All Chapters of Kamu Akan Miskin, Mas!: Chapter 81 - Chapter 90
105 Chapters
Karma?
BAB 82 "Hah?!" Aku terkejut sekali mendengarnya. Sampai beberapa orang menoleh ke kami. Fajar juga menatapku bingung.  "Apa, Mbak?" tanya Kafka sambil mendekatiku.  Aku masih diam. Tidak percaya dengan kabar itu.  "Mbak tetap lanjutin aja sidangnya. Aku gak mau semua ini jadi masalah besar. Yaudah, aku matiin dulu teleponnya, Mbak." Beberapa detik, aku masih terdiam. Kemudian menoleh ke Kafka yang menatapku bertanya-tanya.  Kenapa masalah ini besar sekali? Aku mengusap wajah. "Mas Reno kecelakaan." Hening. Aku menelan ludah. Sementara wajah yang lain berubah. Aduh, aku tidak bisa berpikir lebih baik sekarang. Bagaimana kalau semuanya jadi kacau? Fajar beranjak. Dia mau ngapain? "Nina, mau Reno ada atau gak ada di sidang kali ini, kamu gak boleh kehilangan k
Read more
Akhir (TAMAT)
BAB 83 "Aku gak tau lagi harus ngapain, Mbak. Semuanya abu-abu. Aku berharap ini bukan mimpi. Ini gak nyata, kan, Mbak?" "Sstt ... udahlah, Rin. Ini takdir." Dia malah semakin menangis. Buru-buru aku memeluknya, berusaha menenangkan wanita ini. Aku sesekali menghela napas, mengusap punggung Rini berkali-kali. Aku menoleh ke Kafka yang menggelengkan kepala, dia juga tidak punya solusi apa pun. Ponselku berdering. Dari Fajar, kenapa dia menelepon sekarang? "Sebentar, Rin." Aku menatap Kafka, memberikannya kode. Kafka membantu untuk memegangi Rini. Aku melangkah menjauh, masih menatap Dini yang masih belum baik sepenuhnya.  "Kenapa, Jar?" "Kamu di mana? Ada yang mau aku omongin, nih." "Di rumah sakit." "Eh?" Dia terdengar terkejut. "Oh, jenguk si Reno itu, ya? Gimana keadaan
Read more
4 Tahun Kemudian (Sekuel 2)
"Mas Reno? Kamu Mas Reno kan?" Aku mengerjakan mata menatap pria yang sedang duduk di bangku taman sendirian. Mendengar perkataanku, dia seketika menoleh ke sumber suara, tetapi tatapannya terlihat kosong. "Ni—Nina?" Benar dugaanku. Aku menelan ludah, sudah hampir empat tahun aku pergi dari kehidupan Mas Reno. Hidupku jauh berbeda dari sebelumnya. Fajar benar-benar menepati janjinya. "Iya, ini Nina, Mas." "Maaf Nina." Dia langsung mengatakan itu. Keningku langsung mengerut, aku sebenarnya bingung kenapa Mas Reno meminta maaf, padahal saat ini dia tidak ada salah apa pun. "Aku boleh duduk di sebelahku, Mas?" Sepertinya kehidupan Mas Reno sama seperti dulu. Dia juga masih seperti kondisi terakhir saat aku melihatnya, masih belum bisa melihat. Aku menganggukkan kepala, mengambil kesimpulan sendiri, bahwa aku bisa duduk di sebelahnya. "Maaf Nina. Maafkan aku." "Maaf untuk apa, Mas? Aku sudah memafkanmu sejak dulu." Aku memegang perut yang sudah mulai membuncit. Ini adala
Read more
Foto Wanita
"Raja gak mau! Gak suka! Papa Raja cuma satu!"Aku sedikit terkejut mendengar perkataan Raja yang tidak mau mengakui kalau Mas Reno adalah Papanya, langsung menoleh ke Mas Fajar yang juga sedikit terkejut. Kami tidak pernah sekalipun mengajari Raja untuk melakukan hal itu, apa lagi tidak mengakui Mas Reno sebagai papa kandungnya. Kami selalu mengajari hal baik pada Raja.Begitu juga dengan Mas Reno yang ikutan terkejut. Aku menepuk dahi, bagaimana caranya agar Raja menerima semua kenyataan ini?"Raja gak mau punya Papa kayak dia.""Sayang, kamu gak boleh bilang gitu. Itu Papa kamu." Aku mengusap kepala Raja, berusaha memberikannya pengertian. "Kenapa gak mau sayang? Mama sama Papa gak pernah ngajarin kamu gitu.""Aduh." Aku memegangi perut sambil memegang tangan Mas Fajar. Suamiku itu langsung dengan sigap berdiri sambil menopang tubuhku. "Kenapa, Sayang?" tanya Mas Fajar dengan raut khawatir. "Perutku sakit, Mas." Aku merintih pelan. Raja juga ikut mendekatiku. Bagaimanapun juga
Read more
Kabar Baik atau Buruk?
