Semua Bab Catatan Setelah Kematian Putri Ophelia: Bab 31 - Bab 40
63 Bab
[031] Dugaan dan Perbudakan (2)
"Orang yang mendapatkan hukuman itu biasanya di alami oleh para pemberontak," jelasnya. Ilkay sengaja menjeda ucapannya sebelum menunjukkan sisi lain dari dirinya. "Dia memanipulasi data."Itu seakan tubuhku ada tapi terasa tidak ada. Terpaku dalam ketakutan hanya dengan melihat tatapannya yang begitu dingin, meskipun iris tersebut menunjukkan kemarahan.'Sekilas, apa warna matanya berwarna hijau?' pikirku.Aku menggelengkan kepala. 'Mungkin salah lihat.'Sang pemilik toko yang berdiri berhadapan dengan kami juga ikut terpaku. Aku merasakan perasaan takut yang sangat besar seakan-akan sedang menghadapi masalah yang rumit. Seolah, jika dia salah berbicara, maka kematian akan menyambutnya."Ka–kami semua yang hanya rakyat biasa tidak bisa melakukan apa-apa." Ini seperti pemilik toko inilah yang melakukan kesalahan. "Bahkan, untuk makan pun susah, karena semua pangan harganya melonjak naik," akunya.Apa yang dikatakannya memang benar. Men
Baca selengkapnya
[032] Belati Permata Biru (1)
''Belati memang bisa melindungi diri dari orang jahat, tapi bukankah juga butuh dasar-dasarnya?' pikirku.Ah, jika berpikir tentang dasar hanya akan membuatku merasa lelah. Aku menghela napas dan menyadari perbuatanku yang terus-menerus memikirkan dasar-dasar menggunakan senjata."Kenapa dari tadi aku hanya memikirkan dasar menggunakan senjata?" ucapku pada diri sendiri.Pada akhirnya, tanganku meraih belati yang menurutku paling menarik. Lalu, menutup mata untuk menenangkan jiwa.'Kata mereka, aku terlahir pada saat bulan purnama merah,' pikirku. Aku membuka mata dan belati yang sedang kupegang memantulkan bayangan wajah tubuh ini. 'Kekuatan terkutuk yang membawa malapetaka kerajaan. Tapi, sampai sekarang, tidak ada tanda-tanda kekuatan itu dalam tubuhku.'Jika memang tak ada kekuatan yang berbahaya dalam tubuh ini, itu artinya aku akan menjalani hari-hari dengan tenang. Meskipun, orang-orang desa mengatakan bahwa tubuh ini juga terkutuk karena di
Baca selengkapnya
[033] Belati Permata Biru (2)
"Paman Brodie, kau tahu seberapa susahnya aku ke luar dari tempat menyeramkan itu?" tanya wanita yang bernama Helena tadi.Sang pemilik memiliki nama Brodie yang baru saja aku ketahui dari wanita yang bernama Helena. Ia terkekeh mendengar suara Helena yang terdengar jengkel terhadapnya.Namun, setelah terkekeh, ia kembali terlihat panik dan buru-buru menatap orang yang berada di belakangnya. Ilkay berada di belakang pemilik toko, tidak tersenyum bahkan pikirannya terlihat sedang bekerja keras–terlihat jelas dari keningnya yang mengernyit.Pemilik toko yang dipanggil Paman Brodie itu kembali menatap Helena. "Kau bisa tunggu sebentar? Pelangganku sudah menunggu terlalu lama."Helena menganggukkan kepalanya dengan mantap, lalu mengibas-ngibas sebelah tangannya yang mungkin mengartikan bahwa ia tidak masalah jika menunggu."Tidak masalah," jawabnya santai. "Aku ke sini juga untuk melihat keadaanmu, paman," jawabnya, dengan jujur.Lantas, p
Baca selengkapnya
[034] Kisah Para Bandit oleh Wanita Asing (1)
