All Chapters of LELAKI YANG TERKHIANATI: Chapter 41 - Chapter 50
80 Chapters
41
Tarno duduk di samping emak menunggu salah satu dari mereka berbicara. Namun tidak ada yang mengeluarkan suara sama sekali. Emak, Ratih dan Samsul malah saling berpandangan seakan berbicara lewat tatapan matanya.“Katanya tadi ada yang mau ditanyakan. Tanya apa?” ucap Tarno. Ia ingin segera mandi karena badannya sudah lengket semua. Setelah mandi ia ingin merebahkan tubuhnya di atas kasur seperti biasa. Lalu mengabari Lastri kalau ia sudah di rumah.“Mas, Kamu aja yang tanya,” bisik Ratih pada Samsul.Meskipun suaranya lirih, tapi Tarno masih mampu mendengar apa yang dikatakan Ratih yang duduk di depannya.“Ini ada kue brownies dari Lastri, Mak.” Tarno menyerahkan bungkusan keresek yang diberikan Lastri sebelum ia pulang tadi pada emak.Saat dalam perjalanan pulang, ia tadi mengintip isinya. Ternyata kue brownies kesukaan emak. Emak mengintip isinya sebentar lalu menaruhnya di meja.“Kamu beneran mau
Read more
42
Hari yang ditunggu Lastri akhirnya tiba juga. Setelah mempersiapkan hatinya semalaman akhirnya hari ini ia akan berkunjung ke rumah Tarno untuk bertemu dengan emak. Memperkenalkan diri dan meminta doa restu untuk rencana pernikahannya dengan Tarno.Meskipun Tarno sudah berpesan kepadanya untuk tidak membawa apa-apa kemarin, ia tetap membeli kue brownis dan beberapa buah segar yang dibentuk parsel untuk dibawa ke rumah emak. Tidak enak rasanya bila harus berkunjung dengan tangan kosong. Apalagi ke rumah calon mertuanya.Pagi ini Lastri merasa kebingungan saat memilih baju yang akan dipakainya agar terlihat anggun dan elegan. Dibukanya lemari dan dibolak-baliknya beberapa pakaian yang digantung di lemari. Merasa belum ketemu yang cocok ia berpindah ke baju yang ditumpuk di sebelahnya.Meskipun sudah memilih hampir setengah jam, ia masih belum menemukan baju yang dirasa pantas. Dikiriminya pesan pada Tarno untuk meminta pendapatnya.[Mas, lebih pantas yang m
Read more
43
Setelah makan dan bercakap-cakap sebentar, Tarno dan Lastri berpamitan pada emak untuk pergi menjemput Dila dan Dinda. Sebelum pergi, emak memberikan sesuatu pada Lastri.Saat di mobil, Lastri membuka bungkusan yang diberikan emak karena penasaran. Ternyata emak memberikan kue nastar buatannya. Emak memang pandai membuat kue kering seperti nastar, kastangel, dan kue kering lainnya. Biasanya saat mendekati hari lebaran emak akan menerima pesanan dari orang-orang yang sudah menjadi langganannya sejak lama. Biasanya orang yang ada hajatan juga memesan pada emak untuk dibuatkan beberapa kue kering sebagai suguhan atau hantaran.Dari penghasilan membuat kue kering inilah emak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebagian ia sisihkan untuk ditabung. Berjaga-jaga jika ada kebutuhan mendadak. Seperti rencana pernikahan Tarno yang akan dilaksanakan secepatnya.Emak berniat menggunakan uang tabungannya untuk membantu Tarno mewujudkan rencananya. Dulu saat menikah dengan S
Read more
44
