Lahat ng Kabanata ng Catatan Setelah Kematian Putri Ophelia: Kabanata 41 - Kabanata 50
63 Kabanata
[041] Bar (4)
"Bandit? Bukannya para bandit di sana juga termasuk yang paling berbahaya?" tanya seorang pria lain yang ikut terkejut dengan jawaban Ilkay.Suasana semakin gaduh, membuatku merasa tidak nyaman karena menjadi pusat perhatian mereka.Kemudian, suara seseorang yang begitu tenang dan bercampur dengan rasa takjub itu menarik perhatianku. "Seperti yang ku bayangkan dari pengembara tampan seperti dia, sudah kupastikan bahwa ia memiliki keahlian dalam berpedang!"Suaranya begitu takjub sampai-sampai seluruh orang yang berada di dalam bar menaruh perhatian mereka ke arah Ilkay. Untungnya, aku tersisihkan meskipun semakin banyak orang yang mengelilingi kami."Kau tidak melakukan hal licik pada pria tampan itu, bukan?"Lalu, wanita yang sedang mabuk itu kembali bersuara. Berbeda dengan orang-orang yang ada di sekitarnya–yang memilih untuk berbicara dengan Ilkay–, wanita itu justru menaruh perhatiannya kepadaku.Aku membungkam mulutku. Toh,
Magbasa pa
[042] Bar (5)
"Panggil saja Cath." Wanita itu bangkit dari duduknya. Terhuyung dan tangannya segera menahan tubuhnya dengan meja."Kau akan mengetahuinya kelak dunia semakin kejam dan mencampakkanmu."Cath melewatiku. Menabrak beberapa pria dan menyerang pria-pria yang ditabraknya dengan kalimat sarkas. Sedangkan aku hanya bisa terdiam di tempat ini sambil menatap nanar lantai kayu ini.'Tapi, dunia telah dulu mencampakkanku sebelum kau mengatakannya,' pikirku.Bukankah itu benar?Kematian seseorang dianggap lelucon oleh mereka, langit cerah pada saat seseorang akan dieksekusi ... bukankah itu terlalu kejam?-oOo-"Kediaman Duke Lamford akan dipenuhi oleh warga dan istana akan menjatuhkan Duke Lamford."Ilkay berucap dengan penuh rasa percaya dirinya. Ia tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang terkejut dan tidak merasa terganggu dengan suara mereka yang begitu gaduh."Hei, jaga ucapanmu." Seseorang mengankat suaranya. Dia berdiri
Magbasa pa
[043] Amarah Warga (1)
"Kita harus melakukan unjuk rasa di depan kediaman duke! Kita akan membakar kediaman itu beserta manusia-manusia yang ada di dalamnya!"Pria berbadan kekar. Memiliki otot yang keras dan tubuh yang besar. Akan tetapi, pikirannya yang sempit.Ilkay tidak melanjutnya ucapannya. Ia menatap pria berbadan kekar tersebut dalam diam. tatapannya menyiratkan tanda bahwa ia tidak setuju dengan perkataan pria tersebut."Apa yang dia katakan?" tanyaku.Namun, Ilkay tidak menjawab."Orang-orang yang tinggal di kediaman duke telah memakan uang yang tidak pantas! Istana tidak akan bergerak jika kita tidak bergerak lebih dulu!""Tentu saja! Perbudakan ini pasti dilakukan secara diam-diam oleh Duke agar tidak ketahuan oleh anggota kerajaan!"Banyaknya yang protes, banyak yang tersulut emosi, bahkan ada yang mendobrak meja cukup keras. Suasana sangat riuh dan kemungkinan suara mereka sampai ke luar bar ini."Wow, mereka sungguh mengerikan," ujar
Magbasa pa
[044] Amarah Warga (2)
