Semua Bab The Sunday Sunflower: Bab 61 - Bab 70
77 Bab
Bab 61
Fanala bangun dalam keadaan haus luar biasa. Segera saja ia duduk lalu menyambar segelas air putih di atas nakas dan menandaskannya hingga tak lagi bersisa, mengabaikan nyeri pada kerongkongannya. Setelah tak merasa haus lagi, ia mulai menyadari matanya yang terasa sangat berat dan sulit dibuka. Matanya pasti bengkak. Bagaimana tidak bengkak, ia menangis berjam-jam, hingga jatuh tertidur.Fanala mengacak-acak rambutnya frustrasi saat mengingat kembali bila semalam ia memperburuk hubungannya dengan Mama.Aish!Ia membentur-benturkan kepalanya pada bantal yang ada di pangguannya. Kenapa juga ia harus terpancing semalam? Tapi bagaimana ia tidak terpancing coba? Mama memojokkan Gathan. Ia tidak terima bila ada yang memojokkan Gathan. Gathan itu korban.Perhatian Fanala teralihkan oleh dering ponselnya. Menoleh ke sana kemari mencari keberadaan ponselnya yang semalam ia bawa tidur. Setelah mengangkat semua bantar dan melempar selimut ke lantai, akhirnya ia menemukan ponselnya di ujung kasu
Baca selengkapnya
Bab 62
Karina pulang lebih cepat dari kantor untuk datang ke acara syukuran ulang tahun Chacha. Sebelum pulang ia menyempatkan dirinya ke toko anak-anak terlebih dahulu, mencari hadiah untuk anak kecil favoritnya itu. Dan pilihannya jatuh pada boneka barbie bergaun merah muda.Sempat terpikir oleh Karina untuk menelepon Sasha dan bertanya apa dia ingin membelikan soesuatu untuk Chacha karena sejak kali pertama bertemu Sasha sudah sangat memuja Chacha. Namun saat ia sudah hendak menekan kontat Sasha, ia teringat pada kenyataan jika Chacha adalah anak Radit! Cepat-cepat ia mengurungkan niatnya.Hari ini Bandung cerah sekali. Bahkan pada pukul empat sore matahari masih bersinar sangat terik seperti pukul satu siang. Berbeda sekali dengan kemarin saat hujan turun sepanjang hari dan baru reda kenjelang pagi tadi. Seolah semesta berkonspirasi membuat pertemuan Sasha dan Radit —atau Saga—menjadi lebih dramatis sekaligus tragis. Bersama hujan yang jatuh, harapan Sasha pun luruh. Hiya! Seharusnya ia
Baca selengkapnya
Bab 63
Bab 63Kak Elma membawanya ke sebuah kedai kopi tak jauh dari komplek perumahannya. Memang tak jauh, tapi tetap saja. Fanala agak merasa pakaiannya ini agak kurang layak untuk duduk mengobrol di sini. Di mana orang-orang berpakaian rapi untuk bertemu dengan klien, teman lama, atau kekasih mereka. Sedangkan di sini Fanala nampak sangat lusuh dengan kaos gobrong dan celana pendek usangnya, juga sanda jepitnya yang sudah menipis. Apalagi wajahnya yang kusam setelah pingsan dan muntah-muntah di pasar malam dan belum mandi sejak kemarin sore. Belum lagi rambut lepeknya ini hanya dicepol asal, alhasil anak rambutnya yang berminyak keluar-keluar dari ikatan. Sungguh tampilan yang mengenaskan untuk kedai kopi se-fancy ini!"Mau ngobrolin apa, Kak?" tanya Fanala setelah menyesap sedikit cappuccino-nya. Setelah pasrah dengan penampilan kucelnya, Fanala hanya berharap asam lambungnya tak naik gara-gara minum kopi padahal belum makan sejak menyantap nasi goreng seafood semalam."Soal kamu sama Ar
Baca selengkapnya
Bab 64
