All Chapters of Sang Miliarder yang Tersembunyi: Chapter 11 - Chapter 20
171 Chapters
11. Menarik Hati
"Di mana tetangga baru kamu itu?" tanya David yang melihat ke arah beberapa orang yang sudah hadir di dalam apartemen miliknya yang dia berikan pada Almyra itu. "Sebentar lagi pasti datang," ucap Almyra yakin. David yang melihat kekasih hatinya itu sedang bersemangat karena menunggu kehadiran tetangganya yang mereka temui di lift itu merasa sangat kesal. "Almyra, aku nggak mau ya kamu nanti bikin masalah," ucap David. Almyra menoleh ke arah David. "Masalah apa? Perasaan aku nggak pernah buat masalah sama siapapun deh, Sayang." "Maksud aku, aku nggak mau kamu nempel terus dekat-dekat dengan si pria di lift itu," ucap David. Almyra baru saja menyadari hal yang tidak disangkanya. "Kamu cemburu, Sayang?" tanya Almyra. David menatap Almyra dan memegang dagunya yang lancip namun tetap memesona. "Bukan cemburu lagi. Tapi aku benci jika ada laki-laki yang berusaha mendekati kamu. Aku benci jika kamu dekat dengan orang lain. Jadi jangan coba-coba, Almyra! Karena aku tak akan suka meli
Read more
12. Calvin Miller
"Tunggu dulu!" ucap David setengah berteriak saat dia melihat Valentino yang akan segera pergi dari acaranya. Valentino membeku di tempatnya. Mungkinkah dia ketahuan? Apakah penyamaran yang baru saja dilakukannya selama satu bulan lebih ini sudah terbongkar? Astaga, dia segera menyalahkan diri sendiri yang sangat bodoh karena mengambil resiko menggunakan nama 'Miller' untuk nama belakangnya. Tapi apakah mungkin David mengetahui jika marga itu adalah marga dari ayah tirinya? Pikiran Valentino sudah tak karuan saat David sampai ke tempatnya berdiri. Namun yang aneh, David malah menyunggingkan senyum ramah kepadanya. Alisnya terangkat sebelah. "Iya, Pak David. Ada apa?" tanya Valentino. "Ah, jangan panggil saya begitu. Panggil saya dengan nama saya saja. Kita sepertinya seumuran," ucap David. Valentino malah semakin ketar-ketir karena David sepertinya mulai mengetahui tentang Valentino lebih detail. "Ah, iya baik," jawab Valentino namun dia masih gelisah. "Oh iya, ada apa Anda ta
Read more
13. Tiga Peran
Valentino langsung berdiri, bukan karena takut tapi karena kaget. "Ma-af, Pak David. Sa-saya tadi disuruh Pak Agusta un-tuk... Untuk... " "Apa-apaan sih? Udah culun, sekarang tambah gagap. Aku heran kenapa kau bisa diterima perusahaan milikku ini? Apa ada orang dalam yang mendukungmu, Culun?" tanya David. Agusta melirik ke arah Valentino yang nampak menahan kesal. Kalau Agusta menjadi dirinya, sudah pasti dia akan membuat David babak belur karena sudah menghina dirinya apalagi David sudah mengatakan jika perusahaan ini miliknya. "Ti-dak Pak. Saya masuk lewat tes," jawab Valentino. "Ah ya sudahlah, sana keluar. Aku mau ada urusan dengan Agusta," ucap David. David mengibaskan tangannya ke arah Valentino yang saat ini sudah berdiri kaku. "Kenapa kamu masih diam saja?" tanya David yang melihat Valentino masih juga tak bergerak dari tempatnya. "I-iya, Pak. Maaf. Saya permisi dulu," pamit Valentino. Agusta melirik ke arah sahabatnya itu. Sebelum Valentino pergi, dia sempat mengedi
Read more
14. The Meeting
