Semua Bab Sang Miliarder yang Tersembunyi: Bab 31 - Bab 40
171 Bab
31. Backstreet
"Kenapa kau bisa keluar dari kamar ibuku?" tanya David yang baru saja tiba di rumah. "Tadi saya membantu Nyonya ke kamarnya karena beliau merasa sedikit pusing," jawab Misky. David agak terkejut, pasalnya saat tadi pagi sebelum dia berangkat ke kantor, ibunya baik-baik saja. "Ibuku sakit? Apa kau sudah menelepon dokter?" tanya David. "Ibu Anda hanya merasa tidak enak badan sedikit, Tuan Muda," jawab Misky. "Oh, begitu. Apa dia sekarang sudah tidur?" tanya David. "Belum, Tuan Muda. Nyonya baru saja selesai memakan makan malamnya di dalam kamar," ucap Misky. David mengangguk. "Baiklah kalau begitu, aku masuk dulu," kata David. "Baik, Tuan Muda. Saya permisi ke bawah," ujar Misky. David tak menjawab danlangsung saja masuk ke kamar ibunya tanpa mengetuk pintu. "Ibu baik-baik saja?" tanya David yang kini sudah masuk dan sedang berjalan ke arah panjang ibunya yang terlihat sedang duduk sambil meminum a
Baca selengkapnya
32. Kecurigaan Almyra
Almyra sekarang membawa kue lagi yang ingin dia berikan untuk Calvin Miller. Dia menunggu sudah hampir 30 menit di depan apartemen milik Calvin, namun pria itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Dia mulai lelah menunggu hingga akhirnya dihampiri oleh salah satu penjaga yang menjaga di depan pintu apartemen itu. "Apakah Nona tidak ingin menunggu di dalam saja?" tanya Fein, salah satu bodyguard yang menjaga di depan pintu. "Tidak, terima kasih. Saya ingin menunggunya di sini sebentar lagi," jawab Almyra. "Tapi kemungkinan besar tuan Va- maksud saya Tuan Calvin Miller belum tentu akan pulang dengan cepat," ucap Fein yang membuat Almyra curiga. Almyra yakin jika penjaga itu akan mengucapkan nama lain selain Calvin. Entah kenapa perasaan gadis itu mulai tidak enak. Va? Siapa Va? batin Almyra. "Tidak apa-apa, saya akan menunggunya sebentar lagi. Jika dia tidak datang dalam waktu lima menit, saya akan pulang dulu," ucap Almyra.
Baca selengkapnya
33. Kelicikan David
Valentino merebahkan dirinya ke atas tempat tidurnya yang dilapisi sprei putih. Pria itu lupa melepaskan jasnya. Namun dia tak peduli, rasa lelah sudah menguasai dirinya. Yang dia butuhkan sekarang adalah memejamkan matanya namun baru sesaat dia memejamkan matanya, pasalnya tiba-tiba saja bergetar. "Damn it!" umpat Valentino malas. Meskipun tidak ingin mengangkat nya namun dirinya juga ponsel itu. Thomas Miller is calling... Matanya langsung terbuka lebar begitu mengetahui jika ternyata Ayah tirinya yang sedang menelepon dirinya. "Halo, Dad. How are you?" tanya Valentino. "Dad is good. How about you, Son? Since you've been in Indonesia, you rare contact me. Do you forget your father, huh?" tanya Thomas pura-pura kesal padahal dia sangat merindukan Putra tirinya itu. Valentino tersenyum mendengar omelan Ayah tirinya tersebut. "I'm also good. I won't ever forget you, Dad. You're the best father in the world, so it
Baca selengkapnya
34. Diikuti
