All Chapters of IZINKAN AKU MENCINTAIMU: Chapter 61 - Chapter 70
97 Chapters
Bab 61
Pov : AZKA  Perlahan Abah membantuku turun dari mobil. Kembali ke rumah ini. Rumah yang penuh dengan kenangan. Meski hampir semua kenangan yang menyesakkan.  Namun aku harus berusaha mengikhlaskan semuanya. Bukan hanya demiku, tapi demi orang-orang yang kucinta.  Rania salah satunya. Dia tak ingin melihatku terus tenggelam dalam luka berkepanjangan. Hanya karena sebuah ketidakadilan.  Terdengar suara Mas Gaza dari dalam. Sepertinya dia masih menginterogasi orang yang sengaja menabrakku beberapa hari yang lalu.  "Siapa bosmu?" suara itu begitu tegas, tapi tak ada jawaban yang terdengar.  "Siapa yang menyuruhmu meneror keluargaku, hah?!" Lagi-lagi suara Mas Gaza semakin meninggi.  Aku dan Abah masuk rumah setelah mengucap salam. Kulihat lelaki itu, salah satu lelaki yang ada dalam video Rania kemarin. Tern
Read more
Bab 62
Pov : Azka Darah itu mulai mengalir dari dahi Ummi. Pipinya mulai memerah dan kedua matanya terpejam. Ummi pingsan setelah tertabrak mobil cukup kencang di bagian kakinya. Detik ini, kekhawatiran dan ketakutan itu mulai terbayang. Aku benar-benar takut kehilangan Ummi. Aku belum bisa membahagiakan dan membanggakan Ummi sepenuhnya. Aku belum mampu melukiskan senyum di wajahnya. Aku benar-benar tak ingin Ummi pergi. Ambulans itu membawa Ummi ke rumah sakit. Aku membawa Rania dan Althaf kembali ke rumah. Sementara Abah dan Mas Gaza mengikuti ambulans dari belakang. Di dalam mobil, Rania hanya dan terus tergugu dalam tangisnya sembari memangku Althaf yang masih terlelap. Dia belum bisa menceritakan bagaimana bisa Ummi sampai ke tengah jalan sembari memanggil namaku. Kubiarkan Rania tenang terlebih dahulu. Nanti setelah tangisnya mulai reda, dia akan menceritakan sendiri kronologi kecelakaan Ummi dari pandangannya. Sampai rumah, kubuka pintu mobil untuknya. Rania masih saja men
Read more
Bab 63
Pov : Azka Tiga hari sudah Ummi dirawat di rumah sakit. Aku tak ingin meninggalkannya, meski sudah ada Abah dan Mas Gaza yang menjaga. Rasanya, hati ini tak rela melihat Ummi tergeletak tak berdaya seperti itu. Sakit sekali melihatnya belum jua membuka mata. Ummi masih koma dan tak ada yang tahu kapan akan kembali seperti sedia kala. Aku rindu dengan senyumnya yang manis, rindu dengan tawanya yang nyaris terdengar setiap saat. Aku rindu nasehat-nasehatnya meski seringkali sangat menyudutkanku dan aku rindu masakan ummi yang terasa berbeda nikmatnya. Rasanya aku lebih rela selalu dibanding-bandingkan dengan Mas Gaza daripada harus melihat Ummi tak berdaya seperti ini. Aku tak tega melihat Ummi yang biasanya selalu ceria, kini bahkan tak terdengar suaranya. Hening. Aku rindu suara Ummi. Aku rindu tatapan tajamnya yang seringkali membuat hatiku terasa nyeri. "Ummi ... maafkan Azka. Maaf jika kata-kata Azka waktu itu terlalu menyakiti hati Ummi. Sungguh Azka tak bermaksud demikian
Read more
Bab 64
PoV : Azka Hari ini aku menginap di rumah Ummi bersama Rania dan Althaf, sebab tadi pagi Ummi sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit setelah hampir dua minggu dirawat di sana.  Ummi tampak lebih sehat, senyum sering kali terlukis di kedua sudut bibirnya, meski kini harus duduk di kursi roda.  Kaki kirinya patah dan masih dipasang gips jadi tak boleh melakukan banyak pergerakan supaya lekas sembuh. Mungkin membutuhkan waktu cukup lama untuk kembali normal.  Tak apa, yang penting Ummi sehat dan tak lagi depresi. Aku berusaha menjaga moodnya supaya tak kambuh lagi.  Rania tampak ngobrol banyak hal dengan Ummi sembari menggendong Althaf di pangkuannya. Sementara Abah dan Mas Gaza masih cukup serius membahas bisnis mereka di bidang properti.  Aku hanya mendengarkan sebab tak paham apa yang mereka bicarakan.  
