Lelaki Pengganti

Lelaki Pengganti

Oleh:  Ciyyin  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
15 Peringkat
62Bab
6.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Yonna Azahra terlahir dari keluarga yang miskin, ia tinggal bersama ayahnya di sebuah perkampungan. Ibunya telah lama meninggal hal itu membuatnya menjadi anak yang dewasa sebelum waktunya. Yonna memutuskan untuk merantau ke negri Jerman namun, masalah mulai terjadi saat ia pergi kesana, kehidupan yang bebas membuatnya kehilangan kendali akhirnya ia hamil diluar nikah, bahkan ayah dari anaknya tidak mau bertanggung jawab dan pergi begitu saja. Setelah kembali ke kampung ayahnya tidak mau mengakuinya sebagai anak karena malu, ditambah lagi tetangganya yang mengetahui hal itu mencibirnya habis-habisan. Tidak tahan dengan semua itu, Yonna membawa anaknya dan memutuskan untuk pergi ke kota mencari pekerjaan. Sungguh beruntung, Yonna mendapatkan majikan dua lelaki yang sangat tampan bernama Rey dan Roy, tetapi keduanya mempunyai sikap yang berbeda. Masalah terjadi ketika Yonna mencintai Roy Abang dari Rey sendiri. Tidak terhindari cinta segi tiga pun terjadi. Siapakah dari keduanya yang akan menjadi pengganti suami dan ayah untuk Yonna dan anaknya? Apakah Roy atau Rey?

Lihat lebih banyak
Lelaki Pengganti Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Agnesia Diandra
ceritanya bagus tapi koq ga up lagi
2022-01-16 11:52:19
0
user avatar
Ram Tadangjapi
bagus ceritanya, meskipun baru sedikit episodenya tapi sudah mampu membuat penasaran.
2021-09-25 19:25:11
1
user avatar
AR_Merry
Bagus ceritanya. Ada perbaikan di beberapa tempat, semangat nulis dan revisi
2021-09-20 20:30:49
1
user avatar
Neneng Oh94
.....................
2021-09-20 20:23:00
1
user avatar
Kezia Zakiyah Ma
wow... seru... cinta segitiga. rumit membahana...
2021-09-20 19:14:06
1
user avatar
Triwahyuni Triwahyuni
ceritanya bagus kak lanjutt...
2021-09-20 19:05:12
0
user avatar
Iswar Hadiani
ceritanya membuat penasaran, lanjut kak...
2021-09-20 18:56:44
0
user avatar
Iani_p
Wah... ceritanya bagus kak. semangat ya
2021-09-20 18:31:24
0
user avatar
Almirah
seru kak ceritanya, baru mulai baca sdh suka. sukses ya kak.
2021-09-20 18:18:39
0
user avatar
Eneng Susanti
kesini untuk review ... semangat Kakak.
2021-09-20 18:04:58
0
user avatar
Pena Air
keren kak,lanjut terus.
2021-09-20 17:37:37
0
user avatar
Annabella Shizu
Kasihan Yonna diusir ayahnya sendiri... Semoga happy ending ya. Terus berkarya buat author, semangat!
2021-09-20 16:32:29
1
user avatar
RAZILEE
ceritany bagus
2021-09-20 15:29:48
1
user avatar
Ayattar
ceritanya keren kak, trus lanjutkan ya. di tunggu up² selanjutnya ......
2021-09-17 20:49:07
2
user avatar
Ciyyin
Terimakasi sudah membaca...️
2021-09-17 15:04:03
1
62 Bab
Pergi
  “Pergi kamu! Jangan pernah injak kakimu di rumah ini lagi!” “Tapi, Yah. Aku ini anakmu,” “Kau bukan anakku lagi! Bawa anak itu pergi dan jangan pernah kembali lagi!” “Tapi ini cucumu, Yah. Dia darah dagingku sendiri mengapa ayah begitu membencinya?” “Anak haram! Buat malu!” “Hentikan, Yah!!!!  dia bukan anak haram!” “Plaakkk,,,,” Lamunan ku terhenti setelah mengingat kejadian itu, sebuah tamparan yang ku ingat sampai saat ini. Namaku Yonna Azahra, biasa di panggil Yonna. Aku  adalah anak satu-satunya di keluarga yang serba kekurangan, ku putuskan berhenti sekolah karena keterbatasan biaya. Ayahku hanya seorang penarik becak di kampung, pendapatan yang ia terima hanya cukup untuk makan sehari-hari sedangkan ibuku sendiri sudah meninggal  dua tahun yang lalu, karena desakan ekonomi yang semakin sulit membuatku berpikir dewasa sebelum waktunya. Pada tahun 2011  ku putuskan untuk merantau
