Terjebak di Isekai, Bersamamu

Terjebak di Isekai, Bersamamu

By:  Sasaaki  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings
64Chapters
5.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Rei dan Celia. Selama ini terkenal sebagai rival sejati, namun diam-diam terselip cinta di antara keduanya. Suatu ketika, keduanya mengalami kecelakaan dan membuat mereka terlempar ke dunia yang begitu asing. Hanya ada satu cara bagi mereka untuk kembali ke dunia asal, yakni dengan melihat salah satu di antara mereka meninggal dalam keadaan tragis.

View More
Terjebak di Isekai, Bersamamu Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Big Man
Izin promo ya thor. ~Sang Raja Pulau Mahkota. Isekai, Game, Fantasi, Overpower, Demon. thanks. ...
2021-12-08 23:44:16
0
user avatar
Aldho Alfina
Sama sama isekai uy, semangat!! Cek juga Reinkarnasi Ke-Dua di Dunia Lain.
2021-10-14 20:56:52
4
user avatar
Indy Shinta
Semangat, Rei dan Celia!
2021-09-17 18:05:01
4
64 Chapters
Kebersamaan Ini Telah Dimulai
Legenda mengatakan ada sembilan penyihir yang memegang kendali atas  Benua Feitan. Nama sembilan penyihir itu terbagi oleh dasar perasaan manusia. Benua Feitan pada dasarnya dihuni ras campuran. Manusia dan setengah manusia bisa hidup saling berdampingan tanpa khawatir pertumpahan darah. Namun, tetap saja mereka adalah makhluk yang terkadang lupa akan harga dirinya jika hawa nafsu sudah menggerogoti jiwa. Kekayaan, Tahta, Wanita, menjadi alasan mereka untuk saling bertikai satu sama lain. Pertumpahan darah jadi tak terelakkan, membuat sembilan penyihir harus ikut turun tangan untuk menghadapi insiden berdarah. Alih-alih menjadi lebih baik, para petinggi di antara ras campuran itu malah menyatakan ketidakpuasan mereka atas keputusan para penyihir, dan itu  membuat kedaulatan mereka semakin terkikis. Tanpa ampun, para penyihir menghukum mereka dengan hukuman kehendak ilahi. Me
Read more
Di Pantulan Air
Kedua mata Rei mengerjap-ngerjap. Tidurnya terganggu oleh cahaya matahari yang memaksa masuk ke pelupuk mata. Tubuhnya terasa hangat karena tersiram cahaya itu, Rei duduk terbangun dan mendapati dirinya berada di dalam hutan. "Dimana ini?" ia bergumam Ada cukup jarak di antara pepohonan yang membuat sinar matahari hanya terfokus pada tubuhnya. Kedua matanya menatap sekeliling, otaknya berpikir tentang apa yang sebenarnya telah terjadi. Saat memori yang dicarinya itu masuk, Rei tersentak dan spontan berdiri, membuat tas yang dibawanya terjatuh "Celia? Apa kau di sana?" Pikirannya bingung, ia ingat sekali bagaimana kejadian sebelumnya saat ia melompat untuk menyelamatkan Celia, tapi gadis itu juga malah melakukan hal yang sama, dan berakhir dengan tanpa seorangpun yang terselamatkan. Sebelum ia tak sadarkan diri, tubuh Rei terkulai tanpa tenaga, tangannya berusaha menggapai tubuh Celia,
Read more
Menyelamatkan Gadis Elf
"Hentikan!" Rei yang merasa telinganya sudah panas, tak tahan untuk menghentikan aksi mereka. Dari balik semak ia muncul, terlihatlah empat sosok pria dengan wajah garang tengah melucuti pakaian seorang gadis. "Dia seorang Elf?" Celia dan Rei tak bisa menahan keterkejutan. "Tolong! Aku mohon tolong aku!" "Diamlah!" "Oi bocah! Apa yang kau lakukan, hah? Tidakkah kau sadar akibat dari tindakanmu itu?" salah satu pria itu memelototinya. Rei menggeram dengan tangan mengepal. Seseorang yang paling kekar di antara mereka tiba-tiba datang dan membisikkan sesuatu pada temannya ini. "Begitukah?" tanyanya setelah mendengar kalimat yang disampaikan. Pria kekar itu mengangguk dan menepuk pundaknya, ia mengambil alih untuk menghadapi Rei. "Aku punya pilihan untukmu, bocah tengik! Jika kau ingin selamat, serah
