Semua Bab Hear Me: Bab 11 - Bab 20
48 Bab
11; Kekosongan
Hari semakin gelap, lantunan ayat suci pun sudah berkumandang. Rinji terdiam seorang diri di jembatan gantung sambil menunggu Dildar menyelesaikan ibadah nya. Iya, mereka sengaja berlama-lama di satu tempat saja, karena yang mereka inginkan hanya moment bersama, bukan lain nya. Karena setelah ini, mereka sudah bukan lagi rekan kerja yang bisa bertemu setiap hari.Jika dengan Dildar dia bisa lupa dengan segala persoalan hidup, maka kepergian Dildar mengembalikan nya ke dunia yang sebenar nya. Rinji tahu hidup memang tidak mudah. Dia juga paham kalau dunia adalah tempat kesakitan, yang hanya di huni untuk sementara waktu. Tapi satu hal yang Rinji tidak bisa mengerti, kenapa masalah hidup nya tidak kunjung selesai, bahkan ketika dia sudah berusaha untuk membenahi nya satu-persatu. Selama ini Rinji berusaha keras untuk tetap kuat di hadapan banyak orang. Dia memanupulasi manusia-manusia yang ada di sekitarnya dengan membagikan energi positive. Padahal ya
Baca selengkapnya
12; Stalker
Dari liburan singkatnya, ada satu hal yang Jeff syukuri. Lensa kamera nya ternyata berhasil mengambil potret Rinji yang sedang merenung di jembatan gantung. Dan,  Jeff baru menyadari kalau ternyata Rinji cantik. Bahkan side profil gadis itu terlihat sekelas dengan model-model yang dia lihat di internet.  "Saya beruntung bisa memotret nya." Monolog Jeff. Karena jujur saja, meskipun dia hanya memotret nya sekali, tapi hasilnya luar biasa. Dia hanya tinggal mengeditnya sedikit lagi untuk mempertajam gambar, hingga ketika sudah sempurna, Jeff memposting nya di akun media sosial yang di khususkan untuk menyalurkan hobi photography nya. 'Terlihat ramai tapi sebenarnya kosong'  Itu yang Jeff tulis sebagai judul untuk foto Rinji yang dia posting. Saat itu, di sana memang ramai, tapi Jeff dapat melihat kekosongan yang Rinji rasakan dari matanya. Jadi itu adalah judul yang sangat cocok.  Drt... Drt...
Baca selengkapnya
13; Tammy's House
Rinji sedikit gugup, ketika lensa kamera mengarah pada nya. Jika kalian berpikir pekerjaan baru Rinji adalah model, salah besar. Rinji bekerja sebagai asisten pribadi di sebuah butik yang bernama Tammy's House. Tetapi karena sesuatu tak terduga---model langganan butik tersebut tidak bisa datang karena ada keperluan, jadi Rinji terpaksa dijadikan model pengganti untuk katalog terbaru. Sebenarnya tidak masalah, Rinji senang dapat bayaran tambahan di hari pertama nya kerja. Akan tetapi, Rinji mati gaya. Dia tidak tahu harus bagaimana selain tersenyum menghadap kamera dengan badan tegap seperti hendak melakukan foto pas. "Rinjani," panggil pemilik butik tersebut yang juga merangkap peran nya sebagai photographer, guna menghemat pengeluaran. Tamara nama nya. "Rinji, Bu." Koreksi Rinji karena nama nya salah disebut. "Ah iya, Rinji. Sorry." "Hehe, iya Bu." "Honey, kamu enggak usah kaku ya, santai aja supaya hasilnya bagus. Saya enggak bakal gigit kamu kok."