"Um ... permisi." Aku bersuara, berupaya untuk menepis semua rasa takut dan canggung.Kuperhatikan semua orang yang berada di tempat ini. Mereka memiliki berbagai macam tatapan yang sebagian tidak kumengerti. Mereka bertanya-tanya dan ada juga yang menunggu sambil berkacak pinggang."Apa aku boleh mengutarakan pendapat?" tanyaku.Kutatap pria berbadan kekar itu. Pria itu telah memberikanku kesempatan untuk dijadikan pusat perhatian.'Sebenarnya, aku tidak suka menjadi pusat perhatian.'Pria itu tak kunjung berkata. Ia bungkam sambil menatapku dengan sorot mata yang tajam–meskipun tatapan tajam itu tidak mengerikan jika dibandingkan dengan Ilkay."Apa aku boleh ke sana?"Tanganku bergerak untuk menunjuk tempat yang dijadikan sebagai pusat perhatian dan hebatnya, tanpa perintah dari sang pria berbadan kekar itu, orang-orang yang ada di hadapanku menyingkir. Mereka memberikan jalan dengan tatapan mereka yang penuh dengan rasa penas
Magbasa pa
[045] Amarah Warga (3)
"Ada kemungkinan mereka akan mogok kerja yang tentu berdampak pada bangsawan seperti mereka," lanjutku setelah berbicara panjang lebar.Kutatap Ilkay secara diam-diam, lalu suara seorang wanita tadi berhasil mengerjapkanku. Ia berbicara dengan lantang, meskipun wanita itu tidak jauh berdiri di hadapanku. Ah benar, dia sengaja membuat suaranya agara didengar oleh semua orang di dalam bar."Dari mana kau tahu jika pelayan kediaman duke akan kontra terhadap tuannya?"Itu benar. Pertanyaan tersebut memang sewajarnya ke luar dari mulut orang-orang yang realistik. Aku akui bahwa dia wanita dengan daya pikir yang hebat.Toh, tidak mungkin wanita sepertiku–wanita yang dianggap tidak berpendidikan, tidak anggun, sama sekali tidak memiliki makna hidup ini dapat mengetahui lingkungan kediaman duke."Mereka manusia dan mereka tentu memiliki hati nurani," balasku. Setelah itu, aku menarik napas dalam-dalam. Mencoba untuk menenangkan akal dan pikiran untuk
Magbasa pa
[046] Amarah Warga (4)
"Itu artinya kita sama saja dengan para bandit."Kesimpulanku berhasil membuat mereka semua membungkam mulut. Orang-orang yang berada di dalam bar merasa terkejut. Sebagian tertegun dengan membuka mulut mereka dengan lebar, sebagian menutup mulut, dan sebagian lagi terkesiap.Mereka terkejut akan kalimat sarkas yang ke luar dari mulut wanita yang terlihat anggun. Ya. Aku tidak peduli.Kali ini, akan aku tunjukkan cara memenangkan perdebatan–adu argumen dengan para pengembara yang otaknya telah tercuci oleh mantan bandit tersebut."Itu tidak benar. Kita hanya–""Bukannya hidup kita telah makmur dengan pasokan yang diberikan dari istana?" tanyaku, seakan sedang menantang sang pria berbadan kekar dengan perang adu mulut.Senyum terlukir di bibirku, membuat pria tersebut menelan air ludahnya yang terasa begitu kering.Aku tahu dia tak bisa menjawab, pria kekar itu telah mengeluarkan desisan. Menahan rasa sakit hati karena kala
Magbasa pa
[047] Hari Yang Sudah Ditentukan (1)
"Melakukan pemberontakan sama saja memenggal kepalamu sendiri di tempat umum." Aku menyela ucapan pria berbadan kekar itu–tidak peduli akan tatapan tajamnya."Kapan aksi itu dimulai?" tanyanya.Aku kembali menyunggingkan senyum. "Pagi di esok hari, mereka akan memulai aksi mogok kerja dan akan memberontak di dalam halaman kediaman duke."-oOo-Author POVItu adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh gadis yang bernama Helena. Berkat kerja kerasnya, berkat saran yang diberikan oleh pria yang baru saja dikenalnya, aksi pemberontakan ini berjalan dengan begitu mulus–meskipun ia sempat mengalami masalah di antara para pelayan yang menolak keputusannya."Aku tidak yakin ini akan benar-benar berjalan mulus." Seorang wanita yang lebih pendek darinya berdiri di samping sambil membuang napas pasrah.Helena merasa tertarik. Ia bertanya dengan kedua alis terangkat. "Kenapa?""Karena kita sedang berhadapan dengan pemimpin tiran."
