All Chapters of StepLover: Chapter 71 - Chapter 80
108 Chapters
Bantuan dari Gadis Kecil
Tangan Robert dengan kokoh memegangi pinggang ramping Candy sementara Candy dengan sigap menarik bagian jas sang suami karena takut akan dilepas. Apa yang ada di dalam pikiran Robert? Diam-diam dia baru saja memuji betapa cantik istrinya yang tidak pernah ia perhatikan.Bulu mata lentik, matanya bulat. Hidung kecilnya mancung dan bibir berwarna peach alami. Kulitnya putih dan bersih, terlalu cantik sampai Robert lupa untuk berkedip.“Oh, astaga!” Candy bergegas menyadarkan diri, merontak keluar dari pegangan sang suami dan menciptakan jarak. “Ma-maaf, maafkan aku!” Candy gelagapan, tangannya terangkat untuk menyelip surai hitam yang mengganggu pipi. “Terima kasih.”Robert tidak merespon. Puas melototi Candy, dia pergi begitu saja. “Akan aku masakan sarapan!” seru Candy, tapi tidak ada tanggapan. “Akan aku antar,” katanya lagi, kali ini berhasil menghentikan langkah kaki Robert.Robert berbalik un
Read more
Kesempatan Emas
Kedua sudut bibir tertarik naik, Candy menampilkan senyuman terbaik yang sanggup dia keluarkan untuk sang suami yang menatap. Entah mengapa, tapi Robert punya firasat bahwa apa yang Viola katakan adalah ide sang istri. Lihat wajah cantiknya yang seolah-olah mencoba menyembunyikan sesuatu, dia tidak pandai berdrama.“Ayo, Vio, kita temani papah makan.” Viola mengulurkan kedua tangan, membiarkan Candy mengangkat tubuhnya ke atas meja lebar. Viola duduk dengan posisi kaki terlipat. Candy mengambil duduk di salah satu kursi biru yang terletak di depan meja sebelum menyusun rantang di hadapan Robert.“Aku tidak pernah bilang mau makan,” celetuk Robert, sebel dibuat sikap sok lugu sang istri. Robert merasa diri ini lebih baik dibiarkan mati kelaparan dari pada harus menyentuh makanan Candy!Candy tersenyum menanggapi, “Tapi Viola ingin menemanimu makan.” Candy menatap Viola bertanya, “Betul tidak, Vio?” Lihat mata Candy
Read more
Di Dalam Pikiran
Ancaman berhawa dingin sang suami tidak pernah gagal menakutkan menyebabkan mata Candy melebar dan nafas tercekat begitu saja. Robert menggerutu. Puas mencaci Candy di dalam hati, dia membuka mulut untuk melahap sepotong sosis yang masih terarah padanya.“Oh, tidak!” Candy bergegas menarik sendok menjauh dari Robert yang hampir saja melahap. Candy takut pada apa yang ada di dalam benak Robert, itu sebab segera mengembalikan sendok ke atas rantang.“Ck!” Robert berdecih sinis. ‘Beruntungnya dia masih tahu takut,’ batin pria itu sebel. Robert meraih sendok yang dilepas Candy sebelumnya dan melanjutkan acara makan.Acara makan siang itu begitu singat, tapi entah bagaimana belum bisa meninggalkan kepala Robert. Setelah Robert menghabiskan suapan terakhir, Candy meninggalkan ruangan bersama Viola. Sudah berjam-jam yang lalu bahkan Robert akan segera pulang, tapi ia masih mengingat betapa manis senyuman sang istri.Robert men
Read more
Tembok Es
