All Chapters of D E K A P: Chapter 21 - Chapter 30
58 Chapters
Bagian 21
Rara POV.Jam menunjukkan pukul 3 sore, aku segera bersiap – siap untuk ke makam Arga dan berjalan – jalan. Setelah setelah bersiap – siap aku memesan ojek online karena tak memungkinkan juga jika aku menyetir sendiri, bakalan banyak ngelamunnya.“Eh mbak Rara mau kemana?” sapa Zulfan bawahan Alvin.“Eh Zulfan, gaada nih mau jalan – jalan aja.”“Kok tumben ga sama Reno mbak? Apa mau saya panggilin Reno? Atau biar saya saja yang ngantar mbak?”“Duh gausah Zul, aku lagi pengen jalan – jalan sendiri kok.”“Nyetir sendiri mbak? Apa mbak yakin?”“Ngga kok Zul, ini aku udah pesen ojek online kok.”“Yaudah hati – hati ya mbak, nanti kalau ada apa – apa jangan sungkan buat hubungin kita – kita mbak.”“Baik banget sih kalian, iya pasti nanti kalo ada apa – apa aku ngehubungin kalian. Yaud
Read more
Bagian 22
Rara POV.Pagi ini selesai aku sarapan, aku bersiap – siap menuju rumah sakit tempat Alvin di rawat. Astaga aku lupa, hari ini aku kerja. Udah satu minggu lebih aku cuti karena harus menemani Alvin di rumah sakit.Suster Susan :Assalamualaikum dok, hari ini Dokter Rara masukkan? Soalnya dokter penggantinya sudah tidak mau menggantikan Dokter Rara lagi. Apa dokter sudah mau mengambil cuti?Rara :Waalaikumsalam, iya sus hari ini saya masuk. Saya cuti satu bulan lagi karena satu bulan lagi karena usia kandungan saya sudah 6 bulan.Suster Susan :Alhamdulillah kalau begitu dok, yang semangat ya dok. Saya yakin suami dokter pasti akan segera sadar.Rara :Aamiin. Terimakasih ya sus.Tidak ada lagi balasan dari Suster Susan, aku segera siap – siap untuk berangkat kerja. Sekalian nanti waktu makan siang aku mau melihat Alvin, berharap dia sadar dan memanggil namaku.“Loh Ra kok
Read more
Bagian 23
Author POV.Malam ini Rara dan Reno sedang berada di ruangan di mana Alvin di rawat. Semuanya diam, hening, hanya ada suara jam yang berdenting. Baik Rara dan Renp masih asik dengan pikirannya masing – masing. Entah apa yang sedang mereka pikirkan, yang pastinya tidak jauh tentang Alvin.“Ra . . .” panggil Reno memecahkan keheningan.“Eh iya apa Ren?”“Dimakan satenya Ra, keburu dingin.”“Loh iyaa, kamu udah makan?”“Udah kok Ra, makan yang banyak kasian anakmu.”Rara pun segera makan, pandangannya tak lepas dari sosok Alvin yang berbaring di sana.“Ra kalo makan, liat dulu makanannya. Alvin ga mungkin kabur.”“HAHAHA iyaa Reno udah kaya mama ku aja kamu.”Kini, pandangan Reno yang tak lepas dari sosok Alvin yang sedang berbaring di sana.“Pak, asal Pak Alvin tau, Pak Alvin bersyukur banget punya istri kuat dan c
Read more
Bagian 24
Author POV.Sudah 1 bulan Alvin belum juga sadar, setiap harinya Rara menjalani harinya hanya seorang diri mungkin beberapa kali dia sering meminta bantuan Reno ataupun yang lain. Kandungan Rara semakin membesar, setiap harinya pun  Rara di kelilingi oleh rasa takut. Rasa takut kehilangan seseorang untuk yang kedua kalinya. Rara juga seorang dokter jadi ia tahu persis sekecil apa harapan untuk Alvin bisa kembali lagi kepada dia dan keluarganya. Tapi Rara selalu meyakinkan dirinya sendiri bahwa Alvin pasti sembuh dan kembali kepada dirinya, walau tak bisa dipungkiri rasa takut itu lebih besar daripada apapun. Doa – doa demi doa selalu Rara panjatkan untuk kesembuhan Alvin, bahkan Rara juga tak jarang menangis di samping Alvin, berharap Alvin bangun dan menghapus air matanya yang jatuh.Hari ini, hari pertama Rara cuti karena usia kandungannya sudah menginjak 6 bulan. Sekarang Rara berada di rumah mama papanya. Rara lebih suka disini, karena di rumah dinas mil