"Kenapa, Sayang? Kamu kenal sama wanita itu?"Aku menoleh ke Mas Fajar, kemudian menggelengkan kepala. Aku tidak tau namanya, tetapi aku ingat sekali kalau aku pernah bertemu dengan wanita itu. Mas Fajar langsung mengernyitkan dahi mendengar perkataanku barusan. Sepertinya dia kebingungan kenapa aku kaget tadi, sementara aku tidak tau siapa wanita itu. "Tadi kamu kaget, Sayang. Masa sekarang gak tau?""Enggak, Mas. Aku gak tau siapa wanita itu." Aku menoleh ke belakang, untung saja Raja sedang tidur, jadi tidak mendengar perdebatan kami berdua. Suamiku ikut melirik ke belakang lewat kaca spion, kemudian menganggukkan kepala. "Kita bahas di rumah nanti, ya. Kamu tenang dulu, jangan dibawa pikiran, kasian anak kita.""Iya, Mas." Mas Fajar memang tau, tidak seharusnya kami membahas hal sensitif di depan Raja, meskipun anak kami itu sedang tidur, takutnya Raja malah terbangun. Ponselku berdering, dari Kafka. Kenapa dia menelepon?"Halo, Kaf." Aku melirik Mas Fajar yang tampak mengangg
Read more
Suara Wanita?
"Mbak—serius? Mbak ketemu sama Bang Reno? Dimana? Kapan?""Iya, Mbak ketemu sama Mas Reno." Aku menganggukkan kepala. Tentu saja aku berkata benar. Untuk apa aku berbohong? Kafka menatapku serius, dia memperbaiki posisi duduk. Aku menghela napas pelan. Pasti dia sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada kehidupan Mas Reno juga terutama Rini. "Mbak udah ngobrol atau cerita apa aja sama Bang Reno? Ada Rini gak?"Mendengar itu, aku tertawa pelan, membuat Kafka mengernyitkan dahi, mungkin dia bingung kenapa aku malah tertawa. "Kamu lucu, Kaf. Bilangnya udah ngelupain Rini, bilangnya udah gak peduli lagi sama Rini. Kamu bahkan mau cari wanita lain yang bisa diterima oleh Mama, tapi apa? Saat Mbak bilang ketemu sama Mas Reno tadi, yang kamu tanyain pertama kali dan ini paling utama adalah Rini. Lucu." Adikku itu langsung mengatupkan mulutnya. Dia baru sadar kalau baru saja menyebut nama Rini di hadapanku. Padahal awalnya dia bahkan sudah bilang sudah mulai melupakan Rini. "Kan ber
Read more
Siapa Lagi?
"Kenapa, Mbak? Siapa?" tanya Kafka berbisik penasaran. "Nanti malam jadi gak ya?" Nanti malam? Aku kembali mengingat apa yang dikatakan oleh Mas Fajar tadi, karena suamiku itu sudah izin juga tadi. Ah, dia akan bertemu dengan klien wanita nanti malam. Penting katanya. Wanita yang aku tau wajahnya, aku memang pernah melihat wanita itu. "Halo, Fajar, ini benaran nomornya kan? Gak salah?""Halo, ini istrinya. Maaf, Mas Fajar lagi sibuk. Nanti saya sampaikan ke Mas Fajar, ada yang perlu disampaikan?"Kali ini, wanita di seberang telepon yang terdiam mendengar suaraku. Kenapa dia? Apakah dia juga mengenali suaraku?"Oh, istrinya ya? Saya kira Fajar belum menikah. Gak ada, saya mau konfirmasi saja untuk nanti malam, apakah Fajar bisa bertemu dengan saya atau tidak.""Nanti ya, saya tanyakan dulu ke suami saya.""Yaudah, maaf ya Mbak. Saya matiin dulu teleponnya." Aku menghela napas pelan, telepon sudah dimatikan. Kemudian menatap Kafka yang penasaran sekali dengan wanita yang baru saja
Read more
Mantan Istri Reno?