Baca selengkapnya
Lelaki Sombong Dan Wanita Baik
Tidak seperti biasanya Daffa tidur begitu pulas, kesempatan ini tidak ku  sia-siakan. Aku mengemas barang-barang dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan. “Sudah mau pergi?” Tanya lelaki bertubuh kekar itu Aku sedikit terkejut ketika menoleh ia sudah berada di belakangku, aku mengangguk pelan. “Iya, aku sudah mau pergi, terima kasih sudah mengizinkan aku dan anakku untuk bermalam di sini.” “Hemm,,,, sama-sama. Oh iya, mana suamimu?” Seketika mataku melotot menatapnya. “Dia sudah mati!” Seruku, tanpa aku sadari air mataku mengalir deras, teringat akan kejadian beberapa bulan lalu ketika suamiku pergi begitu saja tanpa mau bertanggung jawab pada Daffa anakku. “Oo,,,, oh maaf, maaf aku tidak bermaksud,,,,” “Ah sudahlah, tidak apa-apa. “ Jawabku langsung memotong perkataannya. “Sungguh aku minta maaf,” Aku menyeka air mataku dan tersenyum. “Kalau begitu aku pergi dulu,” “Hey, nona! Siapa namamu?” Aku me
Baca selengkapnya
Mendapat Pekerjaan
Aku berusaha menyetop setiap mobil yang melintas di depanku.Tiba-tiba. “Mau kemana, Buk?” Tanya seorang sopir angkot dengan ramah padaku.“Saya mau ke kota, Pak.”“Ohh, kalau begitu naik saja, Buk. Kebetulan saya mencari penumpang tujuan kota.”Aku melihat uang di genggaman tanganku.“Segini cukup, Pak?” Tanyaku sembari menunjukkan uang yang aku pegang.“Hmm,,, cukup, Buk cukup.”Tanpa berpikir panjang, aku langsung naik ke dalam angkot tersebut.“Tunggu sebentar lagi ya, Buk. Saya masih menunggu penumpang lain,”“Iya, Pak. Tidak apa-apa.”Ketika muatan angkot sudah cukup banyak, sopir langsung berangkat menuju kota. Desakan demi desakan aku alami bersama penumpang lain ketika angkot yang aku tumpangi menambah muatannya.“Pak, sudah dong. Jangan nampah penumpang lagi, disini sudah sempit sekali!” Seru seorang wa
Baca selengkapnya
Tikus Didalam Rumah Mewah
Setelah menidurkan Daffa, aku langsung menemui pemuda itu di ruang tamu. Aku melihat ke kanan dan ke kiri, semua berisi barang-barang mewah dan mahal.“Apa kamu sudah beristirahat?” Tanya lelaki itu mengejutkanku, aku langsung salah tingkah ketika melihatnya menatapku.“Emm,,, sudah, Tuan sudah.” jawabku terbata-bata.“Kemarilah.”Aku berdiri di sampingnya.“Loh, kok berdiri? Sini duduk.”“Baik, Tuan.”Setelah aku duduk, lelaki itu mengulurkan tangannya.“Namaku, Rey Affandi. Panggil saja, Rey.”“Baik, tuan Rey. Namaku Yonna.”“Sebuah nama yang indah.” Pujinya, aku tersipu malu.“Bisa saja, tuan Rey.”“Hehe, kamu ke kota hanya berdua?”“Iya, Tuan.”“Apa suamimu tidak marah? Atau bahkan mencarimu?”Mendengar perkataannya, aku terdiam sejen
Baca selengkapnya
Senyuman Tuan Roy
Aku menuju meja dapur, terdapat banyak makanan yang sudah disediakan yang kelihatannya sangat lezat. Baru saja aku membuka mulut, tiba-tiba Daffa menangis. Aku segera berlari menuju kamar. Aku langsung mendekap Daffa. “Iya, Sayang. Jangan menangis lagi, ini ibu.” Setelah Daffa berhenti menangis, aku langsung membawanya menuju meja dapur. Di sana aku  langsung melahap makanan itu, tiba-tiba. “Siapa kamu?” Tanya seorang lelaki yang sangat mirip dengan tuan Rey. Aku terkejut, dan langsung terperangah menatapnya. “Ak,,, aku pembantu baru disini, Tuan,” “Pembantu?” Lelaki itu menatapku tak percaya. Aku mengangguk, makanan yang ada di dalam mulut langsung ku telan tanpa mengunyahnya lagi. “I,,,, iya. Saya pembantu baru disini.” “Siapa yang membiarkan kamu menjadi pembantu disini?” Tanyanya ketika melihat Daffa di dalam gendonganku. “Tuan Rey.” “Si, Rey? Mengapa dia membiarkan kamu membawa anak?” A
Baca selengkapnya
Suka Anak Kecil?