Read more
Bagian 25
Author POV.2 bulan sudah terlewati dan Alvin belum sadarkan diri bahkan tidak ada perubahan sama sekali, sedangkan kandungan Rara sudah mulai menaiki bulan ke 7. Hari ini adalah proses siraman 7 bulanan Rara sebagai wujud rasa syukur. Perasaan Rara campur aduk, ada rasa bahagia haru dan juga pastinya sedih karena Alvin tidak ada disini. Rara hanya bisa menangis dan untungnya ada Dika dan pacarnya, Reno, dan keluargaku yang berusaha menenangkanku dan menghiburku."Sabar Ra jangan nangis terus dong." ujar Dika.“Iya Ra, nanti jelek kalau nangis.” sambung Reno."Tapi Dik, Ren, bagaimana bisa aku ga nangis, kalau acara seperti ini aja suamiku ga ada disini." kata Rara sambil menangis."Aku kesini jauh - jauh bela - belain loh demi acara ini, masa aku disambut sama kamu yang nangis gini sih?""Dik, aku bahagia aku seneng tapi aku juga sedih, harusnya Alvin ada di sini, dampingin aku. Kumpul bareng kita semua disini."
Read more
Bagian 26
Author POV.Hari ini sudah hari ke tiga sejak kejadian di mana dokter menyarankan untuk melepas semua alat bantu Alvin selama ini. Setiap malam Rara menangis, kenangan – kenangan bersama Alvin selalu berputar di otaknya. Mulai dari awal perjodohan hingga mereka menikah. Nafsu makan Rara menurun, tapi ia harus tetap makan karena masih ada dua nyawa yang harus ia jaga. Badannya semakin kurus, badannya tak lagi berisi, pipinya yang semula seperti bakpau sekarang menjadi tirus, Rara seperti tak terurus. Rara selalu berfikir bagaimana jika ia melahirkan tanpa ada Alvin di sisinya? Bagaimana jika anak – anaknya lahir tanpa seorang Papa yang bisa menjadi teladan bagi anak – anaknya kelak? Sungguh Rara tak sanggup untuk memikirkannya, memikirkannya saja sudah membuat hati Rara sakit bagaimana jika nanti semua ketakutan Rara itu terjadi? Rara selalu berfikir, Rara pernah melalukan kesalahan apa di masa lalu? Sampai dia mengalami ini di hidupnya yang
Read more
Bagian 27
AuthorPOV.Hari ini genap seminggu dari jangka waktu yang Rara dan dokter sepakati. Rara yang sedari tadi menangis dan enggan untuk makan kali ini ia ingin egois, bagaimana bisa ia makan dengan tenang jika sang suami sedang berada di ambang kematian. Meski Rara tau bukan hanya dia yang takut kehilangan Alvin, semuanya di sini takut kehilangan Alvin. Tapi apa boleh buat? Rara hanya ingin Alvin tetap bertahan hidup di sini selamanya menjadi orang tua yang baik bagi anak – anaknya kelak dan membangun rumah tangga yang baik nanti bersama – sama.Sekarang semuanya berada di rumah sakit, berada di depan ruangan Alvin di rawat. Penuh dengan raut yang cemas, dan pasrah. Air mata yang terus turun dan mengalir dari mata papa, mama, dan Rara. Ribuan do’a yang mereka panjatkan berharap ada sebuah keajaiban yang Allah kasih kepada Alvin. Rara yang dari semalam enggan untuk makan dan meminum vitamin wajahnya pucat, matanya sembab, dan badannya pun lemas.
