Semua Bab Terjebak di Isekai, Bersamamu: Bab 41 - Bab 50
64 Bab
Kegiatan Di Istana I
"Hee? Kita akan tinggal di istana mulai sekarang?"Bersiap untuk berangkat. Tak hanya Gossen dan Aamon, keterkejutan datang dari dua saudari kembar dan Violet yang akan ikut bersama mereka."Tapi kenapa?"Celia baru saja membantu Violet untuk naik dan duduk di sebelahnya."Yah, bagaimanapun itu keputusan Nirin. Kita juga tidak bisa terus mengulur waktu hanya karena masalah kursi kosong." Aamon menyandarkan kepalanya ke dinding kereta.Terdengar suara pecutan, sedikit hentakan, kereta itu melaju di jalanan yang sudah dipasangi paving."Lagipula, itu hanya kau berdua dan Nonoa saja yang tetap tinggal, yang lain tetap pulang di waktu sore," tambahnya."Nonoa juga?"Nonoa mengangguk, "Jujur aku belum bisa mempercayai mereka sepenuhnya. Jadi, sekalian saja aku terima tawaran itu dan melihat agar mereka tidak memperlakukan kalian semena-mena."Jawaban yang cukup melegakan untuk didengar. Tak terasa, keretapun sampai. Tanoa dan
Baca selengkapnya
Kegiatan Di Istana II
Ular api, legenda mengatakan binatang iblis itu adalah utusan Raja iblis dari alam bawah. Kekuatannya setara seratus ribu kali ksatria gereja putih, dan itu mampu menghancurkan satu negeri hanya dalam satu malam.Elden menelan ludah, satu-satunya alasan ia terpilih sebagai diplomat padahal mentalnya kacung adalah karena dalam darahnya mengalir ras iblis emas.Mungkin ada yang sedikit ambigu di sini, ras iblis dan raja iblis adalah dua hal yang bertolak belakang. Raja iblis memerintah alam bawah, dan bukan berarti ras iblis itu berada di bawah pemerintahannya.Raja iblis mengatur alam jiwa. Jiwa manusia dan setengah manusia yang sudah mati akan berkumpul di sana. Adakalanya jiwa mereka menyimpan dendam di semasa hidupnya, ada juga rasa takut yang amat sangat, atau berbagai emosi negatif makhluk berakal. Semua itu akan memproyeksikan sebuah makhluk yang nantinya dikendalikan oleh raja iblis.Ular Api adalah satunya. Ada sekitar sepuluh binatang iblis terkua
Baca selengkapnya
Kegiatan Di Istana III
Ruangan yang dimaksud nyonya Paxley bertuliskan ruang magister tingkat menengah. Pintunya amat lebar, sejenak Tanoa ragu-ragu untuk membukanya. Ia menatap ke arah Violet, yang ditatap mengangguk. Lalu yang menyambut kedatangan mereka setelah pintu terbuka sempurna adalah sosok yang membuat kedua mata Violet terbelalak lebar.Tanoa melangkah masuk tanpa pertimbangkan, lalu spontan terhenti saat seseorang menahan tangannya."Kenapa, Violet-chan?"Gadis itu malah menggeleng, cara alisnya yang mengkerut cukup memberitahu Tanoa keadaannya."Oh, apa kita salah ruangan?"Bukan, bukan begitu, alis yang hampir menyatu itu mengartikan rasa khawatir."Apa kalian dua gadis yang hendak mendaftar? Kalau iya, ini adalah yang ruangan yang kalian tuju." Ada dua pria paruh baya yang duduk di sana, satunya berambut coklat, yang satu sudah dipenuhi uban."Ah, ini ruangan yang benar Violet-chan, ayo!""Tu-Tunggu, Tanoa!" Violet menyemb
Baca selengkapnya
Sapu Tangan Itu Hilang