Dila yang masih belum pulih dari rasa kagetnya setelah mendengar perkataan ibunya akan menikah dengan Pak Joko, bertambah kaget saat melihat ayahnya datang dengan wanita yang tampak cantik dan elegan. Senyumnya tidak pernah muncul sejak mendengar pemberitahuan ibunya kemarin. Matanya terlihat bengkak saat bangun tidur tadi akibat menangis semalaman. Setelah ia kompresDengan langkah berat ia mengikuti Dila yang menggandeng tangannya, mengajaknya untuk segera berangkat. Wajahnya terlihat masam dan datar.“Selamat bersenang-senang ya. Hati-hati di jalan. Ingat pulangnya jangan malam-malam, besok masih harus sekolah,” pesan Susanti saat Dinda dan Dila berpamitan padanya.“Anak-anak kuajak dulu,” ucap Tarno pada Susanti.Susanti mengangguk. Tatapan matanya tidak lepas dari wanita yang berada di belakang Tarno. Mengekori lelaki itu berjalan melewatinya.“Siapa dia, No? Pacar barumu, ya?” celetuk Joko saat Tarno melewa
Read more
45
“Tolong jaga Dinda dulu ya,” pinta Tarno pada Lastri.Lastri mengangguk dengan cepat. Wajahnya terlihat cemas memandang Dila yang sudah berlari keluar.Tarno bergegas menyusul Dila yang berlari keluar toko dengan tergesa-gesa. Sejujurnya ia merasa menyesal karena telah membentak Dila tadi. Baru kali ini ia bersikap kasar padanya sampai memarahinya.Dila adalah putri yang manis dan penurut. Ia tidak pernah bersikap nakal atau berkata kasar sebelumnya. Hanya sesekali membantah saat disuruh. Kenakalan yang wajar untuk anak seusianya. Karena itu Tarno tidak pernah memarahinya selama ini dan hanya menasihatinya dengan tutur kata yang lembut.Dikejarnya Dila yang sudah berada jauh di depannya sambil memanggilnya, “Dila ....”Dila tidak memedulikan panggilan ayahnya dan terus berjalan dengan cepat sambil menunduk. Air mata mengalir deras di pipinya. Dilangkahkannya kakinya dengan cepat sambil mengusap air mata di pipinya tanpa mema
Read more
46
Sepeninggal Tarno, Lastri segera mendekati Dinda dengan membawa keranjang yang ditaruh Dila di lantai.“Dinda mau beli apa lagi? Ayo kita pilih, Tante temenin,” ajak Lastri pada Dinda yang masih diam memandang keluar toko.“Ayah dan kak Dila ke mana, Tante?” tanya Dinda dengan wajah polosnya.“Ayah lagi nganterin Kak Dila pipis.” Lastri sengaja berbohong agar Dinda tidak cemas. “Dinda mau beli apa lagi? Kita bayar ini sekarang atau mau memilih lagi?”Dinda terlihat berpikir agak lamaLastri segera paham kalau masih ada sesuatu yang ingin dibeli oleh gadis kecil itu.“Ayo, Tante antar. Mau beli yang mana?” tawar Lastri pada Dinda yang masih terlihat bingung.Dengan ragu gadis kecil itu mendekati rak barang berisi pensil warna yang berbentuk lucu. Tadi ia sudah menimang-nimang benda itu tapi segera dikembalikannya saat melihat ayahnya marah pada kakaknya.“Dinda ma
Read more
47
Dinda mengajak ayahnya berkeliling mall lagi setelah makan piza. Ia ingin melihat seluruh isi mall. Seperti sebelumnya, komentar lucu dan menggemaskan tak pernah berhenti keluar dari bibir mungilnya. Tarno dengan sabar menjawab setiap perkataan atau pertanyaan putri bungsunya tersebut.Dila berjalan berdampingan dengan Lastri kali ini. Tarno sengaja menggandeng Dinda untuk memberikan kesempatan pada Lastri agar lebih dekat dengan Dila dan berbicara lebih banyak dengannya.Namun sepertinya usahanya masih belum membuahkan hasil. Dila lebih banyak membuang wajahnya ke arah lain. Ia selalu mengalihkan pandangannya agar tidak bertatap muka dengan wanita yang akan menjadi calon istri ayahnya.Lastri tidak putus asa dan tetap mengajak Dila untuk berbicara agar ia mau memandangnya. Namun jawaban yang diberikan hanya singkat dan ia tetap menolak untuk memandangnya.Saat melihat toko perlengkapan sekolah, Dila mengajak Tarno untuk masuk. Matanya terlihat berbinar-b
