarat dan setelah menikah dan melahirkan kalian berdua, dia kabur membawa semua uang papah bersama selingkuhannya!” “Ibumu itu orang miskin yang gila harta, ternyata dia berpura-pura mencintai Papah dan kabur bersama laki-laki lain!” “Semenjak saat itu Papah membenci orang miskin yang hanya memanfaatkan kondisinya, sama seperti Laras dan keluarganya!” “Memang Papah tidak tahu kamu memberikan keluarganya uang sebanyak 100 juta kepada budenya, kan?” “Jawab, Bima!” “Pah, tetapi bukan Laras yang minta, itu murni Bima yang ingin memberikan kepada mereka!” “Bima ... Bima, memang saya bodoh atau anak kecil yang mudah dibohongi, hah!” 
Read more
18. Jeritan Bu Laras
“Kamu mau tahu kalau si Dirga juga sangat menyukai dirimu, dan kamu tidak pernah menanggapinya!” hardik Sari yang sudah terbakar emosi. Mendengar perkataan Sari, membuat Laras tidak percaya akan hal itu, seakan-akan dia hanya mengada-ngada. “Kamu bercandakan, Sari?”“Nggak mungkin lah kalau Mas Dirga menyukaiku, dia kan tahu kalau aku sangat mencintai mas Bima, pasti kamu bilang seperti itu karena iri kan sama aku, karena aku bisa menikah dengan mas Bima?” “Sedangkan Juragan Sapto juga sudah menyetujui rencana kami untuk menikah, dan beliau memintaku untuk keluar dari pekerjaan ini!” jelasnya kepada Sari dengan mata yang berkaca-kaca.“Hahaha ... Laras ... Laras kamu terlalu naif!”“Kamu belum tahu siapa Juragan Sapto sebenarnya, dia tidak akan membiarkan kamu hidup dengan tenang, bahkan sekelas beliau mana mau mempunyai calon menantu
Read more
19. Pesona Kayra
Kayra hampir saja terjatuh tetapi tangan pemuda itu dengan sigap menangkap dan mendekapnya di dada pemuda itu.Seketika pandangan mereka bertautan, tetapi Kayra tidak terlalu mengubrisnya karena ingin cepat-cepat pulang.“Halo, Mas ...halo!” ucap Kayra membuat pemuda tampan itu tersadar dari lamunannya.“Oh, maaf Mbak, saya tidak sengaja!” sahut pemuda itu meminta maaf kepada Kayra.“Oh tidak apa-apa, maaf saya juga buru-buru, permisi!” ucapnya pergi dengan tergesa-gesa meninggalkan pemuda itu.Sontak pemuda itu sedikit kesal dengan sikap Kayra yang tidak terlalu memperhatikan wajah pemuda itu yang tak lain adalah Malik anak dari Bu Laras.Malik merasa dirinya tidak dihargai oleh Kayra dan semakin membenci Kayra karena merasa wajahnya yang tampan biasanya membuat setiap wanita yang memandangnya akan langsung jatuh cinta.Malik ternyata semakin tertantang untuk mengetahui lebih tentang hidup Kayra wa
Read more
20. Kepergian Malik
“Ini adalah salah papahmu, Kay!”“Kita akan lihat sampai mana keluarga Bima Prasetya Atmaja akan mencarikan jodoh buatmu tetapi aku yang akan menggagalkannya lagi,” ucapnya dalam hati dengan menyunggingkan sebuah senyuman licik. ***Menjelang subuh  Malik sudah bangun dan bersiap diri untuk mandi dan salat subuh, begitu juga dengan Bu Laras yang tidak lupa mengerjakan salat, akhirnya mereka salat berjamaah dengan di imami oleh Malik anaknya sendiri. Rasa syukur mereka panjatkan , karena sudah di beri kehidupan yang layak, tak lupa Bu Laras berdo’a agar anaknya tidak lagi meneruskan niatnya untuk membalas dendam.Tanpa terasa Bu Laras menitikkan air mata di dalam do’anya membuat Malik khawatir kembali.“Ada apa, Bu  Kenapa Ibu menangis? Jangan menangis Bu, air mata ini sangat berharga buat Malik, jadi jangan Ibu menangis lagi,” jelasnya membuat dirinya pun m
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status