All Chapters of Chandra: Chapter 21 - Chapter 30
32 Chapters
21. Kejadian tak terduga
"Monyet belang!" Alif terlonjak kaget karena Khanza tiba-tiba menggebrak meja kantin. "Lo kenapa sih Za!" marah Alif. "Kalo ada masalah bilang!" "Kalian yang kenapa. Dari tadi diem mulu. Ada apa sih?" Khanza menatap sengit Alif dan Chandra. "Udahlah Za, kalo mereka ga mau cerita jangan dipaksa," ujar Rain yang mencoba menengahi. "Bener tuh kata Rain," Alif menimpali. "Gue kayak gini kar…" Khanza menggantungkan kalimatnya saat melihat Chandra berdiri. "Kemana Chan?" tanya Alif "Ke perpus. Aku permisi ya. Jangan lupa makan ya Ra." Chandra berlalu meninggalkan ketiga temannya yang terlihat masih kebingungan. "Chandra kenapa sih Lif? Kayak beda gitu." Alif menjawab pertanyaan Khanza dengan gelengan kepala. "Belum juga makan tuh anak." Alif menatap punggung Chandra yang mulai menjauh. Secara tiba-tiba Rain pun berdiri. "Mau kemana Ra?" tanya Khanza. "Nyusul Chandra bentar," ucap Rain sembari berjalan meninggalkan Khanza dan Alif. Alif yang ingin berdiri dan menyusul Rain, langs
Read more
22. Kepulangan Khanza
"Gue sedih karena udah mau pulang." Khanza memasukkan beberapa barangnya ke koper kecil yang ia bawa ke rumah Rain. "Gue enggak." Ucapan Rain membuat Khanza menghentikan kegiatannya. "Tega emang lo Ra. Kalo lo Fan? Lo sedih gak kalo gue pergi." Kini Khanza menatap Fani yang sedari tadi hanya diam di sebelah Rain. Fani menggeleng. "Kan kita bisa ketemu lagi kak." "Anj*r lah kalian berdua." Khanza kembali mengemas barangnya. "Lo aja yang lebay Za." Khanza hanya berdecak. Ia menyelesaikan kegiatannya lalu menutup kopernya dan duduk di depan Rain dan Fani. "Eh, Fan, sebelum gue lupa, gue mau tanya. Itu tangan Chandra kenapa sih?" "Tangan?" "Iya, luka gitu kenapa?" Fani diam, ia mencari alasan yang tepat untuk diberikan pada Rain dan Khanza. Chandra sudah memperingatkannya agar tidak menceritakan kejadian semalam. "Emang Bang Chandra gak cerita?" Khanza menghelas nafas. "Kalo Chandra cerita, gak mungkin gue nanya sama lo, Fan. Tapi Alif bilang Chandra mukul kecoak, gak logis bang
Read more
23. Gadis misterius
Chandra membuka pintu kamar Fani sedikit. Ia melihat adiknya itu tertidur di meja belajarnya. Chandra langsung masuk lalu menggendong adiknya ke tempat tidur. Setelah menyelimuti Fani, ia mencium pucuk kepala gadis itu. "Gue pergi bentar ya, gak akan pulang pagi kok," ucapnya. Tak ada respon dari Fani. Chandra tersenyum menatap adiknya dan sekali lagi mencium pucuk kepalanya, kemudian Chandra berjalan keluar kamar Fani. Chandra melihat jam di pergelangan tangannya. "Baru jam sebelas." Dengan langkah santai ia berjalan menuju garasi. Kali ini ia kembali menggunakan motor yang sama dengan yang biasa dirinya pakai untuk mengantarkan Rain. Chandra malas mengeluarkan motornya yang lain, jadi ia memilih motor matic itu. Baru juga menaiki motornya, Chandra dikejutkan dengan suara dering ponselnya. Ia berdecak kemudian mengambil ponsel dari sakunya. Dahinya mengernyit saat mendapati sebuah nomor tidak dikenal yang meneleponnya. Tanpa pikir panjang Chandra mengangkat panggilan tersebut. "C
Read more
24. Kekalahan Chandra
