Semua Bab Catatan Setelah Kematian Putri Ophelia: Bab 21 - Bab 30
63 Bab
[021] Pasar Malam (2)
"Kau pasti akan suka," ucapnya, penuh yakin.Aku sedikit melebarkan mata karena melihat matanya yang begitu dekat denganku, sehingga dapat kutatap warna biru itu seperti perpaduan langit dan warna permata yang biru.'Ilkay terlihat sangat senang,' simpulku. Dan hatiku juga terasa tenang setiap kali melihat senyumnya.Ilkay melepas cengkraman tangannya dari kedua bahuku. Ia mundur, lalu pergi meninggalkanku di tengah kerumunan orang-orang yang tengah sibuk dengan tujuan masing-masing.Aku mengambil langkah, berjalan mengikuti Ilkay dari belakang. Akan tetapi, baru beberapa langkah, penciumanku membuatku merasa tertarik pada sesuatu. Aroma yang enak dan menggiurkan membuat langkah kakiku berhenti.Mataku kini tertuju pada sebuah makanan yang tidak kuketahuinya. Daging yang dipotong menjadi balok, lalu ditusuk dan diletakkan di atas tempat untuk berjualan.'Makanan itu sepertinya enak,' simpulku.Tak pernah kulihat makanan seperti itu. D
Baca selengkapnya
[022] Pasar Malam (3)
"Sebaiknya kita mencari tempat duduk. Acara kembang api akan diadakan sebentar lagi," ucapnya.'Apa aku salah dengar?' pikirku.Namun, tetap saja, seberapa keras aku bertanya, semakin keras pula Ilkay memberikan kata-kata yang penuh dengan teka-teki. Seolah menyuruhku untuk berpikir lebih keras lagi tentang dirinya.Tidak ada percakapan setelah ini, di sekitarku semakin banyak orang yang berlalu-lalang. Seakan hari ini tidak ada waktu untuk istirahat dan aku yang baru menjalankan kehidupan baru dengan langsung menjadi orang dewasa hanya bisa tercengang berkali-kali.Ilkay menarik tanganku dan kembali menerobos kerumunan yang tidak separah saat kami berada di pasar.Beberapa orang hendak kami lewati, hingga aku tidak sengaja menabrak bahu seseorang cukup keras."Ah, maafkan aku!" ucapku, panik.Sedangkan seorang pria yang aku tabrak secara tidak sengaja berdecih. Wajahnya merah dan dan keningnya mengernyit. Bajunya menjadi tidak rapi k
Baca selengkapnya
[023] Kembang Api dan Masalah (1)
"Tidak menjalankan tugas sama artinya mengkhianati kerajaan." Ilkay berucap sebelum perasaan bersalah semakin menyelimutiku. "Jadi, jangan sekali-kali melakukan pengkhianatan atau kita akan mati."Kata 'kita' dalam sekejap memudar dalam pikiranku, akan tetapi kata 'mati' begitu kental dan melekat. Rasa gundah kembali menghantuiku dan perasaan waspada menyuruhku untuk menjaga jarak darinya.Kenapa dia mengatakannya padaku?' pikirku.Kutatap Ilkay dengan lekat, pria itu terlihat santai ketika mengucapkannya. Tapi sekilas dapat kurasakan hawa dingin yang mengancam seperti pada saat aku tertangkap basah oleh ksatria yang mengejarku saat pelarian.Namun, bukan maksudku ia mirip dengan ksatria yang menangkapku, melainkan Ilkay mirip dengan sang pemberontak.'Dia mengingatkanku padanya.' Jika boleh berharap, apakah pria pemberontak itu mengalami reinkarnasinya juga?"Ilkay ...." Aku memanggil namanya dengan hati-hati.Sedangkan Ilkay, menaik
Baca selengkapnya
[024] Kembang Api dan Masalah (2)