"Kita mau makan di mana, sih?" tanya Fanala. Rasanya sudah lama sekali mereka berkendara tapi belum sampai juga. Lama yang dihitungnya tidak termasuk dengan waktu yang mereka habiskan saat terjebak macet, hanya waktu saat mobil bergerak saja. "Bogor? Atau Bandung? Atau jangan-jangan Jogja lagi!" seru Fanala histeris. Aneh sekali, tadi dia tak punya semangat hidup, tapi dua jam bersama sahabatnya membuatnya menjadi lebih berapi-api. Tapi setelah ia ingat-ingat lagi, sejak dulu dia memang begitu. Saat sedang sedih atau stres dan harus berhadapan dengan orang lain, ia cerderung pendiam dan bicara secukupnya, namun di hadapan Karel, ia cenderung makin berisik saat sedang stres atau sedih."La, lo lagi sedih, ya? Atau lagi depresi? Heboh banget," tanya Karel. Ia pun menyadari kehebohan Fanala merupakan sesuatu yang ganjil. Wajah saja sih, mereka berteman sudah lebih dari dua puluh tahun! Jika Arbii mengenali kepribadian dan kebiasaan Fanala dari mengamati, Karel mengenali kepribadian dan k
Baca selengkapnya
Bab 65
"Pakek, nih!" ucap Karel, melemparkan jas-nya ke pangkuan Fanala. "Biar gak kelihatan kucel amat. Rambut itu juga benerin, biar gak kelihat gembel amat."Fanala mendengus, namun tak urung menuruti ucapan Karel yang terkesan menghina itu. Ia membenahi cepolan rambutnya dengan bercermin pada spion tengah. Lalu ia mengenakan jas pinjaman Karel. Aroma jas Karel masih sama dengan aroma yang biasa ia hirup sejak laki-laki SMA."Lo gak pernah ganti parfum, ya?" tanya Fanala pada Karel yang dari tadi hanya memerhatikannya memperbaiki penampilan.Karel menggeleng. "Gue suka dan udah cocok sama bau. Bahkan kayaknya, bau parfum itu yang bercampur sama bau-bau lain di badan gue udah kayak indentitas gue.""Iya, sih, nyium bau yang nempel di jas ini aja gue udah langsung inget lo.""Iya, kan?" ujar Karel menegaskan."Ini parfum gue yang milihin, kan?"Karel hanya mengangguk santai. Nyaris semua barang yang ia pakai sejak remaja memang Fanala yang memilihkan. Mulai dari parfum, deodoran, pakaian, hi
Baca selengkapnya
Bab 66
"Radit?""Halo, Than," sapa Radit, membalas panggilan Gathan."Apa kabar lo?" tanya Gathan. Gaya bicaranya terdengar kaku. Bahkan suara Gathan yang sekarang tedengar lebih dal, berbeda dengan yang Radit ingat."Baik. Lo gimana?""Gue... lumayan."Lalu hening. Betapa canggungnya. Padahal dulu mereka bagai saudara. Begitu akrab. Dulu mereka tak akan ragu mengumpat satu sama lain, tak akan rikuh mencemooh satu sama lain, tak akan segan menendang bokong atau menoyor kepala satu sama lain, juga tak sungkan merangkul satu sama lain. Namun sekarang, bicara saja mereka kebingungan. Canggung luar biasa."Gue minta maaf, Dit," ujar Gathan setelah lama bungkam."Buat apa?" tanya Radit. Ia sebetulnya tahu untuk apa permintaan maaf Gathan itu. Namun ia sendiri tak merasa ada yang perlu dimaafkan, jadi ia tak tahu harus menanggapi permintaan maaf itu bagaimana. Kemarahannya pada Gathan dulu hanya kemarahan remaja yang tak tahu ke mana lagi ia harus menujukan amarahnya itu. Saat itu, ia hanya butuh
Baca selengkapnya
Bab 67
"Makasih, ya, Pak," ujar Fanala setelah Karel membayar makanan mereka."Sering-sering mampir ya, Mbak, Mas," ucap Pak Moes."Doain aja besok masih sanggup bangun, Pak," canda Karel.Pak Moes menepuk pundak Karel hangat. "Semangat, Mas Karel!" Kemudian beliau berganti memandang Fanala. "Mbak Nala juga, semangat!"Fanala tersenyum. "Bapak juga, semangat jualannya. Sama jaga kesehatan, ya, Pak. Nanti biar aku bisa makan nasi goreng Bapak lagi sambil nostalgia jaman kuliah."Setelah berpamitan dengan Pak Moes, Fanala mengekori Karel masuk ke mobil. Saat ia tengah memakai sambuk pengaman, Karel bertanya, "Lo udah bilang orang rumah pulang malem?""Gue gak bawa handphone.""Ck!" Karel berdecak. "Lo bawanya apaan, sih, La?" Ia mengambil ponsel dan mengeceknya."Badan doang. Uang aja gue gak bawa.""Ini Sasha ngapain juga nelepon berkali-laki," omel Karel. Kemudian dia menempelkan ponselnya ke telinga, dan dua detik kemudian berkata, "Kenapa, Sha?""Kok baru diangkat, sih, Kak?" ujar Sasha."