"Ah, dia temen kerja aku, Sayang."Mas Fajar buru-buru menjelaskan padaku. Aku menghela napas pelan, kemudian menganggukkan kepala kepada wanita itu. "Sayang? Kamu udah punya istri, Jar? Ganteng, muda kayak gini? Kaya lagi, kenapa udah nikah aja? Wah, sayang banget."Apaan sih nih cewek? Nyari ribut sama aku, hah?! Dia gak tau siapa aku? Suamiku langsung memegang tanganku, kemudian menggelengkan kepala. Iya, aku tau jangan sampai membuat keributan di sini, tapi ini menyebalkan sekali. Kenapa juga aku harus bertemu dengan wanita ini sih? Harusnya aku tidak usah ikut saja tadi untuk menghindarkan sakit hati. Aku menghela napas kesal. "Kan saya udah pernah bilang, saya udah punya istri. Jangan ganggu saya lagi. Maaf banget, saya ada pertemuan penting. Permisi."Mas Fajar menggandeng tanganku. Kami masuk ke dalam restoran. Sungguh, aku terkejut sekali dengan perkataan Mas Fajar tadi. Dia berani mengatakannya ke rekan kerjanya?"Kamu kayaknya terkenal banget ya, Mas. Kamu berarti boho
Read more
Karma!
"Mantan istri nya Reno?" gumamku sambil mengernyitkan dahi bingung. Aku menoleh ke Mas Fajar yang menggelengkan kepala. Mas Fajar juga seperti nya tidak tau kalau wanita ini ternyata mengenaliku. "Maaf ya, kamu tau dari siapa kalau saya adalah mantan istri nya Reno? Dan itu masa lalu, tolong banget jangan bawa ke masa sekarang." Aku menatap nya kesal. Sudah lah kalau begini, aku merasa tidak dihargai. Bukan nya membahas soal pekerjaan, dia malah membawa-bawa masa lalu. "Loh kenapa? Kan saya hanya bilang tentang kamu mantan istri nya Reno. Kenapa kamu seperti tidak terima begitu? Kan memang itu fakta nya."Hampir saja aku menimpuk wanita ini dengan sesuatu. Dia sangat menyebalkan. Kenapa sih wanita ini? Dia ada masalah hidup apa hah denganku?!Kalau bisa, aku mengajak nya untuk bertengkar sekarang. Sudah lah, aku sudah tidak ada mood lagi untuk menemani Mas Fajar di sini. Aku hendak pergi saja dari sini. "Sayang." Mas Fajar mengelengkan kepala nya. Dia tersenyum padaku, berusaha m
Read more
Teror Paket
"Awas aja kamu! Kamu gak akan bisa lepas dari aku!"Oh ya?! Coba saja."Aku ingin tau apa yang bisa kamu lakukan. Silakan lakukan saja. Ingat, Mas Fajar milikku. Dia gak akan pernah kegoda sama wanita kayak kamu."Aku tertawa pelan, kemudian melangkah meninggalkan wanita menyebalkan itu. Aneh-aneh saja dia. Dia kira aku ini masih wanita bodoh hah?! Aku tidak kenal sih dia siapa, tetapi aku bisa pastikan, dia mencintai Mas Fajar dan berusaha untuk mendapatkan Mas Fajar. Maka sebelum itu semua terjadi dan aku terlambat, aku harus menjauhkan wanita menyebalkan dulu dari kehidupan Mas Fajar. "Kamu dari mana aja, Sayang? Lama banget. Yuk kita pulang aja."Aku menganggukkan kepala pada Mas Fajar. Ya, aku tidak akan pernah memberikan celah sedikit pun pada wanita lain untuk mendekati suamiku. ***"Kita pagi ini juga, Mbak?" tanya Kafka sambil mengambil makanan yang sudah jadi di atas meja."Iya hari ini, kenapa? Kamu gak bisa?" tanyaku membuat Kafka menggelengkan kepala nya. "Tentu aja
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status