Semua Bab Hear Me: Bab 41 - Bab 48
48 Bab
41. Pertemuan Kedua Ibu
"Lo lagi sibuk apa sih, Sam?" Tanya Dildar pada teman lelaki yang duduk di hadapan nya. Laki-laki itu sedang bersantai sebab sekarang waktu nya jam istirahat. Dan kebetulan dia bertemu Samuel, sohib nya sejak pertama kali masuk kerja. "Baca google.""Anjrit. Tumben? Ngapain deh?" Karena nya Dildar jadi terkikik geli. "Cari informasi lah.""Informasi artis idola lo yang dari Korea itu?" "Bukan. Ini gue lagi cari informasi Jianna Alatas.""Siapa tuh?" Sontak, Samuel langsung mendongak. Lelaki itu kemudian menatap Dildar dengan tidak percaya. "Lo nggak tahu, Dil?""Tahu apa?""Jianna Alatas, putri semata wayang Abraham Alatas, pemilik gedung 45 lantai itu loh, Dil." Dildar mengernyit. "Emang gue harus tahu?" Samuel mendengus. Berbicara dengan Dildar memang sedikit menguras emosi nya. "ENGGAK HARUS! TAPI AWAS AJA KALO LO KETAHUAN NAKSIR SAMA TUH CEWEK!""Ya elah... Naksir sama yang setara sama kedudukan gue aja belum tentu di terima, apalagi naksir cewek kalangan atas. Enggak leve
Baca selengkapnya
42. Sorot Mata Itu
"Bukan kah tidak ada Ibu yang tidak menyayangi anak nya?" Benar, Mauryn setuju dengan apa yang Tamara bilang. Dan tentu nya, dia juga amat sangat menyayangi Jianna, putri tunggal nya, sampai-sampai dia terjun langsung seperti ini itu, semua nya hanya untuk memastikan laki-laki yang kemarin bepergian dengan anak gadis nya. Bagaimana pun, Mauryn sadar kalau Jia gadis kecil nya sudah menginjak dewasa dan memiliki paras yang begitu cantik. Jadi wajar saja kalau banyak laki-laki terpikat."Nama nya Jeffrey. Dia harta paling berharga yang saya miliki di dunia ini." Suara Tamara kembali terdengar, membuat kesadaran Mauryn kembali."Dia pasti anak yang membangga kan.""Sangat. Sejak kecil, dia sudah mengerti banyk hal dan ketika dewasa, dia tumbuh menjadi laki-laki bertanggung jawab. Butik ini adalah bukti nyata dari hasil kerja keras nya selama ini." Kalau di lihat dari sorot mata nya, tidak ada bualan sedikit pun yang Mauryn tangkap dari kedua mata Tamara, ketika menceritakan sosok Jeffrey
Baca selengkapnya
43. Red Day
Hening menyelimuti sepasang anak Adam dan Hawa yang saat ini sama-sama sedang menatap ke arah bawah pada jalan raya yang ramai. Kendaraan umum, mobil pribadi, sepeda motor, seolah saling balapan untuk sampai ke tujuan masing-masing. Belum lagi suara klakson kendaraan yang saling bersahutan, kian menambah keributan pada jalanan tersebut, hingga pada atap rumah sakit pun kebisingan nya masih terasa. Hal itu sontak membuat Rinji menghela napas lelah. Dia tidak suka keramaian yang seperti itu, karena membuat kepala nya jadi semakin runyam. Maka dari itu, dia memilih untuk membalik kan tubuh nya, menyandar kan punggung mungil nya pada tembok pembatas di sana. Dan apa yang di lakukan gadis tersebut, tentu saja memancing atensi Jeff yang ada di samping nya. "Kenapa?" Tanya pria itu. Rinji menggeleng. "Tidak suka keramaian?" "Bukan. Hanya saja, di bawah sana sangat berisik. Dan aku tidak suka. Karena itu menambah keributan di kepala ku saja." Saat menjadi diri nya sendiri di samping pri
Baca selengkapnya
44. Pertemuan Tidak di Sengaja
"Jadi, benar kan kalau kamu memperlakukan semua wanita sama saja?" "Bersikap manis, perhatian, ya... Seperti lelaki pada umum nya." Demi Tuhan, kalimat itu masih tengiang-ngiang di kepala Jeff, bahkan ketika dia hendak memejam kan kedua mata nya. Waktu sudah menunjuk kan pukul sebelas malam dan Jeff sulit memejam kan mata nya hanya karena kata demi kata yang Jianna ucap kan tadi siang. "Wanita memang rumit." Gumam Jeff seraya menghembuskan napas frustasi nya. Kemudian, pria itu memilih untuk bangkit dari ranjang, lantas bergegas keluar. Sebelum itu, terlebih dahulu dia menyambar hoodi cokelat milik nya yang ada di lemari. Jeff butuh udara segar. Maka nya, dia memilih untuk berjalan kaki. Di pikir-pikir, sudah lama juga Jeff tidak jalan santai seperti ini. Dulu, waktu dia masih sekolah, dia sering melakukan nya. Rumah Jeff masuk gang sempit yang hanya bisa di lewati satu kendaraan sepeda motor. Namun, ketika keadaan mulai berubah, semua itu Jeff tinggal kan, sebab, dia terlalu sib
Baca selengkapnya
