Semua Bab Lelaki Pengganti: Bab 21 - Bab 30
62 Bab
Perubahan Sikap Bagian 1
“Mengapa kamu kemari, bukankah kau sudah senang? Jangan lupa, kau harus bersumpah padaku!”Tuan Rey meletakkan kedua tangannya di pinggang, dia tidak melihatku namun, ia tau jika aku berada di belakangnya saat ini.“Tuan,”“Diam! Jangan memanggilku dengan sebutan, Tuan!”Aku mundur beberapa langkah, terlihat Tuan Rey langsung memutar badannya dan berjalan mendekatiku.“Stop disitu! Mengapa kamu ketakutan? Sebenarnya apa yang kau bicarakan pada abangku tadi malam!” Bentaknya.Aku semakin takut, tidak mengerti bahkan aku tidak paham apa maksud dari Tuan Rey bersikap seperti ini padaku.“Jangan sok polos, katakan padaku! Apa yang kau katakan, Yonna!”Aku tidak tahan lagi, aku langsung memberanikan diri untuk menatap wajahnya dan mempertanyakan apa maksud dari semua ini.“Sebenarnya apa maksudmu, Tuan? Apa salah saya, apakah saya pernah melakukan kesalahan fat
Baca selengkapnya
Perubahan Sikap Bagian 2
Aku langsung menepis tangan itu. “Saya tidak mengerti dengan sikap anda, Tuan.”“Tidak mengerti bagaimana, Yon? Coba jelaskan.”“Bagaimana, Tuan bisa bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa tadi malam?”“Lupakan yang terjadi tadi malam, saya minta maaf, Yonna.” Jawabnya seakan tidak merasa bersalah.Aku semakin tidak mengerti, setelah menerima jawaban yang tidak memuaskan itu, aku langsung mempertanyakan sumpah yang Tuan Rey  maksudkan tadi malam.“Apa, Tuan masih ingat dengan sumpah?”Tuan Rey berpura-pura bingung. “Sumpah yang mana, Yonna?”“Tadi malam, Tuan. Apa itu juga lupa?” Jawabku merasa sedikit kesal.“Jelaskan.”“Apa yang mau dijelaskan, Tuan? Bukankah yang seharusnya meminta penjelasan itu, saya?”Tuan Rey sedikit panik namun, ia berusaha tetap tenang. “Oh, itu. Saya hanya bercanda,&
Baca selengkapnya
Apa Jangan Jangan
“Awas saja kamu!” Bentaknya dari kejauhan sambil berlalu pergi begitu saja.Aku menoleh sebentar, tanpa memperdulikan ucapannya aku langsung pergi.Di dalam kamar, aku menatap langit biru dari jendela kamarku, entah mengapa kurasakan dunia ini tidak adil untuk orang seperti aku, terkadang aku merasa bahagia, dan terkadang pula merasa sedih.Mataku tertuju pada sebuah mobil yang masuk di antara gerbang rumah, tidak salah lagi itu adalah mobil Tuan Roy, seketika mataku berbinar bibirku tersenyum bahagia.“Apakah semudah itu aku bahagia? Lantas barusan apa yang aku katakan? Dunia tidak adil bukan?” Tiba-tiba aku teringat ungkapan hatiku di balik jendela kaca itu.Sebelum Tuan Roy turun dari mobil, aku langsung menuju dapur untuk menyiapkan makan malam untuk nya.“Loh, Yonna. Kamu ngapain?”Aku menoleh ke belakang, suara yang tidak asing, suara yang membuat hatiku tenang, siapa lagi kalau bukan
Baca selengkapnya
Hampir Pergi