Chandra dengan perlahan menghisap rokok di tangannya. Setidaknya itu bisa membuatnya sedikit melupakan kejadian tadi pagi dan juga kebisingan yang dibuat para adik kelasnya saat di kantin tadi. Ia saat ini sedang berada di belakang gudang sekolah, tempat yang sangat jarang di datangi para siswa karena banyak yang menganggap tempat itu berpenunggu. Ini adalah kedua kalinya Chandra kemari, yang pertama adalah saat hari pertama ia pindah. Saat itu ia beralasan pergi ke perpus, Chandra malah berbelok ke tempat ini. Suasana sepi itu berubah ketika suara langkah kaki terdengar mendekati Chandra. Tubuh Chandra menegang, ia takut itu Rain. Bisa hancur rencana Chandra jika Rain mengetahui kelakuan Chandra yang sebenarnya. "Santai Chan, gue udah tau semuanya. Jadi gak perlu pura-pura lagi." Chandra langsung menoleh saat mendengar suara yang tidak asing baginya. Ia melihat Aksa sedang berjalan ke arahnya. Chandra membuang putung rokok di tangannya. Ia kemudian menginjak putung rokok itu untu
Read more
25. Menantang Aksa
Fani bisa kembali tenang saat mendengar suara motor Chandra memasuki halaman rumahnya. Sejak tadi Fani memang khawatir karena Chandra belum juga pulang meski hari sudah malam. "Darimana kok baru pulang? Lo gak bareng Kak Rain, Bang?" Chandra yang baru masuk ke ruang tamu, langsung mendudukkan dirinya di kursi. Ia terlihat sangat lelah, hingga mengabaikan pertanyaan Fani. "Bang?" Chandra memejamkan matanya. "Bentar Fan." Fani akhirnya membiarkan Chandra. Ia berjalan ke dapur dan mengambilkan air untuk Chandra. "Nih." Fani menyerahkan segelas air pada Chandra. Chandra membuka matanya ia melihat segelas air yang dibawakan Fani. Tangannya terulur untuk mengambil gelas itu. Chandra segera meneguk segelas air di tangannya tanpa sisa. Chandra menaruh gelas kosong itu di meja dan kembali memejamkan matanya. Fani tetap membiarkan Chandra, ia memilih memainkan ponselnya. Sebuah pesan dari temannya membuat Fani mengernyit. "Lo ngapain bareng Mirza?" "Latihan basket," ucap Chandra tanpa me
Read more
26. Kesialan Chandra
Sepulang dari rumah Aksa, Chandra bergegas menuju rumahnya. Ia tiba-tiba rindu pada Fani setelah mendengar cerita Aksa. Sebelum pulang, Aksa sempat bercerita pada Chandra tentang kematian adiknya dalam kecelakaan. Chandra terkejut dan sedih mendengarnya. Ia tak bisa membayangkan kalau itu terjadi pada Fani tepat di depan matanya, seperti yang Aksa alami. Chandra sudah memasuki kawasan kompleknya. Ia memelankan kecepatan motornya. Sayup-sayup Chandra mendengar seseorang memanggilnya. Ia menghentikan motornya, ia melihat wanita yang mendekat ke arahnya. Chandra tersenyum saat melihat wanita itu. Ia segera turun dari motornya. "Tante Arin, kapan datang?" Chandra tersenyum senang. Ia sudah lama tidak bertemu dengan wanita di hadapannya ini. Wanita itu adalah salah satu adik mamanya dan dari semua adik mamanya, Chandra memang paling akrab dengan tante Arin, karena memang hanya tante Arin yang bisa menerimanya dengan baik. "Kemarin malam, tante nginap di rumahnya mbak Dinda. Tadi tante k
Read more
27. Terlambat
Rain begegas turun dan berjalan ke meja makan. Ia mengambil susu yang disiapkan Bundanya lalu meminumnya dengan cepat. Hari ini Rain terlambat bangun karena terlalu asik membaca novel yang Juan belikan, hingga larut malam. Oleh karena itu, pagi ini Rain terlihat sangat terburu-buru. "Pelan-pelan Ra." "Bang Juan mana Bund?" tanya Rain setelah menaruh gelas kosong ke tempat cucian piring. "Gak tau dia kemana, tadi pagi-pagi banget udah pergi." Rain terlihat panik. "Aduh, yang nganter Rain siapa?" "Chan–" "Yaudah Bund, Rain berangkat dulu ya. Assalamualaikum" Belum juga Bunda Rain menyelesaikan ucapannya, Rain tiba-tiba memotong. "Iya, Waalaikumusalam. Hati-hati Ra." Rain segera keluar, ia setengah berlari. Harapan terakhirnya adalah Chandra. Ia harap Chandra belum berangkat. "Ra, ayo berangkat." Rain benar-benar bersyukur saat melihat Chandra sedang menunggu di luar gerbangnya. Tanpa pikir panjang Rain langsung menghampiri Chandra dan naik di jok motornya. "Ayo Chan." Chandr