Meja taman itu, belum lagi diduduki seseorang sedari pagi. Meski ia yakin dengan apa yang akan ia lakukan nantinya, Fara yang tengah memegang sapu halaman merasakan kesepian itu. Tak banyak pekerjaan rumah hari ini, karena penghuni rumah sibuk di istana, membuat makan siang pun sebatas untuk mereka sendiri.Reina duduk di ranjang kamarnya dengan pakaian maid yang biasa ia kenakan, ia bersenandung, sementara kedua tangannya sibuk merajut sesuatu."Kuharap Rei-sama dan Celia-sama akan menyukainya."Benang yang digunakan berwarna hitam dan putih. Persis seperti pola warna baju yang ia kenakan.Di halaman, Fara menggeser sapu itu, menyapu dedaunan kering. Angin berhembus, menerbangkan rambut selehernya dan menyingkap tanduk yang tersisa satu senti.Selesai mengumpulkan dedaunan kering, Fara mengambil pemantik api yang ada di sakunya dan membakar dedaunan itu.Sapunya kembali ditaruh di lemari peralatan, lalu kakinya melangkah menuju
Baca selengkapnya
Aroma Sayap yang Terbakar
"Sama seperti Violet, dalam hal apa?""...""Rei-kun?"Sedikit bersyukur batin Rei karena takdir mengatakan pintu kamar lebih dulu terbuka dan memotong percakapan."Rei-sama, Celia-sama. Selamat datang kembali.""Fara-chan? Ah kukira siapa." posisi Celia duduk di kasur dan menghadap ke pintu, jadi ia langsung tau siapa yang datang."Maaf, kukira kamar ini kosong."Fara berbohong. Ia sengaja datang karena dituntun penciumannya."Ah, ya begitulah. Kami kemari karena ada barang yang ketinggalan," jawab Rei."Begitu ..." Kedua tangan Fara sedari awal disembunyikan ke belakang pinggang.Celia mengangguk, "Memangnya, ada perlu apa kemari Fara-chan?" "Aku hanya penasaran kenapa pintu kamar ini ditutup rapat, maaf kalau aku mengganggu." Gadis maid itu lalu membungkukkan badan dan beranjak pergi dari ruangan."Tunggu, Fara-chan!" sahut Rei. Fara menoleh."Apa kau melihat sapu tangan di tasku?"
Baca selengkapnya
Malam di Penghujung Musim Semi
Suara datar yang terdengar lembut itu hampir membuat jantung Celia keluar dari tenggorokan."Fa-Fara-chan?! Muuhh, jangan mengagetkanku seperti itu!"Rei juga sama kagetnya ketika sosok yang masuk dalam jarak pandang itu kembali mengenakan pakaian maid.Kenapa dia harus mengganti piyamanya?"Hufft, baiklah. Karena sudah di sini, sepertinya kita bisa ke sana bersama," timpal Rei berusaha mengusir pikiran buruk yang melintas.Tujuan kali ini adalah membuat Fara merasa lebih baik, tak masalah apa yang ia lakukan pada penampilannya."Baiklah," gadis maid itu mengangguk tanpa ekspresi. Angin kembali berhembus, saat itulah Celia sadar kalau angin hangat yang dibicarakan Fara itu benar.Lalu, angin dingin yang merayapi setiap sel kulit di tubuhnya sebelum itu? Apa itu reaksi dari rasa takutnya?Celia menelan ludah, keringat dingin mulai terbentuk di lehernya yang jenjang. Setiap langkah Celia jad
Baca selengkapnya
Cygnus!
"Ini akan segera berakhir Celia-sama."Fara mengangkat wajahnya yang barusan tertunduk. Memperlihatkan garis hitam tegas yang memanjang membelah mata kirinya. Garis itu memanjang sampai ke leher bahkan tertutupi pakaian."Fa-Fara-chan, a-ada denganmu?"  Celia mengesotkan tubuhnya ke belakang seiring sosok Fara memperpendek jarak di antara mereka. Rasa takut yang membayangi pikirannya lebih terasa daripada sakitnya pisau yang menancap di betis."Fara-chan, kenapa kau melakukan ini?" tanya Rei."Kenapa?" sudut bibir itu kembali naik. Alih-alih menjawab, Fara mengepalkan tangannya ke langit, kemudian mengucapkan sesuatu yang membuat objek di sekitarnya berubah."Cygnus!"Mansion yang tampak menjulang dari penglihatan Celia yang tengah terduduk itu, tiba-tiba terdistorsi dan berubah menjadi objek putih bergelombang spiral, lalu mengecil, kemudian rasi bintang seekor angsa itu terbentuk dan menjadi latar belakang tempat Fara berpijak.