"Itu cerita yang menyeramkan ...." Tanpa sengaja, aku mengeluarkan isi pikiranku."Tidak, nona!" Tapi, suara wanita itu membuatku terperanjat kaget.Kini, ia menjauhkan tubuhnya dari Ilkay dan memperbaiki posisi berdirinya. Ia berdiri tegap dengan kedua tangan di simpannya di belakang punggung."Ini lebih menyeramkan dari sekedar berkelana di tengah hutan pada malam hari seorang diri!" sambungnya.Aku membungkam mulutku karena kesalahan yang kuperbuat. Lalu, wanita itu menghela napasnya begitu panjang."Kalian beruntung bisa selamat dari tempat itu," ucapnya.Lantas, pandanganku berganti pada Ilkay. Itu memang benar, aku beruntung ke luar dari desa yang mengerikan itu, dan Ilkay bukanlah beruntung, melainkan ia melakukan atas kemampuannya. Mengalahkan banyak bandit dalam sekejap mata, kekuatan apa yang dimilikinya?Tentu saja ia tidak menggunakan kekuatan apapun, pria itu menggunakan sarung pedangnya dan hanya membuat para bandit itu
Baca selengkapnya
[035] Kisah Para Bandit oleh Wanita Asing (2)
"Kau ...." Ia mencoba mencari kata-kata yang pantas untukku dan aku tahu itu bahwa ia sedang mencurigaiku. "Kau seakan lebih mengenal wanita itu."Dan sekarang, apa yang harus kujawab jika ia benar-benar mencurigaiku.Aku tidak ingin mati di hari kedua aku hidup di kesempatan kali ini. Hidup dengan tenang tanpa adanya pandangan orang-orang yang berbeda terhadapku ialah hal yang kuinginkan.Aku hanya bisa mendengar Helena mencurigaiku dengan tatapan mengintimidasi."Kami semua berharap untuk menghapus hama itu, tapi istana tidak pernah bergerak mengani hal ini. Seolah-olah desa itu pantas untuk dimusnahkan," ucapnya, tidak terima sehingga menyalahkan istana.Ucapannya memang tidak bisa diterima, terutama pada diriku yang menjadi pelaku hancurnya Desa Jeffre yang mereka bilang. Akan tetapi, yang bisa kulakukan hanya menatap mata Helena yang tidak terima pada semua perlakuan ini. Sebab, rasa takut lebih mendominasi diriku.'Apa pada akhirnya ak
Baca selengkapnya
[036] Saran dan Tawaran (1)
"Tentu saja." Helena menganggukkan kepala tanda ia bangga telah bekerja melayani bangsawan selama ini. "Lihatlah penampilanku, aku seorang pelayan di tempat Duke Lamford."Dengan bangganya ia memutarkan rok hingga mengembang. Ia menyunggingkan senyumnya yang tertuju padaku.Namun ....Untuk apa dia membanggakan tuannya yang telah melakukan hal yang keji, dan sebelum itu, bukankah ia merasa jengkel pada kediaman Duke Lamford?"Lalu, apa yang kau lakukan di tempat seperti ini?" tanyaku, menyipitkan mata untuk memberi kesan mengintimidasi.Helena mengendikkan bahu. "Yah, bisa disebut aku akan berhenti bekerja menjadi pelayan mereka dan berencana untuk membantu Paman Brodie menjaga tokonya," ucapnya panjang lebar.Aku hendak membalas ucapannya, akan tetapi terhalangi oleh tubuh Ilkay yang mendadak maju selangkah dariku."Kau mengetahui kejadian mereka, bukan?" tanya Ilkay.Suaranya semakin terdengar dingin dan tatapannya–dari
Baca selengkapnya
[037] Saran dan Tawaran (2)
Terdengar suara pekikan yang tertahankan tidak jauh dari tempatku. Dengan cepat, aku menoleh dan menatap Helena yang merupakan pelakunya. Wanita itu sedang menutup mulutnya dengan rapat guna mencegah pekikannya yang melengking.Ada apa dengannya?"Mata-mata istana pastinya tidak akan mendekati orang-orang dan menunjukkan wajahnya dan juga–" Ilkay membuang napasnya. Frustasi. "Apa memprediksi yang akan terjadi merupakan keahlian penyihir?"Pria berambut emas itu mengacak rambutnya, sehingga rambut yang telah berantakan itu semakin berantakan. Menambah pesona yang berhasil membuat Helena mimisan.-oOo-"Sebentar! Aku tidak pernah berpartisipasi dalam tawaran ini!"Dia berusaha menyeretku untuk memasuki permasalahan yang tidak ingin kulewati bersamanya."Tapi kau akan mengikutiku, bukan?"Pertanyaan dari Ilkay berhasil membuatku tertegun. Keningku bisa saja mengernyit karena termakan oleh ucapanku yang sebelumnya. Aku menata
