Semua Bab StepLover: Bab 51 - Bab 60
108 Bab
Jangan Jatuh Cinta
Seandainya Robert bisa menelepon security dan meminta mereka untuk menyeret Candy keluar, Robert tidak mau diri ini dicap buruk karena orang-orang kantor tahu perempuan cantik itu miliknya.“Robert, aku-“ Lagi-lagi kalimat Candy disela oleh sang suami.“Aku harus mengulangi kalimatku sebelumnya?”Betapa tegas kalimat sang suami, dengan mudah menyebabkan kedua kaki Candy tidak berani terus berdiri tegap. Gadis itu kesulitan menelan ludah, menahan rasa sakit yang menyayat hati. Kepala tertunduk guna memutuskan kontak mata dan mau tak mau dia pergi meninggalkan ruangan.Ada air mata di pelupuk, cairan bening itu mencoba menjelaskan rasa sakit yang menggangu, tapi Candy tidak mau membiarkannya mengalir. “Mengapa aku menyedihkan sekali,” eluh gadis itu dengan pandangan mengarah pada langit-langit. Berkali-kali dia menghela nafas sampai air mata kembali memasuki bawah mata.“Candy?” Nama yang dipanggil meng
Baca selengkapnya
Menyinggung Diri Sendiri
Silau cahaya dari langit-langit kamar begitu mengusik mata yang masih bersembunyi di kelopak yang terpejam. Pemuda bernama Putra itu menggeliat tak nyaman sebelum mengangkat kedua tangan untuk meregangkan otot-otot tubuh yang kaku.Butuh beberapa saat mencerna sampai mata mau terpejam, dia mendudukan diri dan mulai menyapu sekitar. Entah apa yang hendak Putra pikirkan, perhatiannya disita oleh keberadaan seorang gadis cilik di tengah-tengah ruangan. Gadis yang sangat ia kenali itu sibuk dengan beberapa mainan masak-masak.“Viola, kapan kau duduk di sana?” tanya Putra, suaranya berhasil merebut perhatian sang pemilik nama.“Kakak, Kakak sudah bangun!” seru Viola dengan penuh semengat. Dia bangkit, meninggalkan semua mainannya untuk memanjati kasur. “Aku membangunkan Kakak sedari tadi,” ungkap gadis manis itu setelah terduduk di depan Putra dengan kaki berbentuk W.“Sungguh?” Putra sedikit tersentak mendengarn
Baca selengkapnya
Mom
Candy sepertinya marah pada dirinya, tapi … Putra tidak yakin mengapa. Ia baru saja bangun, tapi sang mantan sudah mengatainya seburuk itu. “Ayo Vio,” ajak Putra, memutuskan untuk mengakhiri topik pembicaraan.“Ayo, Kak Candy ikut kami,” ajak Viola kembali.“Vio, kau harus panggil dia ‘Mom’ mulai dari sekarang.” Sindiran Putra terlalu kentara, lihat betapa tajam matanya mendelik. Putra yang seperti itu mengingatkan Candy pada Robert.“Mom?” heran Viola, tak paham pada maksud dari kalimat sang kakak.“Candy bukan lagi kakakmu, dia ibumu,” terang Putra seadanya.Candy menghela nafas panjang, jari memijit-mijit kepala yang berdenyut dibuat dingin suara Putra. “Pergi makan, Putra, jangan buat aku mengulangi kalimatku lagi,” harap gadis itu putus asa.“Baik, Mom,” jawab pemuda itu sinis.“Hei!” jerit Candy, geram dibuat Putra
Baca selengkapnya
Nama Perempuan Lain