Baca selengkapnya
Bab 68
Gathan meletakkan ponselnya ke atas nakas setelah sambungannya dengan Radit terputus. Lantas ia menggerakkan kursi rondanya mendekati jendela kamar yang terbuka; menampilkan hamparan bunga matahari yang ditimpa cahaya bulan purnama, ditemani bintang-bintang yang berkedip pelan.Angin berhembus kencang, menerpa wajah Gathan, menyapu rambutnya yang mulai memanjang menutupi kening, menyentuh alisnya. Gathan menghela napas panjang, lalu mendesah sama panjangnya. Malam ini damai sekali. Sudah cukup lama ia tak merasa sedamai ini. Barangkali karena berbicara dengan sahabatnya setelah sekian lama membuat benaknya bisa sedikit beristirahat dari pikiran tentang Fanala dan konflik dalam pikirannya.Kadang kala Gathan menyesal menolak kedatangan Fanala, lain ia sadar diri bila kondisinya terlalu menyedihkan untuk bertemu Fanala. Lalu ia akan berakhir berandai atau mengenang, hingga realita kembali menghantamnya.Akhir-akhir ini Gathan mulai tak tahan lagi untuk terus bertahan. Ia ingin menyerah.
Baca selengkapnya
Bab 69
Karel agak terkejut saat Sasha membukakan pintu bahkan sebelum kakinya menyentuh teras rumah. Ia lebih terkejut lagi mendapati semua anggota keluarganya yang tinggal di rumah ini masih tergaja dan duduk-duduk di ruang tamu. Ini rumah mereka baru saja kedatangan tamu atau mereka sedang menunggunya pulang? Ia akan sangat terharu bilang mereka memang sedang menunggunya pulang. Apalagi dengan Vira yang sudah beberapa hari ini bersikap dingin pasanya."Nungguin aku pulang?" tanya Karel setelah melewati ambang pintu yang telah dikatup Sasha kembali."Gak usah pede banget," cela Sasha dari balik punggung Karel."Terung ngapain belum pada tidur dan malah ngumpul-ngumpul di sini?" tanya Karel heran. Mana mungkin tidak? Setiap kali ia sungguhan lembur dan pulang malam, rumah pasti sudah gelap dan semua orang telah terlelap—ya, kecuali Vira. Namun Vira pun akan menunggunya di kamar, bukan di ruang tamu macam sekarang."Tante Rieke masuk rumah sakit," sahut Bunda. Wajahnya berkerut cemas. Hal itu
Baca selengkapnya
Bab 70
Fanala turun dari ranjang pada pukul lima pagi. Jangan ditanya ia tidur atau tidak. Jawaban itu langsung nampak pasa kantong matanya yang menghitam. Meski lelah luar biasa dan tak dapat tertidur sama sekali semalam, Fanala berusaha berjalan senormal mungkin menuju kamar mandi untuk menyegarkan diri.Lama Fanala berada di kamar mandi sebab sejak kemarin ia sama sekali belum membersihkan diri. Ia bahkan menyempatkan diri untuk memakai lulur badar dan masker rambut juga scrubing wajah. Ia burusaha terlihat seperti Fanala yang biasa. Fanala yang rapi, bersih, dan terawat baik. Kacaunya pikirannya tak perlu lah tampak lagi dari penampilan luarnya. Cukup kemarin saja. Hari ini ia harus sudah tampak seperti biasanya.Selepas keluar dari kamar mandi, Fanala langsung mengaplikasikan rangkaian produk perawatan kulit pada wajahnya sebelum wajahnya benar-benar kering. Kemudian ia mengeringkan rambutnya lalu menatanya menjadi sesikit bergelombang. Setelah rambutnya rapi dan wajahnya terpoles make
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status