Agusta Irawan baru saja keluar dari gedung AL Group. Pria itu berjalan dengan santai sambil membawa tas kerjanya. Dia berjalan menuju parkiran yang berada di lantai paling dasar. Tempat parkir itu sudah sepi dan lengang karena jam kantor sudah selesai sejak satu jam yang lalu. Agusta harus lembur karena diperintahkan oleh bosnya yang bodoh, David Araya untuk mengerjakan beberapa laporan. Dia ingin sekali melawan, namun karena dia tahu bagaimana watak David yang seorang diktaktor itu, menurut Agusta percuma saja dia melawan. Dia tidak akan bisa menentang seorang David Araya yang gemar memaksakan kehendaknya. Lalu dia pun harus memaksa dirinya sendiri untuk bekerja lebih keras guna memenuhi perintah itu. Sampai rasanya badan pria berusia tiga puluh tahun itu lelah. Dengan mata yang letih, Agusta menuju mobil hitamnya. Namun tiba-tiba saja dia berhenti. Dia menengok ke belakang. Agusta merasa aneh karena sepertinya tadi ada orang
Baca selengkapnya
35. Rencana David
"Oke, kita ke rumahku sekarang. Aku tak yakin jika kau tinggal sendiri di rumahmu," ucap Valentino. "Terserah kau saja," jawab Agusta dan dia pun masuk ke dalam mobil Valentino. Agusta tinggal sendiri dan dia pun juga baru saja ditinggalkan oleh kekasihnya karena terlalu sibuk. Padahal sebenarnya mereka itu sudah bertunangan dan akan segera melangsungkan pernikahan namun karena sang kekasih yang memprotes kesibukannya dalam bekerja maka hubungan mereka akhirnya kandas. Jadi jika dia tinggal dengan sahabatnya itu pun tak akan jadi masalah. Orang tua Agusta tinggal di luar kota dan untuk itu dia sangat merasa bersyukur karena orang tuanya tidak akan terlibat dalam masalahnya. "Apakah kau tadi diikuti dari kantor?" tanya Valentino. "Iya. Bahkan di parkiran saja aku sudah curiga ada yang mengikutiku. Apakah mereka benar orang suruhan David?" tanya Agusta.
Baca selengkapnya
36. Tak Bisa Ditembus
Agusta dan Valentino pagi ini berangkat bersama-sama ke kantor. Karena mereka sudah terlanjur dianggap sebagai pasangan dan juga banyak yang percaya hal itu, mereka bisa memanfaatkan hal ini untuk membuat sebuah rencana. Belum-belum ketika mereka sudah sampai di kantor, banyak pasang mata yang menatapnya dengan senyum. Valentino dan Agusta sekarang tidak keberatan dengan hal itu. Lagi pula mereka memang sengaja membuat mereka seolah-olah memang memiliki hubungan yang penting. "Cie. Pak Agusta sudah berani go public ya," ujar Levi. Agusta hanya menatapnya datar sedangkan Valentino pura-pura tak mendengarnya. "Iya, nih. Kalian cocok, serasi. Semoga langgeng ya, Pak," sahut Diana. Mereka berdua pun menatap Valentino dan juga Agusta dengan tersenyum. Tapi anehnya kali ini senyum mereka bukan senyum mengejek namun senyum tulus. Dan justru hal ini membuat Agusta mengernyit heran. "Kami permisi dulu," ucap Agusta dan d
Baca selengkapnya
37. Sang Pesuruh Setia
Misky yang baru saja menghadap Tuan Mudanya, sekarang keluar dari perusahaan AL Group. Perusahaan itu sudah dia hafal seluk-beluknya. Ini dikarenakan sudah bertahun-tahun lamanya dia keluar masuk perusahaan itu. Sebelum benar-benar menjadi anak buah Rosa dan David, pria itu sudah sempat memasuki perusahaan itu. Pria muda itu sebenarnya memiliki keterampilan yang cukup bagus dibandingkan dengan pekerjaannya yang kotor sekarang ini. "Andi, kita pergi ke Gardenia Hills," ucap Misky. "Apa apa di sana, Bos?" tanya Andi. "Aku mulai curiga terhadap salah satu partner kerja Tuan David," ucap Misky. "Apa yang Anda maksud itu Calvin Miller? Pengusaha asal Singapura itu?" tanya Andi. "Benar. Pengusaha muda itu memang terlihat sangat mencurigakan. Bukankah sangat aneh jika tiba-tiba saja dia menawarkan kerjasama pada Tuan David?" tanya Misky. Andi menggeleng. "Anda salah, Bos. Justru Pak David yang mengejar Pak Calvin untuk