45. Peluk untuk Jia dan Rinji
"Seperti nya, ada satu hal yang harus kamu tahu tentang saya." Ucap Jeff pada akhir nya. Hal itu membuat Rinji tidak bergeming untuk beberapa saat, sebelum akhir nya berdeham dan bertanya penasaran."Apa itu?" "Saya tidak mudah berteman dengan perempuan." Entah apa yang ada di kepala Jeff saat itu, sampai dia harus mengatakan kalimat tersebut."Benar kah? Lalu kenapa mau berteman dengan ku? Kamu juga mau berteman sedekat itu dengan anak boss mu." Hardik Rinji, membuat Jeff menarik napas nya dalam-dalam dan menghembus kan nya perlahan. "Vella, dia itu sudah saya anggap sebagai adik saya sendiri." "Lalu bagaimana dengan ku?" Tanya Rinji, yang sejujur nya, dia pun menyesal telah menanya kan kalimat itu. Tapi, sungguh, dia benar-benar penasaran perihal alasan Jeff mau berteman begitu saja dengan nya. Karena seharus nya, jika Jeff benar-benar tidak mudah berteman dengan wanita, Jianna Alatas tidak akan pernah berteman dengan Jeff. Rinji pun demikian, apalagi sampai di ajak ke pantai, h
Baca selengkapnya
46. Ice Cream
Rinji tidak habis pikir dengan diri nya sendiri malam ini. Bagaimana bisa dia menangis tersedu-sedu dalam dekapan seorang pria asing yang bahkan belum satu tahun dia kenal. Dildar yang sudah dia kenal dua tahunan ini, tidak dia biar kan melihat sisi rapuh nya, tapi Jeffrey, pria yang sekarang sedang menikmati ice cream itu sudah tahu sisi lemah Rinji, ya meskipun sisi lemah yang di tampil kan adalah milik Jianna. Tapi tetap saja, Rinji dan Jianna adalah orang yang sama. Entah lah, Rinji pun bingung. Mungkin karena ini hari merah nya. Bukan kah perasan perempuan menjadi campur aduk ketika sedang dalam masa periode nya. Tapi tidak bisa di pungkiri juga, Rinji suka dengan perlakukan Jeff. Dia nyaman dengan bagaimana lelaki itu memperlakukan nya tadi. Memeluk nya sambil membisik kan kalimat penenang, Rinji benar-benar suka, sampai dia sedikit berdebat ketika mata nya bersirobok dengan mata Jeff. Dan sontak, dia langsung berdeham sambil mencoba untuk terlihat biasa saja, padahal jantung
Baca selengkapnya
47. 03 am
Pukul tiga pagi, Jeff masih terjaga di sebuah apartmen yang beberapa waktu lalu menampung nya saat hujan badai dengan gemuruh petir yang lantang, singgah di ibu kota. Adalah apartmen milik Rinji yang saat ini sedang bermain peran sebagai Jianna. Awal nya, Jeff hanya mau mengantar kan gadis itu pulang, karena tidak bisa membiar kan wanita pulang sendirian malam-malam. Di tambah lagi, saat itu angin mulai bertiup kencang dari biasa nya, lalu di susul suara petir beserta kilat nya mulai menampak kan diri, menerangi bumi di kota Jakarta untuk seperkian detik secara terus-terusan. Maka dari itu, Rinji menyaran kan Jeff untuk singgah. Meskipun pada awal nya Jeff enggan, tapi semesta berkata lain. Saat kaki nya hendak kembali menyentuh tanah-- setelah memastikan Rinji selamat sampai unit nya, hujan dengan deras nya membasahi seluruh kota Jakarta, di susul amukan petir yang membuat malam menjelang pagi kala itu terasa mencekam, dan Jeff berakhir singgah di unit Rinji. Sebab, lelaki gagah pe
Baca selengkapnya
48; Hujan dan Desahan
Bukan tanpa alasan kenapa Jeff takut dengan suara hujan di malam hari. Semua itu berawal saat usia nya enam tahun. Jeff kecil terbangun dari mimpi indah nya, ketika suara hujan pada malam itu mengusik tidur nya. Dia menangis sambil berharap Mama nya akan segera menghampiri nya. Namun sayang nya, belasan menit telah berlalu dan Mama nya tak kunjung datang, akhir nya Jeff memutus kan untuk berjalan mencari sang Mama. Dia membuka pintu kamar nya pelan, dan segera di sambut suara dari televisi yang menyala dengan volume besar. "Mama?" Jeff kecil bersuara pelan, berharap sang Mama akan menyadari kehadiran nya, namun beberapa kali Jeff memanggil Mama nya, sosok itu masih tetap tak muncul, sampai akhir nya, dengan penuh tekad, Jeff berjalan menuju sofa buluk yang ada di ruang tv, berniat untuk mengambil remot dan mematikan televisi tersebut. Namun sayang nya, belum sempat dia melakukan hal tersebut, langkah nya terhenti saat telinga nya mendengar suara desahan di antara berisik nya suara
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status