All Chapters of The Sunday Sunflower: Chapter 11 - Chapter 20
77 Chapters
Bab 11
"Radit mana?""Gak ikut. Mamanya hari ini udah boleh pulang."Fanala merasa asing menemui Sasha hanya seorang diri di depan pintu. Biasanya akan ada dua remaja laki-laki yang membuntutinya. Ganjil sekali melihatnya berdiri tunggal begini."Gathan?""Mampir beli camilan dulu. Dan gue gak dibolehin ikut. Katanya gue bakalan bikin jebol kantongnya, bikin pembagian uang jajannya selama satu munggu ke depan kacau. Dasar pelit memang si Gathan. Gak kayak Radit," omel Sasha. Ia langsung bersila di atas lantai, mengeluarkan buku-bukunya di atas meja.Fanala duduk di seberang Sasha. "Jadi Radit itu semacam bendahara?""Begitulah.""Kalo lo?"Sejenak Sasha mengernyitkan alisnya, berpikir. "Ketua geng." Ia tertawa dengan candaannya sendiri. "Kalo Gathan jangan tanya, dia ngakunya visual, padahal yang beneran visual aja milih jadi bendahara. Dia itu u
Read more
Bab 12
Tok, tok, tok!Fanala melenguh, mengganti posisinya. Tangan meraba-raba mencari ponsel untuk melihat pukul berapa. Rasanya belum lama ia terjaga untuk solat subuh dan kembali melanjutkan mimpi.Sebelah mata Fanala mengintip sementara yang lain tak kuat menerima cahaya layar ponsel yang menyilaukan. 05.18. Astaga... Siapa yang bertamu sepagi ini, sih?! Urusan mendesak apa menyangkut dirinya yang harus dituntaskan sedini ini? Gila sekali. Tidak memahami penderitaan mahasiswa yang merasa bahwa tidur cukup adalah sebuah kemewahan.Fanala berniat mengabaikannya, namun si Pengetuk terlalu keras hati untuk menyerah.Sial!Nyap-nyap, Fanala keluar dari kamarnya. Bila pun di luar sana bukan tamu melainkan penjahat, ia tak akan segan mencaci makinya hingga menciut tanpa nyali. Dasar tak punya hati, mengganggu mahasiswa subuh begini!Pintu di tarik kasar. Empunya habis sabar.
Read more
Bab 13
"Apa, sih, Than?" desis Sasha, menoleh ke belakang saat Gathan seenak pantatnya mengetuk kepalanya menggunakan sudut penggaris.  "Belajar," geram Gathan, "Jangan ngaca mulu. Giliran gak ada kegiatan lo gak mau ngaca. Udah cantik lo itu." Wajah Sasha kesal tapi tak ingin memperpanjang urusan. Ia sedang tidak ingin berdiri di luar. Dan lagi, walau tak biasa, ucapan Gathan benar. Dia harus belajar, ujian tak lama lagi. Meski ia tak paham Gathan dapat hidayah dari mana menegurnya untuk belajar di kelas.  Radit yang duduk di sisi Gathan pun mendapat aksi yang sama seperti Sasha.  "Sakit, Go!" Radit membelalaki Gathan yang santai saja. Ia kemudian melirik guru Geografi yang teng
Read more
Bab 14
Fanala henti di tengah halaman ketika menyadari ada yang tegak di depan pintu rumahnya. Ia tak pasti apa, namun agak seperti orang, tapi terlalu kaku untuk jadi makhluk hidup. Sebab lampu belum dinyalakan. Hanya cahaya remang dari lampu teras tetangga juga lampu jalan yang membantu penerangan. Suasana sepi malah membuatnya jadi lebih creepy. Ini sudah pukul sebelas kurang beberapa menit lagi.Fanala baru pulang dari rumah orang tuanya di luar kota. Tadinya Karel mau menjempunya di stasiun, namun ia berkata tak usah karena sudah pesan taksi online. Sekarang ia agak menyesal.Berdehem Fanala. Tak ada respon. Memastikana bahwasannya yang bersiri depan sana bukanlah manusia. Ia pun mengambil ponsel, menyalakan senter portable. Perlahan di arahnya pada entah-apa yang berdiri di sana.Napasnya terurai. Baru sadar sejak tadi ia menahanya. Sekali lagi Fanala mengarahkan cahaya pada benda asing yang sempa
Read more
Bab 15
Sasha dan Radit duduk di sebuah bangku taman belakang sekolah. Keduanya diam. Ditinggal Gathan yang kelewat excited melihat hasil tryout yang kabarnya baru di tempel di mading. Sahabat mereka itu sudah jadi bagian kaum minoritas yang punya hasrat berjejalan sekedar untuk memeriksa nilai yang tak masuk hitungan dalam kelulusan.Taman itu cukup ramai. Para murid berkumpul dalam kelompok masing-masing. Ada yang bernyanyi, ada yang main kejar-kejaran (tampaknya melibatkan perasaan), ada yang hanya sekedar bercanda atau mengobrol di selingin cemilan basreng berteman es teh. Layaknya akhir pekan sekolah biasa. Banyak jam kosong yang dimanfaatkan sebaik mungkin untuk bersenang-senang."Dit?""Apa?" Radit menoleh pada Sasha, meninggalkan game online di ponselnya."Gue mau nanya pendapat lo, boleh?"Radit melipat sebelah kakinya di atas kursi, agar dapat sepenuhnya menghadap Sasha.