Baca selengkapnya
Fara Hikari
Fara HikariCygnus adalah mantra pemanggil dewa angsa. Fara Hikari, sebagai penerus keluarga Hikari dalam ras iblis adalah satu-satunya orang yang masih terikat dengan kontrak itu. Tak ada takdir yang tetap, semua bisa diubah ketika Cygnus sudah berbicara. Di bawah kontrak itulah keluarga Hikari dan penerusnya menjadi seorang biwa yang melantunkan sihirnya lewat petikan gitar shamisen.Gitar yang seharusnya menghancurkan kejahatan. Gitar yang seharusnya menjadi alasan tegaknya kedamaian bagi ras iblis itu berubah saat kediaman Hikari diporak-porandakan. Keluarga besar yang seharusnya berjumlah dua puluh orang itu dibantai. Tak hanya kediaman Hikari, tapi juga pemukiman ras iblis yang tinggal di sekitar mereka. Fara yang saat itu baru saja pulang dari bermain harus membeku saat melihat tembok rumahnya dipenuhi cipratan darah. Atmosfer yang terasa mencekik ini membuatnya tak kuasa menahan lututnya lebih lama lagi."Ayah ... Ibu ... Hana .
Baca selengkapnya
Petikan Maut Shamisen
Gigi Rei menggertak saat Fara menyerangnya dengan pisau. Rei menghindar sambil memotong jarak. Kehendak untuk menyerang balik tertahan karena rasa takut pada bayangan yang menyelimuti tubuh Fara. "Rakuma-sama, kenapa kau tidak berubah ke wujud aslimu?!" tanyanya. Fara tak henti mengayunkan pisau. Ekspresi yang ia buat benar-benar bisa membuat trauma di masa depan."Fara-chan, hentikan!!" sahut Celia.Rei tak bisa terus menghindar, ia kalah cepat, sudah beberapa sayatan mengenai tubuhnya. Detik terakhir, Rei menahan tangan Fara yang mencoba mengayun pisaunya sekuat tenaga."Sudah kubilang, itu bukan aku!!" pekiknya."Apa ada alasan tertentu yang membuatmu jadi selemah ini? Dari awal, kau hanya banyak bicara!!"Fara mengerahkan kekuatannya untuk menyingkirkan tangan Rei, lalu  ia lanjut menusukkan pisau itu ke arah dadanya.Sepintas, dalam detik itu Rei melihat kenangan yang pernah terjadi saat bulan purnama bersinar biru. De
Baca selengkapnya
Penyelamatan
Suara dentumannya memecah langit. Karena itu adalah sihir angin, ombaknya jadi memecah tak karuan. Sementara sosok Fara yang berdiri di atas pusaran angin melihat bagaimana air laut itu berubah menjadi merah. Potongan daging dari tubuh Rei bermunculan dan tersapu ke arah pantai.Namun cara kedua matanya menatap kosong menunjukkan hasrat membunuh itu belum terpenuhi. Orang yang sudah membantai keluarganya harus dibunuh ribuan kali.Gitar itu dipetik lagi. Ada nada tertentu untuk menciptakan dimensi, yaitu petikan ni, san, ichi [1]. Seketika air laut itu surut dengan cepat, digantikan padang rumput yang terbentang luas.Tubuh Rei yang tak lagi berbentuk itu mengeluarkan cahaya lagi, lalu meledak. Fara yang merasa Celia bukan ancaman apapun merasa gengsi jika harus menggunakan sihir anginnya. Jadi ia meluncur sambil mengarahkan pisaunya pada Celia."Bunuh!!!"Celia yang hanya bisa be
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status