Putra, Putra dan terus Putra! Siang sampai malam Candy serasa gila dibuat pemuda yang terus dengan sengaja memanggilnya ‘Mom’ itu. Tapi … mengapa hati ini berdetak begitu menyenangkan, hangat bagaikan nikmatnya segelas cokelat hangat?Telapak tangan melayang keras, menghantam lengan secara langsung. “Akhh!” Candy merintih. “Apa yang baru saja aku pikirkan?” tanyanya pada diri sendiri. “Jangan berani memikirkan lelaki itu, Candy,” tegasnya. “Putra tidak pantas berada di dalam pikiranmu.”Candy mendengus sebel, meninggalkan depan cermin dan beranjak keluar dari kamar mandi. Gadis itu menggenakan gaun tidur berlengan pendek berwarna biru langit, dikejutkan oleh sang suami yang entah sejak kapan sudah berada di dalam kamar. Jam menunjuk pukul sembilan malam, sepertinya Robert baru saja pulang dari lembur.“Kau sudah pulang?” Candy spontan menutup bagian dengan tubuh dengan menyilangkan ke
Baca selengkapnya
Pasangan Bahagia
Ekpresi wajah Candy berubah tak bisa diartikan. “Bianca?” beonya, nada tanya sukses menyadarkan Robert dengan cepat.Robert begegas bangkit untuk duduk, memastikan betul-betul siapa sang pemilik suara yang sedari tadi memanggil. Ia mengira Bianca bersikap manja, tapi ternyata istrinya yang menawarkan air hangat untuk mandi tadi.“Candy,” sebut Robert, mendadak cemas menantikan apa yang akan Candy pertanyaan karena nama perempuan lain yang ia panggil tanpa sadar.Candy mengambil duduk di sebelah Robert sebelum melontarkan, “Aku minta maaf, kau pasti sangat mencintainya.” Candy bukan mengashini Robert yang dia kira dikhianati Bianca, Candy hanya merasakan sakit yang sama tanpa tahu bahwa fakta yang diketahui tidak lain hanyalah kebohongan semata. “Kau baik-baik saja melihat Bianca bersama Putra?” tanya Candy kala kontak mata bertemu.Robert terdiam beberapa saat, tapi tidak hadir niat untuk mau bercurhat. Lela
Baca selengkapnya
Hadiah
Putra bercedih, tidak usah ada sopan santun di antara mereka yang tidak baik hubungannya. Putra kesal diperlakukan seperti anak kecil, pemuda itu memilih mengabaikan dan melanjutkan perjalanan kembali ke kamar.Saat lenyap dari netra, Robert dan Candy saling menjauh. Acara tarik menarik kembali berlanjut, pergelagan tangan yang dicengkram terlalu keras membuatnya merintih. “Sakit!”Robert menulikan telinga, memaksa memasukkan Candy ke dalam mobil. Candy sudah cemas setengah mati memikirkan ke mana sang suami akan membawa dan ternyata tebakkannya sama sekali tidak meleset. Lagi-lagi sang suami membawanya ke club malam, tempat yang paling ia benci. Tempat yang telah memberinya pengalaman dan perasaan buruk.Sementara itu, Bianca sudah menunggu di dalam. Duduk seorang diri di meja batender sembari mendengus sebel, menanti kehadiran seorang lelaki yang tidak datang tepat waktu. Seloki berisi cairan bening memabukkan, Bianca habiskan dalam satu kali teguk
Baca selengkapnya
Drama
“Yaampun …” Bianca terkekeh geli, sama sekali tidak menyangka Robert tega memperlakukan Candy seburuk itu. Haruskah ia puji Robert karena telah memberinya hadiah yang sangat menghibur hati? Bianca menikmati betapa sengsara dan takut ekpresi wajah Candy.“Kau suka hadiah dariku?” tanya Robert, suaranya begitu nakal memasuki indera pendengar.“Sangat suka,” jawab Bianca, gayanya tidak kalah menggoda. “Aku sangat menyukainya sampai aku ingin membawamu ke tempat yang sepi.” Bianca kembali menatap Candy sebelum melanjutkan, “Tapi Candy tidak melakukan apa pun, ini kurang menarik.”Robert menatap apa yang Bianca tatap dan ia setuju. Candy tak henti berusaha melarikan diri dari orang-orang yang melingkari. Candy menutup kedua telinga, otak seperti akan meledak dibuat bisingnya lagu DJ dan suara jeritan memuakkan.Gadis itu berusaha kabur dengan menerobos, malangnya tubuh harus tersungkur karena d
