All Chapters of Kemilau Senja : Chapter 11 - Chapter 20
29 Chapters
Ide Terbaik
"Gimana Nandini, sudah siap buat cerita?" tanya Annisa. "Iya, Nis. Aku memang harus siap menceritakan masalahku ini ke kamu," ucapku dengan nada sedih. "Iya jangan dipendam sendiri, Nandini, siapa tau saja aku bisa bantu kamu selesaikan masalah yang sedang kamu hadapin itu," ujar Annisa. "Iya, Nis. Makasih ya, kamu selalu bisa membuatku sedikit lebih tenang," ucapku "Iya, Nandini. Kita ini bukan sekadar sahabat, tapi kamu sudah aku anggap sebagai saudaraku, jadi masalah yang sedang kamu hadapi itu juga masalahku, sedangkan kebahagiaan yang kamu rasakan itu juga kebahagiaan yang aku rasakan. Aku nggak bisa lihat kamu sedih, Nandini. Kamu ini kan pengantin baru, seharusnya kamu bahagia, bukan malah sedih kayak gini," ucap Annisa yang mampu membuat hatiku sedikit lebih tenang. "Iya, Nis." "Apa kamu sedang bertengkar dengan Mas Nando, Nandini?" tanya Annisa. "Iya, Nis," jawabku dengan tertunduk, berusaha menata hati agar tidak samp
Read more
Berkunjung ke Rumah Ayah
"Maksud kamu, aku harus perhatian gitu ke Mas Nando?""Iyalah, Keisya. Kamu masakin makanan kesukaan dia, atau kamu bisa rebusin air hangat untuk mandi saat dia pulang kerja, atau kamu cuci pakaiannya, memasangkan dasi, mengambilkan semua keperluannya saat kerja. hal sepele yang kamu lakukan itu pasti bisa meluluhkan hati suami kamu.""Apa kamu yakin hati Mas Nando bisa luluh, hanya karena diperhatikan seperti itu?" tanyaku sedikit ragu."Ya bisalah, asalkan kamu melakukannya dengan ikhlas." ujar Annisa mencoba meyakinkanku."Iya, Nis, kamu benar. Memang itulah yang seharusnya aku lakukan, tapi Mas Nando telah membuat kesepakatan, kalau aku dan dia akan terus menjadi seperti orang asing yang tidak saling kenal. Aku urusin keperluan dan kebutuhanku sendiri, begitu juga dengan dia. dan aku pun tidak berhak ikut campur urusan pribadinya," ucapku menjelaskan keraguanku tadi."Sudahlah, jangan mikirin kesepakatan, lagian 'kan Mas Nando yang membuat kese
Read more
Suamiku Mencintai Mantan Pacarnya
Sesampai di rumah aku memberi salam dan tidak ada yang menjawabnya, mungkin Bi Inah sedang sibuk di belakang. Aku  langsung masuk ke  kamar dan merebahkan tubuhku di atas kasur, sembari memikirkan lagi tentang saran dari Annisa tadi.Apakah aku harus mengikuti saran dari Annisa dan mengabaikan semua kesepakatan yang dibuat oleh suamiku, ataukah aku harus tetap menuruti kesepakatan itu?"Kamu peduli padaku, tapi mencintai wanita lain."Mas Nando terlihat sangat memperdulikan aku, yang kulihat tiada kebencian yang dia rasakan. aku paham perasaanya, meski ego ini seakan menolak kebenaran yang nampak di mataku.Aku bingung dengan semua pikiran yang semakin membuatku kacau, ketakutan dan kegelisahan sering menghampiriku.Kali ini aku tidak akan tinggal diam, aku harus melakukan sesuatu yang membuat Mas Nando bisa melihatku yang sungguh-sungguh mencintainya. Aku pikirkan, aku cerna kembali setiap perkataan dan saran dari Annisa. Aku pikir saran
Read more
Kelepasan Bermesraan