"Bersabarlah, Valen. Aku masih mencoba untuk memikirkan cara yang tepat untuk mengeksekusi rencana ini," ucap Agusta. Valentino hanya manggut-manggut. "Baiklah kalau begitu. Aku harap kau segera menemukan cara yang tepat untuk menyingkirkan salah satu peranku. Karena bagaimanapun juga aku tak ingin menjalani tiga peran yang pasti cukup melelahkan untukku," ucap Valentino. "Yeah. Dan apa yang harus kita lakukan setelah bertemu dengan Antonio Cassano nanti?" tanya Agusta penasaran. "Bukan kita. Tapi kau. Karena aku sudah mengenal Antonio jadi yang perlu kau lakukan nanti adalah kau harus mencoba untuk meyakinkan si David untuk bertemu dengan Antonio. Dia harus menjalin kerjasama bisnis dengan Antonio agar kita bisa mengendalikan kerjasama ini," ucap Valentino. Agusta hanya memandang teman masa kecilnya itu dengan tatapan jengah. "Tapi Valen, bagaimana caranya kau membuat si Antonio Cassano itu mau membantu kita?" tanya Agusta. Valentino tersenyum misterius. "Aku punya banyak cara
Read more
15. Informasi Penting
"Sejarah keluarga Araya?" tanya Joshua. Joshua agak terkejut ketika mendengar nama keluarga itu. Tiba-tiba saja dia menjadi agak gugup. "Iya, Pak. Bukankah Anda adalah pengacara keluarga itu?" tanya Valentino. "Ah, begitu. Iya, iya. Saya memang pengacara keluarga Araya. Tapi ngomong-ngomong, ada urusan apa Anda menanyakan tentang keluarga Araya kepada saya?" tanya Joshua. Valentino memainkan tangannya dan mengetuk-ngetuk jarinya di meja. "Saya berencana untuk mengajak kerjasama David Araya. Namun, saya belum tahu pasti bagaimana latar belakangnya. Dan karena Anda itu pengacaranya, Anda mungkin bisa memberi masukan kepada saya, apakah memang keluarga Araya itu keluarga yang terpercaya atau tidak?" ucap Valentino. Joshua merasa heran. "Pak Miller, kalau untuk urusan seperti itu sepertinya bukan saya yang patut untuk menjelaskannya. Karena tugas saya hanya sebagai seorang pengacara yang mengatur wasiat dari mendiang ayah dari David Araya," ucap Joshua. Valentino tersenyum. Ternya
Read more
16. Childhood's Friend
"Curiga? Kenapa Anda bisa berpikir jika Valentino Araya telah mengirim orang untuk hadir dalam pemakaman itu?" tanya Valentino. "Pria asing itu... " "Pria asing? "Ah sudahlah. Mungkin itu hanya karena saya yang terlalu ketakutan waktu itu jadi bisa saja sayang melihat yang tidak saya inginkan. Ngomong-ngomong kenapa Anda begitu tertarik dengan keluarga itu?" tanya Joshua. Valentino kembali bersikap biasa saja karena sepertinya Joshua tidak mencurigai dirinya sama sekali. "Saya tidak tertarik dengan keluarga itu. Saya hanya tertarik pada bisnis. Jika Itu memang menguntungkan, pasti aku akan mengejarnya. Ya sepertinya memang berbisnis dengan David Araya cukup menarik dan aku bisa pastikan jika aku bisa menarik keuntungan yang besar dari sana. Ah, maafkan saya karena saya terlalu banyak bicara. Wah... Sepertinya sudah cukup Pak pengacara. Saya sudah terlalu banyak menyita waktu Anda," ucap Valentino. "Oh, tidak. Tidak. Tidak apa-apa, Pak. Saya justru senang sekali bisa berbisnis den
Read more
17. Mendekati Almyra
Sepulang bertemu dengan sahabat masa kecilnya, Valentino yang cukup merasa lelah karena aktivitasnya yang cukup padat di hari itu pun memutuskan untuk langsung pulang ke apartemen miliknya. Namun, sungguh sial baginya, di depan pintu apartemennya sudah ada seorang wanita yang tidak ingin dia temui, Almyra, sekretaris David Araya yang terlihat tertarik pada dirinya. Dia ingin sekali berbalik namun wanita itu terlanjur melihatnya. "Calvin, akhirnya kamu pulang juga," ucap Almyra. Valentino mengangguk dan memberikan senyum palsu untuk wanita itu. "Iya. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Valentino. "Oh begini. Kebetulan aku sedang membuat kue brownies rasa cokelat dan aku membuat agak banyak. Jadi aku ingin memberi kamu satu loyang ini. Kamu terima ya?" ucap Almyra. Valentino melirik satu loyang kue brownies rasa coklat itu. Sebenarnya dia tidak suka kue yang terlalu manis tapi Valentino bukan orang yang kejam sampai harus menolak pemberian makanan dari orang lain. "Iya, tentu sa