Ruangan begitu hening, apa yang terdengar hanyalah suara AC. Tidak ada suara Robert, bahkan nafasnya pun tidak terasa. Candy memberanikan diri membuka mata, perlahan-lahan mengangkat kepala sampai kontak mata bertemu.Mata Candy berkedip dan kembali terkunci dengan mata sang suami. Masih tidak ada sepatah kata membuat Candy memberanikan diri untuk lari meninggalkan kamar. Candy keluar tanpa lupa menutup pintu kembali, meninggalkan Robert yang baru saja tersadar dari lamuan.Robert menggeleng cepat, mencoba membuang apa yang ada di dalam benak. Entah apa itu, tapi pemikiran tadi menyebabkan jantung seolah-olah berdebar lebih kencang.“Aku benar-benar bisa gila,” eluh Candy sembari mengetuk kepala menggunakan ruas jari, dia berhenti berlari kala sudah jauh dari kamar. Candy meniup nafas setelah memastikan kalau Robert tidak keluar untuk menyusul.Candy berharap Putra atau Mandu segera pulang, setidaknya kehadiran mereka akan membuat keadaan ruma
Read more
Hantu Penunggu
Bukan jawaban sinis seperti itu yang Candy harapkan dan bukan kalimat dingin seperti itu yang ingin Putra keluarkan. Di antara mereka, bukan niat Robert juga untuk menguping. Mata lelaki itu sudah terbuka sedari awal Candy menyelinap masuk, sang istri tidak menyadarinya karena kondisi kamar yang lumayan gelap dan hanya diterangi oleh lampu tidur.“Kau benar.” Candy tidak tahu mengapa dusta itu keluar, dia hanya gagal mengendalikan diri yang ingin membalas sinis kalimat Putra. “Sebenarnya rasanya sangat menyenangkan karena tidak ada siapa pun di rumah, aku merasa bebas. Tapi aku harus menjaga Viola. Setidaknya Viola lebih suka bersamamu saat kau ada.”“Lalu, aku harus membawa Viola datang bersamaku, hm?”“Tidak,” jawab Candy. “Aku tidak masalah ada Viola dan lagipula kau sepertinya sangat asyik bersama pacarmu itu.”Itu tidak benar, ekpresi wajah menyebalkan Putra berubah tak terbaca karena kalima
Read more
Lipstick
Terdengar mencurigakan, Candy lebih baik menganggap telinganya sudah rusak dari pada berpikir Robert benar-benar mengajaknya ke kantor.“Kau tuli atau meninggalkan telingamu di dalam kamar?” cela Robert, mulai kesal dibuat Candy yang tidak habis mencerna singkat kalimatnya. Lihat ekpresi kebinggungan Candy, dia begitu menyebalkan.Perlahan Candy melontarkan, “Kau bilang, aku ikut kau ke kantor?” Candy hanya ingin memastikan, tapi helaan nafas yang mengalun dan diikuti oleh muncul ekspresi marah sudah menjelaskan semuanya.“Apa gunanya otakmu jika aku harus terus mengulangi singkat kata yang sangat mudah dipahami?” hardik sang suami, membuat Candy kian yakin kalau telinganya masih berfungsi dengan baik.Namun, Candy sudah cukup trauma untuk berani pergi bersama Robert. Setiap kali pria itu mengajak, Candy tidak pernah berakhir dengan duduk tenang dan bahagia. Candy berdalih, “Aduh, sepertinya kau sudah hampir terla
Read more
Jangan Marah
Candy takut pertanyaannya menyinggung dan Robert akan menggaruknya seperti kucing garong.Namun, sepertinya hal itu tidak akan terjadi karena Robert malah lebih banyak terdiam dari pada mengoceh soal sembarang alasan.Robert berpikir, tidak ada siapa pun yang datang selain Bianca. Maka dari itu, benda itu sudah jelas milik Bianca. ‘Apa dia sengaja meninggalkan lipstiknya di situ?’ tebak Robert, ekpresi wajahnya berubah tidak senang.Candy tidak mau dimarahi. Dia bergegas mengalihkan pandangan menuju lipstik yang masih berada di tangan. “Warnanya bagus.” Suara Candy kecil, tapi berhasil sampai di telinga Robert.Sekali lagi, Candy takut dimarahi karena terlalu banyak bertanya. Namun, salahkah jika Candy menaruh curiga? Pernikahannya sudah cukup buruk, Candy tidak ingin ada suatu yang dinamakan selingkuh atau main perempuan di belakang.Bertanya pun sepertinya tidak akan berguna kecuali Candy ingin diocehi. Dengan berat hati d