Aku hanya bisa diam, tak kusadari air mata ini pun terjatuh dan Mas Nando mengetahui hal itu, aku langsung mengusap air mataku. Saat aku mulai mengarahkan telapak tanganku tiba-tiba Mas Nando menghentikan tanganku lalu ia turunkan tangan ini di pangkuanku. Ia mengusap air mataku yang jatuh dengan tangannya, ia sapu lembut sampai tak tersisa lagi bekas air mata ini."Nandini, kenapa kamu menangis?" tanya Mas Nando lembut.Aku masih terdiam."Apa ada perkataanku yang melukai hatimu?" tanya Mas Nando sembari menatapku dengan lembut.Aku hanya menggelengkan kepala."Ngomong dong Kei, jangan buat aku khawatir, aku baru pulang kerja, aku kan juga ingin saat aku pulang kerja istriku bisa memanjakanku," ucapnya lembut sembari mengecup keningku.Mas Nando selalu bisa menenangkan hatiku saat dirinya menyakitiku. Bagaimana mungkin aku bisa membencinya. Sementara perlakuannya begitu manis di saat peduli dan mengkhawatirkanku, tapi dia terus saja membang
Read more
Saran Annisa Menengankan Hati
Rasa malu kesal dan tak berdaya campur jadi satu, aku ingin bisa lebih tenang dan bisa berpikir positif lagi, tanpa harus memikirkannya.Aku selalu disuruh mengerti, memaklumi, padahal jelas aku yang tertolak. Ingin rasanya diri ini memberontak. Namun, aku tak sanggup melakukan hal itu.Sangat tidak habis pikir kehidupan rumah tanggaku akan serumit ini, kupikir hidupku bisa jauh lebih baik. Namun, kenyataan memang terkadang berlainan dengan apa yang kita inginkan. Allah lebih mengetahui yang terbaik bagi hambanya.Aku merasa suntuk, hidupku hampa, cinta dan sakit yang kurasakan, sepertinya aku butuh untuk refreshing sejenak, tetapi ke mana, dengan siapa? Aku tidak ingin terus-terusan merepotkan Annisa. Dia sudah sangat baik kepadaku, mungkin yang dikatakan ayah kemarin itu benar juga, pengantin baru memang butuh bulan madu, tapi mana mungkin Mas Nando menyetujui hal itu. Bukankah dia akan lebih senang berkencan dengan Aleesha.Setelah melakukan adegan itu
Read more
Bertindak Sok Cuek
Pagi yang cerah, Matahari menampakkan keceriaan. Begitu juga dengan diriku, aku harus tetap terlihat ceria. Jagan memperlihatkan kesedihan lagi. Orang lain dan Mas Nando hanya perlu tahu bahwa aku selalu bahagia. Aku harus bisa menyembunyikan kesedihanku.Pagi ini aku mulai beraktivitas di dapur, aku sengaja membantu Bi Inah memasak, aku memang ingin memasak makanan kesukaan Mas Nando, setelah masakan itu matang dan tercium baunya yang sangat menggugah selera aku pun meletakkan makanan itu di meja makan. Aku tidak peduli Mas Nando yang lagi diet karbo di pagi hari. Kalau dia memang bisa menghargai apa yang sudah aku lakukan untuknya pasti dia akan tetap memakan masakan buatanku.Mas Nando pun telah ke luar dari kamarnya, dengan pakaian yang rapi terlihat gagah dan sangat tampan."Nandini." Mas Aldo menatapku agak kaget."Iya, Mas, kenapa kaget gitu?""Ini kamu yang masak?""Iya, Mas. Makanan kesukaan kamu 'kan. Sup daging?""Kamu ngga
Read more
Perbuatan Buruk Suamiku
Setelah aku siap dengan baju gamis longgar dan hijab panjang yang terulur menutupi dada, aku pun siap untuk pergi berbelanja, tidak masalah belanja sendirian. Karena hal itu sudah sering aku lakukan, sejak masih kuliah dulu.Aku pun berpamitan dulu dengan Bi Inah."Bi Inah, saya mau keluar belanja dulu ya.""Iya Mbak Nandini, hati-hati ya, Mba," sahut Bi Inah yang masih sibuk dengan cucian yang numpuk."Iya, Bi'. Makasih ya.""Saya berangkat dulu ya, Bi, assalamualaikum.""Iya, Mbak. Wa'alaikumussalam."Aku bergegas ke luar rumah, sembari menunggu sopir grab carnya datang, supir yang sama dengan yang kemarin. Ya, Mas Aditia, entah dari kemarin kenapa bisa selalu menemukan sopir yang sama, padahal biasanya tidak pernah seperti ini."Mungkin karena Mas Aditia lagi berada di dekat sini," pikirku."Mbak Nandini," sapa Mas Aditia. "Iya Mas, Adi," sapaku"Mau ke mana nih Mbak?" tanya Mas Aditia."Kan