Malam harinya, tuan Rey pulang ke rumah dan membawa sebuah kursi roda untuk anak kecil.“Yonna,” panggilnya.Aku yang sedang berada di dalam kamar langsung bergegas keluar. “Iya, Tuan.”“Kesini, sebentar.”“Ada apa, Tuan?”Dia menyodorkan sebuah kotak besar padaku. “Ini, ambil untuk anakmu.”Aku menatap kotak besar itu dan bertanya. “Apa ini?”“Buka saja.”Tanpa menunggu lama aku langsung membuka kotak besar itu, agak susah. Ketika melihat isinya aku langsung terkejut.“Ini untuk anak saya, Tuan?”“Iya, itu untuk anakmu, agar kamu lebih mudah untuk bekerja.”“Terima kasih, Tuan Rey.”“Sama-sama. Emmm,,,, apa Abang saya sudah pulang?”“Sudah, Tuan. Itu di dalam kamar.”“Ohh,,,, yasudah kamu boleh pergi. Saya mau menemui Abang saya dulu.&rdq
Baca selengkapnya
Makan Malam
“Tok,,,, tok,,,, tok,”Aku mengetuk pintu kamar tuan Roy, mencoba untuk membangunkannya.“Krieeett,,,,”Suara pintu terbuka, hatiku berdegup kencang seakan belum siap melihat ketampanannya.“Iya, Yonna. Ada apa?” Tanyanya yang saat itu sudah berdiri di depanku.“Emm,,, Tuan saya sudah siapkan makanan untuk malam ini,”“Oh, ya? Kamu sudah memberi tahu, Rey?”“Sudah, Tuan. Sekarang tuan Rey sedang menunggu tuan di meja makan.”“Wah! Aku keduluan , nih,” ucapnya sambil bergegas menutup pintu kamar dan berlari ke meja makan.“Hati-hati, Tuan!” Seruku ketika melihatnya berlari.Sesampainya di meja makan.“Wah, sudah duluan aja, nih.” Ujar Roy.“Abang lama, sih. Aku dari tadi sudah nungguin disini,”Roy menyerngitkan dahinya. “Nungguin? Kok itu Abang lihat s
Baca selengkapnya
Kopi Pahit
Ku pandangi wajah Daffa anakku yang sedang tertidur lelap, tampak jelas wajah yang sangat mirip dengan ayahnya. Sekilas aku benci namun, terpikir lagi olehku bahwa Daffa adalah hartaku satu-satunya.“Jadi anak pintar ya, Sayang. Ibu akan melakukan apapun demi membuatmu bahagia.” Bisikku di telinga Daffa yang sedang tertidur lelap.Aku tidak tau perjuanganku sampai dimana, yang aku tau hanya bekerja siang dan malam demi hidup kami berdua.Baru saja aku memejamkan mata tiba-tiba. “Tok,,, tok,,, tok,” suara ketukan pintu terdengar sangat nyaring dari luar.“Yonna, apa kamu sudah tidur?” Suara yang tidak asing di dengar.“Tuan Roy. Ada apa, Tuan?” Tanyaku ketika membuka pintu, mendapati tuan Roy yang sudah berada di depan pintu kamarku.“Eh, belum tidur? Emm,,,, maaf mengganggu, Yon. Bisa tolong buatkan saya kopi?”“Kopi? Bukankah ini sudah malam, Tuan? Setau saya
Baca selengkapnya
Trauma Pahit
“Ada apa, Tuan? Sepertinya Tuan Rey bingung.”“Iya saya bingung, Soalnya Abang saya baru kali ini mau minum kopi.”Mataku langsung membulat. “Jadi selama ini Tuan Roy, tidak pernah minum kopi?”“Emm,,,, bukan, bukan itu maksud saya, Yon. Dia sedikit trauma dengan kopi.”Aku semakin bingung. “Maksud Tuan?”“Akh, sudah lupakan. Apa kopinya sudah siap?”“Sudah, Tuan.”“Biar saya saja yang mengantarnya.”“Tapi, Tuan,”“Sudah, tidak apa-apa. Kamu kembali saja ke kamar,”“Kalau begitu baiklah, Tuan.”“Sudah kamu beri gula?”Aku terkejut mendengar pertanyaan Tuan Rey yang terakhir.“Su,,,, sudah, Tuan.”“Oh, saya kira belum. Soalnya dia trauma Pahit.”Aku langsung terkejut seketika, teringat kesalahan yang baru saja aku l
Baca selengkapnya
Mengajak Daffa Jlan-Jalan
Pagi ini aku sengaja membawa Daffa anakku untuk melihat-lihat taman di depan rumah, setelah menyelesaikan pekerjaan dan memandikan Daffa, aku bersiap-siap untuk mengajarinya berjalan. Tidak terasa umur Daffa sekarang sudah masuk satu tahun, ia sudah bisa berjalan walaupun masih tertatih-tatih.“Sayang, Sini.” Seruku pada Daffa, aku meletakkannya sedikit jauh dariku, dan menyuruhnya untuk berjalan mendekat.Dengan langkah yang sedikit gemetaran, Daffa mendekatiku, selangkah, dua langkah dan akhirnya ia sampai di pelukanku.“Anak ibu sangat pintar!” Teriakku ketika melihatnya berhasil mendekatiku tanpa terjatuh.Daffa tertawa bahagia melihatku, walaupun aku tidak mengerti apakah dia senang atau hanya merasa lucu ketika mendengar teriakanku.Tanpa aku sadari, Tuan Rey memperhatikanku dari kejauhan. Ketika aku melihat ke samping ia tersenyum kepadaku.“Daffa, sini sama, Om!” Teriaknya dari kejauhan.&ld
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status