Read more
Violet Seahalberd
"Berbicara dengan siapa? Aah, kurasa aku hanya bergumam sendiri." Gadis elf itu tidak mengubah posisi tangannya yang membuat Celia menatapnya berapi-api. "Tidak, aku yakin kau berbicara dengan seseorang. Seorang wanita, kan? Dimana dia sekarang?" Elf itu menatapnya begitu sayu, ia tampak tak bertenaga sama sekali. Andai laki-laki yang menyelamatkannya bukanlah Rei, pikiran Celia yang melihat ekspresi wajah itu sudah terbang entah kemana. Ia tampak begitu mudah untuk diserang. Sementara Rei yang mendengar kalimatnya sedikit terkejut, berpikir bahwa kemungkinan gadis ini tau sesuatu soal situasinya, tapi ia lebih memilih untuk tak serta-merta langsung mempercayai, "Sungguh, aku sendirian nona. Kau bisa lihat di sekitarku tidak ada siapapun." "Apa dia hantu? Atau penunggu bukit ini yang kau kenal? Kau tau, bukit ini terkenal dengan roh penunggunya yang sangat cantik. Juga, laki-laki sepertimu yang sudah m
Read more
Sambutan Hangat
"Ngomong-ngomong. Apa kakakmu jarang pulang?" Celia bertanya setelah Rei menghabiskan sup makan malamnya. Jalan dari kaki bukit menuju rumah ini cukup dekat. Letaknya tepat di pinggir jalan utama distrik. Lantai bangunannya dibuat lebih tinggi, jadi mereka bisa melihat keramaian jalan dari teras rumah. "Begitulah, kadang ia sampai tidak pulang berbulan-bulan jika sedang ada tugas ekspedisi." Rei cukup terkejut, serentetan pertanyaan jadi muncul di kepalanya, terlebih soal bagaimana kesendirian Violet di tengah ramainya kota seperti ini. "Mendengar ceritamu, mengingatkanku pada dua orang tuaku." "Ah? Orang tuamu memang seperti apa?" "Mereka hanya pekerja keras yang lebih mencintai pekerjaan daripada keluarganya." Rei dan Violet yang mendengar itu jadi ikut merasakan. "Itu pasti cukup sulit," "Tidak, aku sudah terbi
Read more
Usaha Seorang Butler
Enhem Vinyel "Enhem, kau memang cerdas!" "Yahuu! Malam ini kita akan bermantap-mantap!" "Aku pastikan elf jalang itu tidak akan bisa tidur!" "Jangan lupa soal pria yang membawanya lari! Kita harus memberinya pelajaran!" Tiga orang yang ikut menemani Enhem untuk menyelinap sahut-menyahut seolah ini hari terbaik mereka. Mereka menamakannya sebagai rencana balas dendam. Obrolan yang dibicarakan sudah bukan tentang kemanusiaan lagi. Enhem terdiam, ia hanya perlu membuat para durjana ini mengikuti arahannya kemudian ia jadikan sebagai umpan. Enhem bukan teman mereka, mereka hanya tiga orang menyedihkan yang kebetulan ia temui saat tengah mencari kebenaran tentang roh cantik penunggu bukit beberapa hari yang lalu. Ia melihat mereka selalu mengintai gadis elf yang kebetulan sering lewat, yang ke
Read more
Lone Angel dan Malam yang Berdarah