Read more
Bagian 28
Author POV.Sekarang Alvin sudah kembali bekerja karena keadaan Alvin sudak membaik dan semua sudah kembali normal."Mas udah makannya? Udah siang loh ini.""Udah kok dek, bentar ya masih kekenyangan.""Yaudah deh, aku cuci piring dulu ya mas?""Ah jangan dulu, mas mau berangkat deh nih udah di Whatsapp sama Reno suruh cepetan katanya. Bawel juga nih ya adek kamu.""Halah mas yaudah deh, dasar labil."“Bukan aku yang labil, tuh adek kamu bawel banget.”“Gitu – gitu dia berjasa loh mas.”"Yaudah deh iya mas berangkat dulu ya dek keburu di spam chat lagi sama Reno. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam mas, ada – ada aja.""Anak - anak papa jangan bikin mama kesakitan terus ya? Kasian nanti mama pegel – pegel loh" Ucap Alvin sambil mencium perut Rara."Siap papa." Jawab Rara dengan suara seperti anak kecil.Setelah Alvin pergi bekerja, Rara bingung
Read more
Bagian 29
Author POV. Hari ini tepat 9 bulan usia kandungan Rara, di perkirakan Rara akan lahir normal minggu depan. Namun rasa cemas dan takut selalu menghantui Rara. Rara juga selalu berfikir, apakah dia bisa untuk melahirkan secara normal? Karena banyak sekali kasus setelah melahirkan normal, ibu atau anaknya tidak akan selamat. Tapi Rara yakin, Rara pasti kuat. Malam ini Rara dan Alvin berada di ruang keluarga, menonton acara televise kesukaan Alvin. Mata Rara melihat ke arah televise, tapi pandangannya kosong. Rasa ketakutan itu selalu muncul di dalam pikiran Rara, entah kenapa rasanya rasa takut itu semakin besar saat mendekati hari kelahiran anak – anaknya. Sedari tadi Alvin memperhatikan Rara, Alvin kebingungan dengan sikap Rara yang seperti ini. Tidak seperti biasanya, biasanya Rara selalu cerewet dan ada saja tingkah lakunya. “Dek . . .” panggil Alvin, tapi Rara tak mendengarkannya. “Dek . . .” pangil Alvin lagi. “Dek . . .” s
Read more
Bagian 30
Author POV.Pagi ini menunjukkan pukul 8 pagi, Rara sudah di perbolehkan pulang. Rara pulang dengan mamanya, karena Alvin harus bekerja. Rara bahagia sekali, ia sama sekali tak berhenti tersenyum melihat kedua buah hatinya. Mama yang melihat Rara seperti itu, hanya bisa tersenyum, bersyukur, dan sangat berterimakasih kepada Tuhan. Setelah sekian lama, akhirnya mamanya bisa melihat senyuman yang begitu indah muncul di bibir Rara, matanya selalu menunjukkan bahwa sekarang Rara sudah merasakan kebahagiaan itu lagi. Sebelum ke pulangan Rara, Alvin pagi tadi sudah menyiapkan semua, mulai dari kasur, pakaian, selimut, mainan untuk anak – anaknya. Rara yang melihat bahwa semuanya sudah siap dan rapi terharu dengan suaminya itu, Alvin benar – benar menunjukkan bahwa ia adalah suami dan orang tua yang sigap bagi keluarga kecilnya itu.“Ra, sebentar lagi mama pulang ya? Mau ada arisan di rumah tetangga. Kamu gapapa kan? Atau kalau kamu masih ke
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status