Baca selengkapnya
14; It's Okay
"Kenapa? Mama belum siap-siap akting ya?" Tamara meneguk ludah. Kalau sampai Jeff marah, bisa gawat urusan nya. "Jeff, listen---" "C'mon Mam, I miss you." Tapi, Jeff tidak marah. Dia malah langsung menghamburkan diri nya pada pelukan sang Mama. "Darling, I miss you so so sooooo much." Ibu dan anak itu berpelukan dengan erat, membuat Rinji---satu-satu nya orang yang tersisa di sana, ikutan merasa hangat. Rasanya senang bisa melihat interaksi anak dan orang tua yang sedekat ini. Karena tidak semua orang bisa melakukan nya. "Anak nakal kamu ya, ngunjungin Mama kalau ada kabar sakit aja!" Ujar Tamara begitu pelukan nya dengan sang anak terlepas. Nama nya juga Ibu-Ibu, mengomel adalah hal yang biasa. Dan Jeff hanya manggut-manggut saja, lalu meminta maaf setelah Tamara selesai dengan omelan nya. "Tapi Mama enggak sakit kan?" "Enggak. Mama bohong, Honey. I'm sorry, dan Mam
Baca selengkapnya
15. Panggilan Video
Hingar bingar dunia malam terpaksa mengusik kehidupan Jeff yang damai, hanya karena satu panggilan dari seseorang yang tidak boleh dia abaikan.Iya, Vella. Gadis itu memaksa Jeff yang sedang mengerjakan sesuatu di laptop nya untuk pergi ke kelab. Sebenarnya Jeff enggan, karena tempat itu sangat bising. Belum lagi, bau asap rokok dan alcohol yang mengganggu indra penciuman nya. Ugh! Jeff benci tempat seperti itu. Tapi bagaimana lagi, Jeff tidak bisa menolak permintaan Vella, sekalipun dia harus terjun ke sungai Amazon. "Jeff ayolah, kita bersenang-senang disini." Teriak Vella sambil mengudarakan gelas berisi tequila nya. Jeff tidak menjawab, dia hanya mengangguk saja sebagai respons nya. "Bersenang-senang Jeff. Bukan diam kayak patung!" Jeff mengesah, lalu ikut serta mengangkat gelas miliknya, yang kemudian beradu dengan gelas milik Vella. "Yeah, cheers!" Seru Vella yang kemudian menenggak hingga tandas tequila nya.
Baca selengkapnya
16; Sapaan Singkat
Sempat kehilangan Vella karena panggilan video tanpa di sengaja itu, akhirnya Jeff kembali menemukan keberadaan nya lagi, yang kini tengah menjadi pusat perhatian karena tarian nya begitu menonjol. Vella menari layak nya orang gila yang tak punya malu sampai Jeff langsung geleng-geleng kepala.Vella dan kelab malam, rasanya memang tidak bisa terpisahkan, pikir Jeff. Iya, sebab ini bukan sekali dua kali nya Jeff mendampingi Vella disini, dengan tingkah hyper nya.Pernah waktu itu Vella benar-benar mabuk dan kehilangan kewarasan nya, sehingga berani menyentuh bibir Jeff dengan lihai ketika pria itu baru saja membaringkan nya di ranjang. Kontan posisi mereka seperti sepasang kekasih yang hendak bercinta, padahal yang terjadi sebenarnya Jeff hanya diam. Dia tidak mengindahkan ciuman Vella, tidak juga mengelaknya. Sampai kemudian Vella menghentikan pagutan nya, lantas menatap Jeff dengan kesal. "Jeff... Kenapa kamu diam?" Rengek wanita itu dengan nada sedikit manja
Baca selengkapnya
17; Mrs Alatas
"Jeff, kamu mau?" Si pemilik nama hanya menggeleng sebagai jawaban nya. Sebenarnya, Jeff masih tidak percaya kalau Vella mau makan di pinggir jalan seperti ini. Ini adalah hal yang sangat langka, karena biasanya Vella hanya mau makan di restaurant bintang lima saja. Tapi malam ini? Entahlah, Jeff juga bingung. Lebih baik dia menurut saja."Satu ya Bang. Makan disini." Ucap Vella pada Abang nasi goreng yang tengah mencampurkan berbagai macam bumbu di atas wajan yang sudah terisi nasi putih. "Siap neng. Duduk dulu." Mereka pun duduk di kursi pelastik dengan posisi berhadapan. "Kamu serius makan di sini?" Tanya Jeff memastikan sekali lagi. Dia takut kalau beberapa menit kemudian Vella berubah pikiran. "Iya Jeff. Kenapa sih?" Lalu Jeff menggeleng, membuat cengiran di bibir Vella terlihat. "Kamu khawatir aku kenapa-napa kan?" Jeff mengesah sebelum kemudian berkata jujur."Tumben?""Hehe. Kemaren aku di ajak makan di sini, dan ternyata lebih enak dari