Read more
28. Hukuman
Chandra dan Rain hanya bisa diam mendengar omelan Bu Sri. Bu Sri membahas banyak hal, bahkan membandingkan kehidupan sekolahnya dengan Rain dan Chandra. Bagaimana susahnya Bu Sri bersekolah dulu. Saking lamanya, upacara bendera pun telah selesai dan kini para murid sedang beristirahat. "Kalian berdua saya hukum untuk hormat pada bendera sampai jam pelajaran pertama selesai. Jangan lupa renungi kesalahan kalian. Saya berharap kalian bisa belajar dari peristiwa ini dan tidak mengulanginya." "Baik bu." Chandra dan Rain melangkahkan kaki keluar ruang BK dan mengikuti Bu Sri. Beberapa murid yang berada di koridor, menatap mereka. Setelah upacara para murid biasanya memang diberikan waktu lima belas menit untuk istirahat, maka dari itu banyak murid yang berkumpul di koridor. Saat sampai di lapangan Bu Sri menatap bendera merah putih yang berkibar di atas mereka. "Kalian lihat bendera itu. Mengibarkan bendera itu bukanlah hal yang mudah. Butuh banyak perjuangan dari para pahlawan. Coba ka
Read more
29. Pulang
Rain melihat ke atas, ia melihat awan hitam yang siap menjatuhkan air hujan. "Giliran udah pulang gini, malah mau hujan." "Enggak apa-apa Ra, kita pulang hujan-hujanan biar romantis." Rain langsung menghadiahi Chandra dengan pukulan, sedangkan Chandra hanya tertawa melihat reaksi Rain. Mereka melanjutkan perjalanan mereka ke parkiran. Chandra tidak henti-hentinya membuat Rain kesal dengan tingkahnya. Mereka sampai jadi tontonan beberapa siswa yang lewat, bahkan tak jarang mereka mendapat cibiran. Rain tidak menghiraukannya. Ia memang kesal, tapi ia tidak mau menunjukkannya pada Chandra. Setiap situasi seperti ini, biasanya Rain akan menyalahkan Chandra dan pergi begitu saja. Kali ini dia memilih untuk diam. Chandra banyak menolongnya hari ini, meski pemuda itu tetap menyebalkan baginya. "Ra, aku lupa, sepedaku gak ada di parkiran." "Lah, iya ya. Ngapain kita ke parkiran." Rain dan Chandra tertawa karena mereka lupa bahwa sepeda Chandra tidak berada di parkiran. Akhirnya mereka
Read more
30. RaChan
Dengan raut wajah kebingungan, Rain turun dari motor Chandra. Bukan karena sudah sampai, namun karena Chandra berhenti di depan sebuah pohon dan menyuruh Rain turun. Rain menatap Chandra sementara Chandra tersenyum lebar ke arahnya. Rain mundur dua langkah. Ia takut Chandra kesurupan makhluk penunggu pohon itu. Chandra maju ke arah Rain dengan ekspresi yang sama. Rain terlihat ketakutan dan langsung memukul kepala Chandra. "Sakit Ra." Chandra mengelus kepalanya yang di pukul Rain. "Bodo!" Rain ingin pergi namun Rain menahannya. "Kamu belum kenalan sama Rachan." Chandra melihat ke arah pohon. Rain menyangka Chandra bisa melihat makhluk tak kasar mata. "Apaan sih Chan! Mending pulang! Mana sepi, mendung juga," omel Rain Melihat Rain mengomel, Chandra akhirnya menurut. Rain terlihat benar-benar kesal, meski Chandra tak tau apa penyebabnya. Padahal Chandra hanya ingin mengenalkannya pada pohon yang ia beri nama 'Rachan'. Pohon tempat Rain membantunya dulu. "Kamu kenapa sih Ra? Dulu
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status