Baca selengkapnya
Air Mata
Candy menguatkan hati, tidak mau dilihat lemah. Gadis itu menggelap air mata yang membasahi pipi sebelum bangkit. “Akh!” Candy kembali terjatuh karena kaki yang berdenyut.“Kau baik-baik saja?” tanya Bianca dengan ekpresi yang dibuat cemas. Perempuan itu mencoba membantu, tapi tangannya ditepis kasar oleh Candy.“Auch!” rintih Bianca, terdengar jelas seperti dibuat-buat. “Kasar sekali,” sunggutnya.Menahan rasa sakit di pergelangan kaki kanan, Candy memaksa diri untuk bangkit. Candy bahkan tidak mau menatap Bianca, matanya berfokus hanya pada sang suami yang masih duduk dengan tenang. Dua menit ruangan itu seolah-olah hening, Candy memutuskan kontak mata dan berlari pergi begitu saja dengan tertatih-tatih, meninggalkan Robert dan Bianca.Robert menyaksikan seperti apa Candy berhenti untuk melepas heel dan membuangnya sembarang, gadis itu lenyap dari jangkuaan saat melewati pintu kaca. Robert tidak tahu apa y
Baca selengkapnya
Menyalahkan Diri
Mata berkedip menyebabkan cairan bening yang sudah memenuhi pelupuk mata menetes. “Mandu,” panggil gadis itu pada pemuda yang ia kenali. Ingatan akan pakaian yang terbuka menyebabkan Candy reflek menutup bagian atas tubuh menggunakan lengan, kepala tertunduk karena malu.“Di mana Robert?” tanya Mandu sembari melepas jas dan menyampirkannya ke pundak Candy, gadis itu berhasil menutupi tubuh yang terbuka dengan kain tebal itu. “Mengapa kau sendiri di sini?”Candy tidak bisa menjawab dua pertanyaan yang Mandu lontarkan. “Berdirilah.” Mandu dengan hati-hati menarik Candy sampai berdiri, gadis itu kembali tenang kala menyadari panjang jas Mandu berhasil menutupi setengah pahanya yang sebelumnya tidak tertutup.“Mengapa kau ada di sini?” tanya Candy saat Mandu menuntunnya masuk ke dalam mobil. Mandu berlari ke bangku setir yang terletak di samping bangku Candy.Memasang sabuk pengaman sebelum menjawab,
Baca selengkapnya
Telah Berlalu
Candy seharusnya tidak mengeluarkan keluhan itu, tapi Mandu yang terus memaksa menyebabkan hati tidak kuat menahan mulut dari tetap tertutup. “Aku terus memikirkannya dan aku mungkin memang layak dia benci.” Lagi-lagi air mata yang mengalir tanpa titah menyebabkan Candy merasa sangat tak berdaya.“Hari itu … aku-“ Candy terdiam, kalimat tidak dapat berlangsung karena dekapan hangat yang tiba-tiba mendarat. Harum bau parfum menyeruak indera penciuman, Candy menoleh untuk menatap dia yang sudah dapat dipastikan siapa.“Mandu …,” panggil Candy pelan, seolah-olah mempertanyakan untuk apa dekapan itu.“Kau tidak harus mengingat kembali hari buruk itu,” kata Mandu sembari mengelus lembut surai hitam Candy guna menenangkan. “Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi Candy, kau tidak pantas menyalahkan dirimu sendiri. ” Mandu melanjutkan, “Apa pun yang terjadi, aku yakin semua itu adalah ketidak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status