"Rei-kun, kau tau? Aku tidak pernah merasa secemburu ini. Aku selalu ingin ada seseorang yang bisa menyatu dengan tubuhku, tapi aku tidak pernah bisa mendapatkannya. Semakin lama, aku semakin ragu kalau dua jiwa bisa menyatu dalam satu raga, sampai akhirnya kau hadir sebagai penyelamat dan menunjukkan padaku bahwa dirimu itu istimewa. Kau tau Rei-kun? hatiku berdegup kencang setiap kali aku mencium aromamu." Violet menjilat bibirnya untuk membersihkan sisa darah. Rei lemas, tak kuasa mencegah Violet untuk merenggut kendali bibirnya saat ini, Celia sepertinya tak punya tenaga barang mencegah dengan kata-kata. Apa ciuman ini artinya dia akan mengambil jiwaku? Rei terpejam pasrah, sesaat sebelum semua itu menyatu, pintu kamar dibuka secara paksa. "Cukup sampai di situ! Sang Penyendiri!" Violet menghentikan gerakannya, ia bangkit dan berbalik menghadap pada mereka yang mengganggu. Tiga o
Read more
Tiba di Kediaman Paxley
Ternyata, apa yang terjadi lebih mengejutkan dari pada yang dipikirkan Enhem. "Enhem Vinyel? Terdengar seperti tentara Nazi!" Rei berkomentar ceplos. "Ayolah! Selain sok hebat, ternyata kau juga sok tau banget ya!" cibir Celia ketus. "Eh? Memangnya cara bicaraku seperti terlihat sok begitu?" "Tentu saja, apa-apaan kemarin itu kau bertindak seperti pahlawan wanita! Kalau aku tau akhirnya kau akan hidup kembali, aku tidak akan menangisimu!" "Heee? Celia menangisiku? Xixi, aku cukup tersanjung." "Bodoh! Dasar Rei bodoh! Kau pikir bagaimana perasaanmu saat kehilangan satu-satunya orang yang kau miliki di dunia ini?!" "Hehe, maaf-maaf. Tapi aku sangat senang begitu tau kau sangat mengkhawatirkanku." "Hmmphh! Mau bagaimama lagi, kan? Itu berarti aku masih punya sisi kemanusiaan!" Enhem hanya tersenyum melihat perbincang
Read more
Saudari Kembar
"Malam itu, Tanoa dan ayah bertengkar setelah dia mengomentari kebiasaannya yang sulit bergaul. Tanoa marah, dia pergi ke hutan di belakang mansion seorang diri. Saat itu, Aamon dan Gossen sedang ada urusan diplomat, jadi hanya aku yang tersisa untuk menghiburnya. Aku begitu bodoh, hanya menatapnya sedih dari jendela tanpa melakukan apapun. Barulah saat itu aku melihat bulan purnama tiba-tiba bercahaya biru. Aku segera berlari keluar kamar dan mengejarnya ke hutan. Dari jauh, aku melihat sosoknya. Mereka berdua tampak bercengkrama kemudian bergandengan tangan menuju hutan lebih dalam. Aku kehilangan jejak Tanoa, melirik kesana-kemari tanpa menemukan apapun. Aku berteriak memanggil, tanpa sadar air mataku jatuh. Sampai akhirnya, bulan itu redup dan bersinar seperti biasa, aku menemukan tubuh Tanoa tergeletak tak berdaya dengan wajah sepucat kertas. Saat itu, Gossen datang mencariku. Dia sudah tiba dari urusan diplomatnya
Read more
Semangat Baru
Beruntung, Enhem dengan pendengarannya yang tajam segera tiba. Ia memadamkan api itu bersama Celia sementara Nonoa tampak begitu panik sambil memeluk tubuh saudari kembarnya. "Apa yang sebenarnya terjadi, Nonoa-sama, Celia-sama?" Enhem tanpa ragu bertanya.  Tapi Nonoa masih panik, ia menggeleng kalau ia juga terkejut dengan apa yang telah terjadi. Rei terdiam, Celia tau dia pasti merasa bersalah, "Bukan apa-apa Enhem-san, yang barusan itu hanya kecelakaan kecil," jelasnya. Enhem yang mulai mengerti situasinya tidak lagi bertanya lebih jauh, ia segera menutup jendela dan memperbaiki posisi tirai. Ada Lucia dan juga Reina yang kebetulan lewat hendak mandi, mereka jadi turut membantu membersihkan serpihan dan bekas minyak yang tumpah. "Celia, tolong dekati Nonoa, aku ingin meminta maaf padanya," pinta Rei. Celia pun melakukannya. "Nonoa-san. Maaf, aku hanya bermaksud untuk membantumu," suara Rei yang terdengar tulus itu sepertinya me
Read more
DMCA.com Protection Status