Magbasa pa
[048] Hari Yang Sudah Ditentukan (2)
Tak ada percakapan kali ini setelah Ophelia memilih untuk bungkam dan Ilkay yang ternyata juga tidak berniat untuk melanjutkan perdebatannya yang sia-sia.Ilkay hanya melepas rasa bosan dan sekarang lebih memilih untuk menatap jalanan–melakukan hal yang sama dengan Ophelia, berdiri sambil menatap jalanan dengan pandangan kosong.Tidak peduli dengan orang-orang yang berlalu lalang akan merasakan tidak nyaman dari tatapan mereka.Sesekali, Ophelia menguap. Ia menutup mulutnya dengan rapat. Matanya tidak kuasa menahan kantuk. Ini semua karena Ilkay yang menuruhnya untuk bangun pagi, padahal tempat tidur di rumah sewa itu terlalu membuat dirinya nyaman.Setelah menguap, matanya memandang lurus ke depan. Berharap seseorang berjalan mendekati mereka dan ternyata doanya terkabul.Seorang wanita yang tidak asing baginya itu melambaikan sebelah tangannya yang mengarah ke arah mereka."Apa itu orangnya?" tanya Ilkay. Pria itu lebih dulu mengelua
Magbasa pa
[049] Tidak Ada Maksud Untuk Bersembunyi (1)
"Ah, itu ...." Tanpa disadari, tangannya bergerak. Memainkan jemari yang menandakan bahwa dirinya merasa canggung. "Te–terima kasih."Ophelia terkejut.Yah, wanita berambut cokelat mahoni itu tidak menunggu ucapan terima kasih dari Helena. Ia berniat untuk tersenyum seraya meminta maaf. Akan tetapi, ucapan terima kasih dari Helena terdengar tulus meskipun wanita itu terasa canggung.Kali ini ... untuk yang pertama kalinya, Ophelia Aelios yang telah membuang nama Lotus setelah kehidupan keduanya menerima ucapan terima kasih dari seseorang.-oOo-"Aku sudah mengetahuinya," ucap Ilkay dengan nada santai yang dibuat-buatnya.Ophelia yang terkejut bukan main itu sukses membelalakkan matanya. Mulutnya terbuka lebar mendengar ucapan Ilkay."Darimana kau tahu?" tanya Ophelia. Ia berusaha untuk tetap tenang dalam keadaan apapun.Ilkay membalikkan tubuhnya. Semilir angin pada saat itu membawa hawa dingin yang menusuk tulang Ophelia
Magbasa pa
[050] Tidak Ada Maksud Untuk Bersembunyi (2)
"Ah, iya ... aku mengatakannya pada saat itu," jawab Ophelia. Ia berusaha tersenyum selayaknya senyuman Ilkay, akan tetapi mengapa terasa sulit?"Kau membutuhkan teratai putih kuno setelah Kerajaan Lotus dihancurkan. Bukankah kekuatanmu dalam masa yang tidak stabil?" tanya Ilkay.Deg.Bagaikan jantungnya berhenti berdetak dan petir menyambar di benaknya secara berkali-kali, Ophelia benar-benar membungkam mulutnya pada saat itu."A–aku ....""Tidak masalah jika kau menyembunyikannya," sela Ilkay.Namun, bukan itu maksud dari wanita berambut mahoni tersebut. Dengan cepat ia menggelengkan kepala dan berdeham untuk memperbaiki jantung yang masih saja berdetak tidak karuan.Setelah jantungnya ia perbaiki dengan baik, mata nan indah itu menatap tajam pada Ilkay. Tentu saja, pria berambut kuning keemasan itu masih saja menunjukkan senyuman yang entah mengapa kali ini berhasil membuat Ophelia kesal."Dari mana kau mengetahuinya?"
Magbasa pa
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status