Baca selengkapnya
18; Persetujuan
Pada awalnya, Rinji ingin tetap kukuh pada pendirian nya. Tapi, ketika mendengar kalimat pria di depan nya, dia jadi takut. Benar juga, penjahat mana yang tidak akan terpancing ketika melihat seorang wanita berdiri sendirian di jalanan? Ya, sampai pada akhirnya di sinilah Rinji. Duduk manis di kursi penumpang mobil Jeffrey Karenzio. Suasana di dalam mobil senyap, nampak seperti tidak ada manusia di dalam nya. Sampai kemudian Rinji mendengar dehaman Jeff, lalu di lanjut dengan suara bariton pria itu. "Kamu mau ke rumah sakit mana?" Ah iya, Rinji lupa kalau dia belum mengatakan rumah sakit mana yang akan menjadi tujuan nya. "Pelita Bangsa.""Oke." Lalu hening lagi. Sebenarnya Rinji tidak tahan dengan suasana seperti ini. Tapi bagaimana lagi, pikiran nya sedang kacau, jadi untuk mencairkan suasana saja rasanya sulit. "Rinji," Ucap Jeff yang kontan membuat wanita di samping nya menoleh."Ha?" "Saya minta maaf untuk waktu itu yang hampir mena
Baca selengkapnya
19; Jianna Cleory Alatas
Berkali-kali Rinji meyakin kan dirinya sendiri, kalau semuanya akan baik-baik saja, dan dia pasti bisa. Tapi tetap saja, ketika rasa gugup menyerang nya, dia panik. Bahkan sekarang dia berjalan kesana-kemari tidak karuan, untuk meringkan kegugupan nya. "Nona Jia?" Panggilan itu membuat Rinji menoleh dan mendapati tiga orang wanita dengan baju dan sepatu yang sama, yang mana mereka adalah asisten rumah tangga di rumah keluarga Alatas. Well, di tangan masing-masing dari tiga orang itu tidak kosong, mereka membawa bingkisan yang tidak Rinji ketahui isinya apa."Ya?" "Mari berganti pakaian." Kata salah satu dari mereka.Rinji kontan menganga. Pasal nya, dia baru saja mengenakan pakaian yang menurut nya sudah paling cocok. "Nggak usah. Saya suka pakai ini.""Ini perintah dari Nyonya Mauryn." Baiklah, Rinji hanya hisa pasrah. Lantas dia pun mengangguk. "Mari ikuti saya.""Hm." Sampai kemudian Rinji masuk ke dalam ruangan besar, yang sebenarnya
Baca selengkapnya
20; Is that You?
Dunia yang mewah adalah milik Jianna, sedangkan Rinji kebalikan nya. Dunia Rinji sangat sederhana namun dia berhasil menemukan banyak kehangatan, terlebih di Panti Asuhan. Namun sayang nya, dunia Rinji yang sederhana hanya sebentar, karena ketika dia bertemu dengan Abraham dan Mauryn di sana, dunia nya berubah jadi kemewahan. Dan Rinji bukan lagi namanya, karena ketika orang tua angkat nya membawa dia ke dalam rumah megah bak istana, mereka memanggil Rinji menjadi Jia. "Jia. Mulai sekarang, nama kamu kami ganti dengan Jia. Jianna Cleory Alatas." Iya, Rinji bahkan tidak akan melupakan nya saat Mauryn mengatakan itu. Padahal, saat itu Rinji masih berusia enam tahun."Dan kami adalah orang tua kamu. Panggil saya Papi, dan ini Mami." Sambung Abraham seraya menunjuk dirinya sendiri, lalu sang istri.Saat itu memang tidak ada penolakan, karena Rinji belum mengerti banyak hal. Rinji masih terlalu kecil untuk membantah, hingga suatu hari... Ada satu hal yang membuat Ri
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status