Ilkay tidak melihat langit, ia tidak menyaksikan pertunjukan–apa aku boleh mengatakan ini pertunjukan–dan lebih memilih menatap lurus ke depan. Tangannya dengan sigap menarik penutup kepalanya ke depan dan lebih menutupi wajahnya dari sebelumnya. Ilkay sedikit menunduka dan–"Kita pergi dari sini," pintanya sambil menarik pergelangan tanganku untuk meninggalkan tempat yang akan menjadi kenangan.-oOo-Malam yang penuh dengan memori itu membuatku sedikit kesulitan untuk tidur, sehingga ketika matahari menyinari mataku, pedih yang terasa.Aku bangkit dari tidur dan mendnegar suara kicauan burung dari luar rumah. Pandanganku berkeliaran, lalu menatap salah satu jendela sudah terbuka dengan lebar.Ah, apa aku lupa menutupnya'Sudah pagi?' Tak kusangka, satu hari telah berlalu.Tubuhku beranjak dan kasur yang sedikit keras, lalu berjalan mendekati cermin.'Aku masih di tubuh ini.'Kutatap tubuhku yang sekara
Baca selengkapnya
[025] Toko Senjata (1)
Perasaan tidak enak muncul dari dalam hati. Terasa sangat menyakitkan, tapi aku sendiri tidak mengetahui artinya.Mataku menatap sendu pada tangan yang sedang memegang pedang itu.'Sekarang, dia tak lagi memegang tanganku,' pikirku, semakin sendu. Membuatku semakin tidak nyaman berada di sampingnya dan mengikuti ke mana saja seperti parasit. 'Apa aku berbuat kesalahan?'Perasaan bersalah karena telah menerima tawarannya dan mengikuti ke mana saja ia pergi benar-benar mengganggu fokus. Aku menggelengkan kepala, berharap dapat mengembalikan fokus sambil merutuki diri sendiri.'Tidak! Aku tidak boleh berpikir seperti itu! aku–"Tapi, siapa sangka rutukanku membuat seorang wanita berteriak. Tidak. Seseorang berteriak dan fokusku kembali."Di sana!"Seorang ksatria yang berjalan berlawan dariku berlari mendekati suara. Karena merasa penasaran, aku membalikkan tubuh untuk melihat apa yang terjadi di belakang."Dia ada di sana!"
Baca selengkapnya
[026] Toko Senjata (2)
"Uh ...." Membuatku bimbang untuk menjawab pertanyaan dari pemilik toko senjata tadi.Jika dikatakan aku menginginkan pedang, memang benar, akan tetapi aku sendiri tidak pernah diajarkan cara bertarung. Bahkan, untuk cara memegang senjata–seperti pedang saja tidak dapat kuketahui dasar-sadarnya.Kutatap Ilkay lagi untuk memastikan jawaban, lalu menatap pemilik toko ini dengan penuh harap."Aku hanya ingin menjaga diriku dari orang lain, jadi tolong tunjukkan padaku senjata yang cocok untukku," ucapku.Wajah pemilik toko tampak sendu, padahal jika seseorang membeli dagangannya, pastinya pemilik toko itu yang beruntung."Jika itu yang nona inginkan ...." Wajahnya semakin sendu.Pemilik toko membalikkan tubuhnya. Sebelah tangannya bergerak menggaruk pipi yang sudah keriput. Matanya mencari tahu senjata yang pantas aku gunakan.Lalu, ia berbalik sambil membawa senjata yang dianggap lebih pantas."Bagaimana dengan panah?" tany
Baca selengkapnya
[027] Toko Senjata (3)
'Seseorang, tolong bantu aku!' pintaku kepada siapapun yang dapat mendengar isi pikiranku."Jika senjata-senjata ini memberatkanmu, kau bisa memilih sesuatu yang mudah dan ringan."Ah, seseorang berbicara dengan nada yang menghangatkan. Seperti biasa, suara Ilkay yang seperti malaikat, rambut emas yang disembunyikannya dan mata biru permata seperti langit siang dalam sekejap menghilangkan perasaan takutku.Ilkay tersenyum tulus, "Belati mungkin cocok untuk melindungi diri sendiri karena tidak perlu mempelajari hal mendasar dulu."Aku menengadah hanya untuk melihat wajahnya lebih jelas. Tersenyum penuh makna yang tidak dapat kuartikan, suara yang tenang membuat lengah. Tidak tahu mengapa, suara pemilik toko mengembalikan kesadaranku."Oh, belati!" Dia bersuara penuh semangat dengan sebelah tangan mengepal dan meninju telapa tangannya. "Terdengar bagus untuk seorang wanita sebagai bentuk pertahanan dirinya."Tidak. Aku tidak meminta untuk memp