Baca selengkapnya
[038] Bar (1)
"Pertimbangkan apa yang aku ucapkan barusan." Ia sedikit memutar kepalanya dan menampilkan sudut mata yang tajam. "Jika tidak, kau akan dalam masalah jika terus-menerus menjalankan hari seperti ini."Dia memberi waktu sampai esok. Sungguh, sangat pantas menjadi sang tirani.Segera, aku melirik ke belakang hanya untuk menatap Helena sebelum meninggalkannya. Wanita itu tampak terkejut dengan kedua mata yang melebar dan mulut tertutup rapat.-oOo-"Kenapa kau berbicara seperti itu kepada dia?"Aku terus melangkah mengikuti arah ke mana pria itu pergi. Menatap penutup kepalanya yang sudah bertengger di atas kepalanya dan menutup rambut emas tersebut."Aku tahu seperti apa akhirnya," ucapnya, dengan suara yang terdengar santai.Ucapannya sukses membuatku mengernyit. Akan tetapi, aku memilih untuk mengedarkan pandangan dan menangkap banyak orang sedang berlalu-lalang dengan santai. Toko-toko yang tidak jauh berbeda dengan Kerajaan Lotus mem
Baca selengkapnya
[039] Bar (2)
"Senjata yang kita pilih akan lebih mudah untuk dikendalikan, daripada menggunakan senjata pemberian orang."Tatapannya begitu tajam kepadaku. Seakan-akan memberi peringatan pada wanita naif yang ada di hadapannya ini."Dan jangan pernah terlalu mempercayai orang sepertiku."Wajahnya menjadi kelam dan ucapan yang dingin itu mampu menusuk tulang-belulangku.Ya. Aku mengetahuinya dan tidak akan mempercayai orang-orang yang telah mengkhianatiku.Siapapun itu.Napasku mulai mengangkat suara, akan tetapi ku urungkan ketika Ilkay lebih dulu telah menjawab pertanyaan yang ada di dalam benakku."Kita bisa mencari koin lagi jika telah habis, tapi penyakit akan sulit disembuhkan."Kali ini, apa yang dikatakannya?Apa hanya menggunakan pakaian ini selama mengembara dan bertemu dengan bandit-bandit yang sama sangarnya dengan sebelumnya dapat membuatku terjangkit penyakit?Aku menghela napas. "Terlalu banyak berhutang budi aka
Baca selengkapnya
[040] Bar (3)
"Sudah lama tidak jumpa kawan-kawanku!" ucapnya, dengan penuh semangat.Senyumnya melebar dan matanya hampir menyipit sontak membuatku tertegun. Ia berubah menjadi orang yang belum pernah kulihat sebelumnya–tentu saja, karena ini hari kedua setelah aku mengenalnya. Tangannya terbuka lebar sehingga tubuhku spontan mundur untuk menghindari tangannya yang hampir memukulku."Kali ini, aku membawa berita terbaru untuk kalian semua," sambungnya.Ucapannya berhasil membuatku terkejut.Menatap tajam ke arahnya tidak akan membuat pria itu merasa. Ia tetap mengatakan apa yang ingin ia katakan tanpa memikirkan orang di sampingnya.Dan juga, berita yang dikatakannya bukan tentang diriku, bukan?Benar-benar membuatku terkejut dan juga meningkatkan kewaspadaanku padanya.Seseorang yang tidak jauh dari kerumunan itu masih duduk di atas kursinya dan tangannya meminum bir yang ia pesan. Menarik perhatian ketika gelas yang sedang ia pegang ia let
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status