Read more
Bab 65
Pov : Azka Detik ini, aku, Mas Gaza dan Pak Joko datang ke sebuah kontrakan sederhana di kampung Banyumili.  Abah yang meminta kami untuk datang ke sini, sebab keluarga kecil Pak Edo-- laki-laki yang ditangkap Mas Gaza-- waktu itu memang tinggal di sini.  Pak Edo bilang melakukan kejahatan itu demi uang, sebab istrinya sedang hamil besar sementara anak lelakinya harus operasi usus buntu.  Karena itulah dia terpaksa berani mengambil pekerjaan yang membahayakan itu untuk mendapatkan upah lebih demi orang-orang yang dicintainya.  Bahkan Pak Edo juga bilang tak peduli jika harus mengancam nyawanya sendiri. Dia tak mau membocorkan siapa bosnya, sebab jika hal itu bocor upah Pak Edo nggak akan ditransfer ke rekening istrinya.  Kini Abah memintaku datang ke alamat ini untuk melihat keadaan keluarga Pak Edo. Apakah Pak Edo jujur atau sedang b
Read more
Bab 66
Pov : Gaza  Semakin hari, hubungan Ummi dan Abah dengan Azka semakin membaik. Sebenarnya aku tak mempermasalahkan itu, hanya saja aku tak ingin jika cinta Ummi dan Abah padaku jadi berkurang karena kehadiran Azka di hati mereka.  Teringat kembali pesan Ummi beberapa hari yang lalu, saat Ummi sudah pulang dari rumah sakit.  "Tak perlu cemburu dengan adikmu, Za. Cinta Ummi padamu tetaplah besar. Tak akan berubah meski kini Ummi belajar mencintai Azka. Ummi takut, kedzaliman Ummi selama ini membuat Allah murka. Saat koma itu, banyak sekali kejadian yang mengerikan pada Ummi. Ummi bahkan takut untuk menceritakan dan mengingatnya lagi. Ummi berpikir berulang kali apa penyebabnya hingga Ummi diuji sedemikian rupa. Saat itulah Azka berulang kali muncul dalam benak Ummi. Lalu lalang di depan mata dengan wajah sendunya. Ummi akan menyayangi kalian berdua, menerima semua kekurangan Azka dan memberikan perhatian yang
Read more
Bab 67
Pov : Gaza Berbagai pertanyaan dan kekhawatiran mulai menyesaki benak. Mungkinkah orang yang kupercaya kembali berkhianat? Dulu, Andah sama Ahdan lalu Haikal dan kini Mas Danu dan Pak Agung. Begitukah? Tak pantaskah aku mempercayai seseorang? Kenapa tiap kali aku berusaha memberikan kepercayaan pada seseorang, saat itu juga aku dikhianati. Apakah itu artinya aku tak perlu mempercayai mereka dan berusaha menyelesaikan semuanya sendiri? Kepalaku mendadak pusing memikirkan ini semua. Ya Allah, ada saja ujian dalam hidupku. Harusnya aku sudah sukses berkarir dan berkeluarga, bukan malah dipusingkan dengan hal-hal begini. "Za, kamu sudah telpon Agung?" Abah kembali mengagetkanku. Aku terkesiap melihatnya yang tiba-tiba sudah berdiri di samping meja kerjaku. Entah sejak kapan Abah berdiri di sana dan menatapku lekat seperti itu. "Nomer Pak Agung dan Mas Danu nggak bisa dihubungi, Bah," ucapku sedikit gugup. Aku pasrah. Yakin kali ini Abah pasti akan marah. "Nah kan! Apa Abah bil
Read more
Bab 68
Pov : Azka |Azka, tolong ke rumah sekarang. Abah lagi urus bisnisnya ke luar kota. Besok baru pulang. Di rumah ada lima orang datang. Mereka bersitegang dengan kakakmu, Ka. Ummi dengar, mereka akan membawa kakakmu ke penjara. Ummi takut sekali ini|  Pesan dari Ummi muncul di layar. Tepat jam lima sore saat Haris akan mengantarku pulang dari outlet.  Tumben sekali Ummi minta tolong padaku untuk membantu Mas Gaza. Biasanya, Ummi selalu percaya dengan kemampuan kakak kembarku itu dalam bernegosiasi.   Ummi selalu memuji berbagai hal tentang Mas Gaza. Dia yang pintar berbisnis, cerdas dalam hal akademik, public speakingnya bagus, pandai menggaet klien dan sebagainya. Namun kini, Ummi memintaku untuk menjadi penengah diantara mereka.  Aku yang notabene memang tak pandai bicara apalagi di depan orang banyak. Aku yang introvert, kurang percaya diri dan
Read more
Bab 69
Pov : Azka Musthofa Sanjaya Group yang kini dikelola Muhammad Gaza Ramadhan ternyata mengalami kemunduran yang cukup besar. Perusahaan yang dirintis dari nol oleh Musthofa Sanjaya itu mulai melemah. Bahkan perusahaan itu tak profesional pasca memenangkan tender dua bulan lalu. Proyek yang seharusnya selesai enam bulan setelah kontrak ternyata justru dibiarkan mangkrak dua bulan lamanya tanpa kepastian.  Kubaca sebagian berita di surat kabar harian yang kubeli dari seorang penjaja koran. Entah siapa yang membocorkan. Namun berita yang akhir-akhir ini beredar membuat Abah dan Ummi cukup shock.  Tak hanya mereka saja. Mas Gaza justru begitu frustasi mendapatkan kenyataan bahwa bisnis dari Abah itu mengalami kemunduran cukup besar setelah kasus itu.  Mas Gaza yang awalnya begitu dipuji kedua orang tuaku karena kepiawaiannya dalam berbisnis dan menarik klien, kini justru tenggelam dengan keteledora
Read more
Bab 70
Pov : Azka  Hujan mulai mengguyur bumi yang beberapa hari ini kering kerontang. Aroma tanah mulai tercium. Suara petir sesekali terdengar di langit, membuatku malas untuk beranjak dari tempat tidur.    Hari sabtu. Kupikir tak perlu ke outlet sebab sudah ada karyawan baru yang membantu Haris, Mbak Arum dan Mbak Nisa di sana. Lagipula hari ini aku berencana untuk latihan jalan lagi.   Rania sudah tak sabar ingin melihatku bisa jalan kembali. Dia rindu makan di luar, jalan-jalan ke mall atau belanja keperluan Althaf bersamaku.    Sejak kecelakaan beberapa bulan lalu, Rania nyaris tak pernah jalan-jalan ke mall kecuali dijemput ummi atau ibu.   
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status