Read more
Bab 16
Hari Minggu berlalu tenang. Gathan dan Fanala sama sekali tak bicara selama proses bimbel Sasha. Si Gathan yang telah berhasil membuat Fanala salah tingkah itu hanya melirik gadis yang ditemuinya semalam sesekali. Ia terlalu sibuk berkompetisi siapa yang lebih cepat menyelesaikan soal dengan Radit. Jadi hari itu berjalan, datar, agak canggung, serta lancar bagi Gathan dan Fanala.Pada Seninnya, Gathan tak menampakkan batang hidungnya sama sekali. Hanya makananya yang tiba menjelang pukul sebelas malam.Jadi ceritanya, Fanala mengunggah status di Whatsapp bahwa tengah mengidamkan seblak ceker tanpa berpikir ada yang merespon. Namun usai sekitar dua puluh menit berlalu, diketuklah pintu huniannya oleh abang ojek online berhelm hijau, menyatakan diri di kirim oleh pengguna bernama 'Gathan Ganz'.Dan ketika bokong Fanala baru menyentuh empuknya sofa coklat miliknya, sebuah pesan dari Gathan masuk.
Read more
Bab 17
Fanala tak lupa mengecup pipi standee D.O sebelum pergi keluar menemui Karel yang sudah menanti. Sebuah rutinitas baru sejak benda itu ada di sini."Rel, lo bawa laptop, kan?" Fanala bertanya pada Karel yang sudah stand by di atas motor hitamnya. Tangan Fanala bergerak cepat mengunci pintu."Bawa," jawab Karel singkat. Matanya memandang dua pot bunga matahari di tepi halaman, baru sadar akan kehadirannya."Punya gue low bat lupa di-charge," Fanala memberi penjelasan usai menerima helm dari sahabatnya.Tak menanggapi ucapan Fanala, Karel mata bertanya soal lain. "Lo melihara bunga matahari sekarang, La?""Iya." Fanala naik ke atas motor. "Soalnya sekarang dapet bunga yang masih hidup.""Loh," Karel menoleh, tangannya sudah siap di atas stang, "gue kira udah gak ada kiriman lagi.""Cuma libur doang. Dua minggu."
Read more
Bab 18
Bus berhenti di sebuah halte. Belakangan ini Gathan lebih memilih naik bus ketimbang ojek online demi menghemat sedikit uang jajannya. Sebab ia butuh lebih banyak uang sisa  akhir-akhir ini.Karena banyak yang turun, Gathan menoleh sejenak ke arah pintu. Tak terduga, ia melihat seorang gadis familiar menaiki bus usai para penumpang yang telah sampai tujuannya turun semua.Mata Gathan terus mengikuti gadis itu. Sampai sosok yang jadi sasaran fokusnya memilih sebuah kursi kosong di barisan depan.Gathan pun kembali menatap layar ponselnya. Mengetuk sebuah aplikasi chatting yang paling sering ia gunakan. Lama ia menatap kontak bergambar gadis cantik yang tersenyum lebar. Kontak milik Fanala.Begitu kontak itu di sentuh, munculan percakapan terakhir Gathan dengan Fanala. Ragu-ragu Gathan mengetik pesan baru.Lagi di mana?
Read more
Bab 19
"Radit!"Radit yang sudah siap dalam balutan seragam sekolah berhenti mendengar panggilan dari ayahnya saat ia melangkah melewati ruang makan. Ia pun berbalik. Sudah lama tak ada kata di antara mereka. Sejak... lama. Dan ini pasti penting sampai ayahnya mau repot menyapanya.Tak segera Radit menjawab apalagi mendekat. Ia berdiri saja di tempat, dengan tangan menggantung di tali tas."Papa mau bicara. Bisa ke sini sebentar?"Radit menggembuskan napas. Namun ia mendekat juga ke meja makan. Sudah ada lima tahun mungkin ia tak pernah lagi satu meja dengan ayahnya. Amarah dan rasa benci langsung menggerogotinya setiap bertemu tatap dengan pria menjelang paruh baya itu."Duduk!""Aku berdiri juga bisa denger," Radit menolak.Adit mencengkram gelas jus jeruknya. Buku-buku jarinya memutih. Jelas sekali bila pagi ini amarahnya mulai menyala.
Read more
Bab 20
Malam Minggu yang cerah. Banyak yang pacaran, atau mencoba mencapai tahap itu. Begitu yang Gathan amati. Terbukti dengan banyak sekali laki-laki yang beli dua es krim coklat cone--sampai Gathan tak kebagian! Jadilah hanya es krim buah rasa pisang yang dapat diperolehnya. Padahal ia tak suka pisang, rasanya aneh. Tapi lebih baik dari pada tidak sama sekali.Gathan membawa dua es krim rasa pisang melewati pintu kaca Indomaret yang dibiarkan terbuka dengan banyaknya pengunjung. Ia menduduki tempat kosong yang baru saja ditinggalkan, di sisi seorang gadis berambut sepundak yang tertunduk tak peduli sekitar. Mencirikan orang galau."Mau gak?" Gathan menempelkan satu es krim ke pipi Fanala. Membuat gadis itu menoleh, sementara ia hanya menelengkan kepala seraya tersenyum semanis yang bisa dilengkungkan bibir tipisnya.Wajah Fanala muram, matanya merah. Seperti orang yang menahan tangis. Yang diyakini Gathan memang terjadi.
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status