“Saya ingin bertanya, padamu,”“Bertanya tentang apa, Tuan?”“Bagaimana perlakuan, Rey terhadapmu?”Mendengar pertanyaan itu, aku langsung teringat kembali keanehan sifat Tuan Rey padaku. Aku tidak berani mengatakan yang sebenarnya, aku takut mereka menjadi bertengkar.“Am,,, baik-baik saja, Tuan. Tidak ada yang aneh sama sekali.”“Jika saya pergi, apakah ia pernah memarahimu? Atau malah sebaliknya,”“Ti,,,, tidak, Tuan. Saya tidak pernah di marahi oleh, Tuan Rey.”“Jujur, Yonna. Mengapa kamu terlihat sangat takut begitu,”“Tidak, Tuan. Saya sudah jujur,”“Oke, akan saya tanya langsung dengan Rey.”“Tidak perlu, Tuan. Jangan bahas soal ini lagi, saya tidak apa-apa. Saya hanya seorang pembantu disini, saya merasa apa yang dikatakan oleh Tuan Rey tadi benar. Tuan jangan terlalu baik dengan saya,” t
Baca selengkapnya
Ungkapan Cinta Yang gagal
“Prangggg!!!!”“Eh maaf, maaf Yonna. Saya tidak sengaja.” Ucap Tuan Rey ketika ia tidak sengaja menjatuhkan satu buah  piring kaca.“Akh, tidak apa-apa, Tuan. Ini tidak jadi masalah.” Jawabku sembari membersihkan pecahan piring itu.“Biar saya bantu, Yon.”“Tidak perlu, Tuan. Biarlah ini menjadi tugas saya,”“Tidak, biar saya bantu.” Ucapnya sedikit memaksa.Mendengar ucapan itu, aku tidak dapat mencegahnya.“Terserah, Tuan saja. Tetapi ini perlu hati-hati, Tuan. Sebab ini pecahan kaca, saya takut tangan, Taun terluka.”Tuan Rey tersenyum. “Tidak, tidak akan terluka,” jawabnya meyakinkanku.Aku tidak menjawab, aku fokus membersihkan pecahan kaca yang sangat banyak Berserakan di lantai. Tidak begitu lama, aku terkejut.“Ah, au! Sakit sekali,” rintih Tuan Rey, sambil memegangi tangannya.Aku meliha
Baca selengkapnya
Pelukan Yang Membuat Luka
Roy seakan tak percaya dengan apa yang Rey katakan.Ia menyerngitkan dahinya. “Apa yang kau katakan itu benar, Rey? Kau tidak sedang mengancam Yonna kan,”Rey terkejut dan panik. “Tidak, Bang. Aku tidak berbohong, Abang dengar sendiri apa yang dikatakan Yonna kan?”Roy mengusap dagunya. “Aku tidak yakin,”“Apa yang membuatmu tidak yakin  Bang?”“Berterima kasih tidak harus memegang kedua tangannya kan, Rey.” Ujar Roy.“Memangnya salah, Bang? Jika aku memegang tangan Yonna?”“Sudah kamu masuk ke kamar sekarang,” pinta Roy.“Tapi, Bang. Aku masih ingin berbicara pada Yonna,”“Rey, kau dengar aku kan,”Melihat wajah abangnya yang serius, Rey langsung pergi ke kamar.Sekarang tinggal aku dan Tuan Roy di dapur, Tuan Roy menatap wajahku sambil meletakkan tangannya di pinggang. Aku tidak berani membalas
Baca selengkapnya
Ungkapan Cinta Yang menjelaskan Semuanya
“krieeetttt,,,,”Aku membuka pintu kamar, berniat untuk membersihkan bekas darah yang tertinggal kemarin namun, betapa terkejutnya aku, ketika melihat lantai sudah bersih. Tidak ku temui noda darah sedikitpun disana, dengan kaki yang terbalut perban, aku berjalan pelan-pelan menuju dapur.Netraku menatap sebuah jam tua yang tergantung pada dinding. “Masih jam lima subuh.” Gumamku.Namun, satu hal tidak aku ketahui bahwa, Tuan Rey berada di dapur ia terlihat sibuk wara wiri seperti sedang mengerjakan sesuatu.Ketika aku mendekatinya aku sangat terkejut.“Apa yang kamu lakukan, Tuan!” Teriakku, ketika melihat Tuan Rey telah menyiapkan makanan.Aku langsung bergegas mengambil alih pekerjaan yang sedang ia lakukan.“Yonna, sudah biar saya saja.”“Tidak! Mana mungkin, Tuan yang menyiapkan makanan, lalu apa gunanya saya disini.” Ucapku dengan wajah yang pan