Read more
18. Dugaan yang Menguat
Sesuai janjinya, Valentino mengajak Almyra untuk sarapan bersama. Almyra sebenarnya mulai was-was jika David sampai mengetahui jika dia saat ini sedang bersama dengan Valentino. Tapi dia juga tidak ingin membuang-buang kesempatan jika dia bisa bersama dengan pria yang menurutnya cukup menarik dan juga baik itu. "Terima kasih sudah menemani saya makan pagi ini. Saya jadi tidak enak karena sudah mencuri waktu kamu dari David Araya," ucap Valentino. "Oh, jangan bicara seperti itu. Aku senang sekali menemani kamu makan. Dan ternyata masakan kamu juga enak sekali. Dari mana kamu belajar memasak?" tanya Almyra. "Tentu saja ibu saya yang mengajari saya. Oh iya. Apakah David akan menjemput kamu nanti?" tanya Valentino. Almyra nampak bingung karena dari semalam kekasihnya itu tidak menghubungi dirinya sama sekali, jadi dia pun tidak tahu pagi ini David akan menjemputnya atau tidak. "Aku rasa mungkin aku akan pergi sendiri ke kantor," jawab Almyra. "Apa kamu mau saya antar?" tanya Valenti
Read more
19. Dokter Elina Prada
Entah kenapa tiba-tiba saja firasat Valentino mengatakan jika dokter tersebut sedang berada di rumah sakit yang pertama mereka datangi. Namun, kali ini Valentino tidak datang sebagai seorang Valentino Araya ataupun Calvin Miller. Dia yang kebetulan saja membawa perlengkapan kostum Aditya Putra segera mengganti bajunya dan juga merubah penampilannya secara total. Dia menyuruh sopirnya untuk menurunkannya sebelum sampai rumah sakit. "Pergilah! Jemput aku satu jam lagi di depan minimarket sebelah sana," ucap Valentino. Valentino langsung masuk ke dalam rumah sakit itu dan mendaftarkan dirinya untuk berkonsultasi dengan Dokter Elina Prada. Dan benar saja. Ketika dia menggunakan identitas Aditya Putra, dia langsung mendapatkan nomor antrean. Valentino masih tidak mempercayainya dan dia jadi berpikir apa yang membuat Dokter Elina yang sepertinya telah memberitahu staf rumah sakit agar tidak mengizinkan dirinya untuk bertemu dengan dokter itu. Tapi kenapa bisa begitu? Tidak mungkin Dokt
Read more
20. Semua Palsu
Valentino langsung menuju bagian administrasi di rumah sakit itu. "Mohon maaf Pak, tapi kami tidak bisa memberikan informasi apapun pada orang yang bukan berasal dari sanak saudaranya," ucap karyawan rumah sakit itu. Valentino terpaksa harus menggunakan identitas aslinya untuk bisa mendapatkan arsip itu. "Pak, saya adalah anak kandung dari Budi Araya. Saya Valentino Araya. Saya terpaksa harus menggunakan cara ini agar saya bisa menyelidiki kasus kematian ayah saya yang janggal. Ini identitas saya," ucap Valentino. Petugas itu pun terkejut, namun dia sadar jika pria yang ada di hadapannya itu tidak berbohong karena identitas dan wajahnya sama. Valentino merasa beruntung karena mendapatkan teman seperti Agusta karena dia bisa membuat kartu identitas palsu untuknya yang luar biasa mirip dengan yang asli. Valentino tidak memiliki kartu tanda penduduk di Indonesia jadi yang mengurus semuanya adalah Agusta. Petugas yang sudah percaya pada Valentino itu akhirnya pergi ke rak arsip dan
Read more
PREV
123456
...
18
DMCA.com Protection Status