Baca selengkapnya
38. Bertemu Almyra Lagi
Almyra tak sengaja berpapasan Valentino Araya yang dikenalnya sebagai Calvin Miller saat dia berada di parkiran. Gadis itu tidak tahu bagaimana harus bersikap di depannya namun sebelum dia bertindak apa-apa, dirinya sudah disapa duluan oleh Valentino. "Malam, Almyra." "Malam, Calvin. Apakah kau baru pulang berkerja?" tanya Almyra. "Iya, Almyra. Apakah kau juga baru saja pulang?" tanya Calvin lain. "Iya." Kening Valentino mengerut bingung. "Jam segini? Ini sudah hampir jam tujuh malam. Kau baru pulang? Apakah kau sedang lembur?" tanya Valentino. "Tidak. Eh, aku tadi sudah pulang sekitar jam lima sore tapi aku mampir ke mall dulu untuk berbelanja sebentar lalu baru pulang ke sini,'' jelas Almyra. "Oh, begitu. Baiklah kalau begitu, selamat malam," ucap Valentino dan dia pun mulai berjalan meninggalkan Almyra yang mas
Baca selengkapnya
39. Sebab Akibat
David Araya sedang tertawa setelah mengangkat telepon. "Apa yang sedang kau tertawakan?" tanya Stefan. David dengan senyum congkaknya mengambil gelas lainnya dan meminumnya. Dia itu menggoyang-goyangkan kelas itu dan kemudian meletakkannya di atas meja. "Tentu saja karena aku sedang puas sekali," jawab David. "Kenapa? Apa kau baru saja mendapatkan sebuah mainan baru? Wanita cantik yang lebih cantik dari Almyra?" tanya Bara yang pikirannya selalu diliputi dengan pikiran kotor. David mendengus sebal. "Ini bukan soal wanita. Tapi ini tentang Agusta Irawan yang sekarang sedang dikejar oleh anak buahku," ucap David seraya bertepuk tangan seperti orang gila. Stefan yang tadinya sedang berbaring di sofa lembut milik keluarga Araya itupun langsung terduduk. "Apa maksud kamu?" tanya Stefan. "Misky dan anak buahnya sedang berusaha untuk menangkap Agusta. Aku menyuruh mereka untuk membawa si berandal itu kemari dalam keada
Baca selengkapnya
40. Selamat Lagi
Agusta dikejar oleh beberapa pria berbadan besar yang juga harga bawa pistol dan senjata lainnya. Dia sebenarnya bukan takut mati tapi dia tidak rela jika harus mati di tangan para pembunuh bayaran itu. Dia tidak akan sudi untuk menyerahkan nyawanya pada si brengsek David Araya itu. "Kembali," teriak Misky pada anak buahnya yang langsung berhenti mengejar Agusta. Mereka pun langsung lari cepat dan kembali ke mobil mereka masing-masing dan pergi dari lokasi tempat penyergapan Agusta itu. Agusta yang terengah-engah merasa lega luar biasa setelah bisa lepas dari kejaran anak buah David yang jelas sekali ingin membunuhnya. Ruslan dan anak buah David yang dibuat terpisah dari dirinya itu kini sudah mendekati dia. "Pak Agusta, Anda tidak apa-apa?" tanya Ruslan. "Saya tidak apa-apa. Yang lain ada yang terluka?" tanya Agusta khawatir. Dia tidak ingin membuat orang-orang yang telah membantunya itu malah mendapat masalah.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
18
DMCA.com Protection Status