Read more
Penggemar Rahasia
‘Apa yang aku lakukan?’ Kalimat itu ada di dalam pikiran Robert, sang empu mempertanyakan diri sendiri yang entah mengapa menurut seperti itu. Untuk apa? Untuk siapa? Robert merasa seperti sedang mencoreng harga dirinya sendiri, tapi sikap yang ditunjukan pun sudah terlanjur menyetujui.Robert mendengus dan melanjutkan acara berjalan menuju dapur. Suami istri itu menghabiskan makan malam bersama, dan pagi hari tiba begitu saja.Sementara Candy sibuk membereskan sisa piring, Robert meningalkannya untuk pergi bekerja.Namun, langkah kaki Robert dihentikan oleh suatu tas belanjaan yang entah bagaimana berada di teras rumah. “Dia membeli sesuatu?” tebak Robert, ekpresi wajahnya tampak begitu tidak senang. Robert menyambar tas belanjaan berwarna putih itu dan melemparnya ke atas sofa.Robert pergi begitu saja, pintu tertutup di saat bersamaan dengan Candy menampakkan diri. Gantian Candy mendengus, gadis itu sebel karena ia gagal mengant
Read more
Istriku
Candy terdiam, berusaha mencerna alasan mengapa sang suami tiba-tiba mengusir. Tidak, Robert bahkan tidak memberi alasan.“Kau tidak suka bekalnya?” Candy melontarkan apa saja yang dia bisa, tapi jawaban yang Robert berikan cukup sadis sampai berhasil menusuk hati.“Sejak kapan aku suka sesuatu darimu?” tanya lelaki itu kembali.Candy tidak bisa menjawab, jadi dia berucap, “Maaf.” Gadis itu tampak kikuk, dia menggaruk tengkuk yang tak gatal dan berkata, “Aku akan pulang, tapi tolong habiskan makanannya.”Robert enggan menannggapi. Dia memutar bola mata 180 dejarat, bosan dan menyaksikan sang istri beranjak pergi meninggalkan ruangan.Setelah pintu kembali tertutup, Robert bangkit dari duduk. Dia menuju sudut ruangan yang terdapat sebuah tong sampah kecil dan melempar tas belanjaan yang dia pegangi sedari tadi. Benda dengan kertas mewah itu mendarat sempurna di dalam tong sampah yang berisikan beberapa
Read more
Bersama Mandu
“Hai …, Viola.” Candy berlutut untuk menyamaratakan tinggi badannya dengan Viola, mengulurkan tangan dan mendekap gadis cilik itu erat dan penuh dengan cinta. Seperti biasa, Viola selalu bersikap sangat bersahabat dan penuh semangat.Padahal Putra baru saja kembali pagi ini, Candy berpikir. Bisa-bisanya Viola dan Mandu pulang di hari yang sama, mereka membuat keadaan rumah spontan menjadi jauh lebih ramai dari semalam. Haruskah Candy merasa lega? Sejujurnya beberapa hari ini terasa canggung karena hanya ada dirinya bersama Robert.“Bagaimana kabarmu?” Mandu bertanya, berhasil merebut perhatian Candy dan membuatnya menatap.Candy bangkit untuk menghadap sebelum menjawab, “Aku baik, bagaimana denganmu?”“Baik.” Mandu menatap jam yang melekat di pergelangan tangan kiri sebelum kembali bertanya, “Kau sudah makan?”Kebetulan Candy belum, jadi dia menggeleng sebagai jawaban. “Kebetu
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status