Baca selengkapnya
Menolak Dengan Cara Halus
“Saya tunggu jawaban kamu besok pagi, Yon.” Ucap tuan Rey.“Tuan, Saya,,,, saya tidak bisa menjawabnya.”“Kenapa? Pokoknya saya tunggu jawaban kamu besok.” Ujar Tuan Rey dan langsung berlalu begitu saja.“Tuan,,,, Tuan!” Aku mencoba memanggilnya namun, Tuan Rey tidak memperdulikan ku sama sekali.Dengan perasaan yang gelisah dan takut, aku kembali melanjutkan tugasku.Selesai memasak, aku langsung kembali ke kamar. Aku mencoba menenangkan diri dengan cara bermain dengan Daffa, yang kini  ia sudah mulai bisa berbicara sepatah dua patah kata. Dengan cara ini aku sedikit melupakan kejadian tadi.“Daffa,” panggilku sambil memeluk tubuh mungil Daffa.Aku melepaskan pelukanku dan mulai mengajarinya berbicara. Daffa hanya menatap mataku sambil menyebutkan kata-kata yang tidak aku mengerti.Malam ini aku sangat gelisah, ku ambil buku catatan dan aku menuliskan sesuatu dis
Baca selengkapnya
Merindukan Sosok Seorang Ibu
“Tidak!”“Kamu kenapa, Yonna? Kamu mengejutkan saya saja,” ujar Tuan Roy dengan wajah yang bingung sekaligus panik.Aku langsung membuang wajah ke samping, Tuan Roy terlihat semakin penasaran.Tuan Roy memegang pundakku. “Hey,”Aku langsung menepis tangannya. “Jangan sentuh saya, Tuan.”Tuan Roy berdecak. “Ada apa, sih! Tiba-tiba kamu sangat aneh, bukankah barusan kamu baik-baik saja, Yonna? Mengapa sekarang berubah seperti ini. Katakan jika saya ada salah,”Aku tetap diam, ini aku lakukan karena mengingat kejadian semalam ketika Tuan Roy memelukku, dan yang paling menyakitkannya adalah ketika ia mengatakan bahwa, ia merindukan kekasihnya.“Yonna!” Bentaknya.Aku tidak tahan lagi, aku langsung mengatakan yang sebenarnya.“Tuan masih ingat kejadian semalam? Saya yakin Tuan tidak lupa bukan?”Terlihat Tuan Roy mencoba mengingat sesua
Baca selengkapnya
Cuti
“Kakek pasti sangat senang, mendengar ini, nak!” Seruku pada Daffa.Aku sudah tidak sabar ingin pulang ke kampung untuk melihat keadaan ayahku, berharap ayah menerima aku kembali, terlebih lagi menerima dan mengakui Daffa sebagai cucunya.Harap-harap cemas mulai berdatangan silih berganti di dalam pikiranku, sejujurnya aku belum siap menerima kenyataan jika ayahku kembali mengusir kami seperti dulu, apalagi mendengar sindiran tetangga kanan dan kiri yang membuatku malu namun, rasa rindu yang ada di hati ini tidak dapat ku pendam lagi, kerinduan seorang anak akan ayah kandungnya.Disisi lain, Roy masuk ke dalam kamar dan kembali keluar menuju kamar adiknya Rey.“Krieeetttt,,,,”“Eh, Bang. Tumben siang-siang ke kamarku.”“Kenapa, tidak boleh?”“Bb,,,, bo,,,, boleh, Bang. Tapi aku hanya heran saja. Emmm,,,, pasti ini ada apa-apa.” Ujar Rey mencoba menerka nerka.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status