Baca selengkapnya
[028] Alasan Kematian Istri Pemilik Toko Pedang (1)
Trak.Pria berbadan tegap dengan janggut hitamnya itu menjadi daya tariknya sendiri sedang membawa beberapa belati semampunya. Suaraku yang semula ingin menjawab perkataan dari Ilkay memilih untuk mengurungkan niat dan menjatuhkan pandangan pada pemilik toko ini.Sesekali mengaduh karena tidak sengaja membentur benda-benda selama membawa belati, ia berhasil berjalan mendekati tempat tujuan. Pemilik toko senjata ini meletakkan belati ke atas meja dan disusul oleh suara mengejutkan dari pinggangnya.Sepertinya pinggangnya retak."Terlalu berat menjalankannya sendiri tanpa bantuan orang lain," keluhnya sambil mengelus pinggang.Beberapa kali mengerjap mata karena tidak menyangka suara seperti retakan itu berasal dari pinggangnya, aku menutup mulutku dengan rapat sampai Ilkay bersuara dengan nada bergurau."Ke mana anakmu, tuan?" tanyanya. Dia melipat kedua tangan di depan dada dan menatap pemilik toko ini dengan iris mata permata birunya.
Baca selengkapnya
[029] Alasan Kematian Istri Pemilik Toko Pedang (2)
Trang!Suara besi jatuh menarik perhatianku. Pemilik toko tersebut tampak terkejut setelah Ilkay menunjukkan wajahnya. Raut wajahnya pucat dan dia terlihat ketakutan dengan tubuh yang gemetar.Aku memilih menatap Ilkay yang berdiri di sampingku. Ia menunjukkan wajahnya, rambut emasnya yang bersinar ketika terkena cahaya matahari. Ilkay tersenyum dengan makna yang tak dapat kuartikan."Kau bisa menceritakan semua masalah padaku dan aku yakin kau juga bisa menjaga masalahku padamu," ucap Ilkay, terdengar santai, tapi terasa dingin.Seakan-akan, tulang-belulangku ditusuk oleh hawa dingin dan hawa panas yang seperti melelehkan kulit dagingku.Mendengar ucapan dari Ilkay, pemilik toko itu tampak gelagapan di samping tubuhnya gemetaran. Matanya seperti tak sanggup melihat Ilkay. Hei, apa maksud kejadian ini?"Warna itu–""Rahasia harus dijaga dengan rahasia, bukan begitu, tuan?"Suara pemilik toko–sampai sekarang tidak ku
Baca selengkapnya
[030] Dugaan dan Perbudakan (1)
"Duke Lamford yang kau maksud itu ... apa Duke Gill Lamford?" tanya pemilik toko.Aku terdiam. Mendengar nama yang sangat asing bagiku.Namun, mendengar suara Ilkay yang menyebut nama Geilen Lamford setelah pemilik toko mengatakan penerusnya, itu artinya Gill Lamford ialah orang yang sedang aku bicarakan.Aku menganggukkan kepala dengan mantap. Tidak mengeluarkan suara, melainkan tindakan."Bisa saja perbudakan telah ada sejak sebelumnya," ucapku.Dua pria yang tatapannya tertuju padaku itu saling terkejut. Terlihat jelas dari pasang mata mereka yang melebarkan mata dan menutup mulut dengan rapat."Nona, tolong jaga ucapanmu meskipun hanya ada kita bertiga di toko saya," ucap pemilik toko. Ia celinga-celinguk menunjukkan raut wajah khawatirnya.Namun, aku memilih untuk tersenyum. Tidak ada hal yang ditakutkan ketika hanya ada tiga orang berada di tempat ini."Tidak masalah," jawabku. Mataku beralih untuk menatap Ilkay. "Aku sud
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status