Read more
Mengetahui Kebenaran
Hatiku sedih, hatiku pilu, ya itulah yang aku rasakan. Lagi-lagi aku merasakannya.Mas Aditia yang tadinya mengambil mobilnya pun kini menghampiriku."Mba Nandini. Mari masuk ke mobil, saya sudah siap mengantar Mbak Nandini sampai rumah dengan selamat," ujar Mas Aditia sembari melempar senyum ke arahku yang sedari tadi berdiri di pinggir jalan. Sudah seperti orang yang menunggu angkutan umum saja aku ini."Iya, Mas," jawabku langsung masuk ke mobil, karena di luar begitu panas. Hatiku juga sedang memanas, makin terasa panas jadinya."Mau langsung diantar pulang ke rumah Mas Nando?" tanya Mas Aditia sembari menoleh kearahku yang tengah duduk di belakang."Iya, Mas. Saya tidak ingin pergi ke mana-mana lagi," ucapku dengan wajah datar."Maaf, Mbak. Boleh tanya sesuatu?""Iya, mau tanya perihal apa, Mas?""Mengenai Mas Nando." Hal itu sontak membuatku kaget, apa yang ingin ditanyakan oleh pria ini."Iya, silakan, Mas. Saya t
Read more
Munculnya Seseorang yang Mencurigakan
Lumayan capek juga bawa belanjaan yang cukup banyak, meski telah dibantu Bi Inah. Karena baru kali ini aku belanja sebanyak ini, maklum keperluan rumah tangga sama keperluan pribadi lebih banyak keperluan rumah tangga. Aku pun istirahat dulu di kamar, sambil menunggu azan Dhuhur.Kini aku tidak terlalu berpikir keras mengenai kenyataan yang baru saja aku ketahui. Aku percaya pada diriku sendiri bahwa nantinya aku pasti  bisa membuat Mas Nando mencintaiku. Saat ini hatinya masih rapuh, dia butuh kelembutan. Pantas saja dia langsung mengagumi kelembutan sikapku. Ya, aku harus lebih lembut lagi dalam bersikap.Mas Nando adalah sumber kekuatanku, aku berharap padanya. Dialah imamku, akan selalu tetap di hatiku. Kini aku telah siap menjalani segala rintangan dalam pernikahan ini. Aku yakin Mas Nando tidak akan menceraikanku.Aku tidak akan membiarkan Aleesha menang dan merusak kehidupan Mas Nando. Sekarang yang perlu aku ketahui adalah tentang Aleesha. Menyebut
Read more
Hero Penyelamat
Selang beberapa menit kemudian ada nada telepon masuk di ponselku, aku lihat Mas Aditia meneleponku balik. Aku pun segera mengangkatnya. "Assalamualaikum Mba Nandini,  ada apa kok telepon malam-malam begini?" tanya Mas Aditia khawatir terjadi sesuatu denganku. "Wa'alaikumussalam. Mas Adi, bisa minta to-tolong sebentar," jawabku dengan nada terbata karena merasa sangat takut. "Iya ada apa Mbak? Kok sepertinya Mbak Nandini sedang ketakutan gitu?" tanya Mas Aditia terdengar cemas mengkhawatirkanku. "Itu, Mas, disini tiba-tiba ada seseorang yang mencurigakan gitu, masuk ke pekarangan rumah, saya takut, jangan-jangan itu maling," ujarku menjelaskan. "Ya Allah ... ya sudah kalau begitu saya langsung meluncur ke sana sekarang, Mbak. Tunggu saya ya, jangan bertindak dulu, bahaya," sahut Mas Aditia yang langsung buru-buru mendatangiku. "Iya, Mas. Hati-hati, maaf sudah mengganggu malam-malam begini." "Iya nggak papa, Mbak. Saya lang
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status