Read more
48
“Apa itu, Dil?” tanya Susanti yang baru keluar dari kamar Dinda saat melihat Dila menenteng sesuatu.“Oh, ini dibeliin Tante Lastri tadi,” jawab Dila seraya menaruh tas plastik yang dibawanya ke atas meja lalu duduk di sofa.Susanti duduk di depan Dila, sambil mengamati tas plastik yang dibawa Dila tadi. Ia lalu mengambil tas plastik yang paling besar dan membukanya dengan cepat karena penasaran. Saat melihat nominal yang tertulis setruknya, ia membelalak kaget.“Ini beneran harganya segini?” tanya Susanti tidak percaya.“Nggak tahu, Bu,” jawab Dila acuh. Ia mulai memencet tombol remote dan menyalakan televisi sambil bersandar pada sofa.“Dil, ini mahal banget loh. Senilai jatah ayahmu setengah bulan. Beneran dibelikan sama wanita yang sama ayahmu tadi?” desak Susanti yang masih tidak percaya.“Iya, Tante Lastri yang bayarin tadi. Malah tadi sama ayah disuruh milih tas yang la
Read more
49
Malam itu Lastri tidak bisa tidur meskipun jam di dinding sudah menunjuk pada angka dua belas malam. Ia masih terbayang dengan kejadian di mobil tadi saat Tarno hampir saja menciumnya.Benarkah lelaki itu mau menciumnya atau hanya kesalahpahamannya saja. Mengapa dia menghentikannya di detik-detik terakhir?Bukannya merasa kecewa karena Tarno membatalkan niatnya. Namun Lastri hanya merasa penasaran apa yang dipikirkan oleh Tarno tadi.Lastri akhirnya baru bisa tidur pada pukul 02.00 dini hari setelah mendengarkan musik klasik untuk mengundang rasa kantuk. Alhasil ia jadi bangun kesiangan paginya.Ia terbangun saat sinar matahari menerobos masuk ke kamarnya lewat sela-sela jendela. Begitu melihat jam dinding, Lastri langsung menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya dan pergi ke kamar mandi dengan terburu-buru.Setelah mandi dan salat subuh yang sudah lewat waktunya, ia segera ke dapur untuk membuat teh hangat. Rutinitas yang biasa ia lakukan setiap
Read more
50
Lastri menaiki tangga dengan semangat karena ingin menunjukkan pada Dila dan Dinda ruangan yang ada di lantai atas. Baru kali ini ia menunjukkan ruangan di lantai atas kepada orang lain selain mertuanya dan keluarganya. Ia belum pernah mengajak orang lain untuk ke lantai atas sebelumnya. Tarno pun baru kali ini naik ke lantai atas.Sebenarnya Lastri sangat jarang, bahkan hampir bisa dikatakan tidak pernah naik ke lantai atas setahun terakhir ini. Selain karena langkah kakinya yang cukup menyulitkan untuk menaiki tangga, kesibukannya selama setahun terakhir membuatnya tidak sempat untuk melakukannya. Biasanya ia sudah lelah saat pulang dan langsung beristirahat di kamar setelah mandi dan makan malam. Atau menghabiskan waktunya dengan menonton televisi di ruang tamu jika masih belum mengantuk.Selain itu Lastri memang menghindar untuk ke atas karena akan mengingatkan pada rasa kehilangan besar yang pernah dirasakannya. Di lantai atas ada sebuah kamar yang berisi barang-b
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status