All Chapters of PENDEKAR KEMBARA SEMESTA: Chapter 61 - Chapter 70
95 Chapters
Melacak Banawi
 ”Tidak.””Nah, aku menolak pemberian yang tidak kusuka, masa dianggap aneh? Pemikiranmu dan pemikiran orang-orang yang menganggapku aneh, itu perlu diluruskan. Aku menolak jadi raja karena tidak mampu.”“Sebentar…,” Westi Ningtyas menjeda. “Yang benar itu, kamu tidak mampu menjadi raja ataukah merasa tidak mampu menjadi raja?”Suro Joyo tercekat. Dia memandang wajah cantik Westi Ningtyas seperti memandang orang asing yang belum dikenal. Westi Ningtyas dengan pertanyaannya itu membuatnya serasa makhluk asing yang benar-benar terasa asing bagi Suro Joyo.“Pertanyaanmu tidak mungkin bisa kujawab,” kata Suro Joyo. “Itu pertanyaan yang tidak mungkin bisa dijawab oleh siapa pun.”“Memangnya kenapa? Semua pertanyaan tentu ada jawabannya.”“Begini, Westi Ningtyas, alasan tidak mampu itu bisa diartikan macam-macam. Setiap o
Read more
Mencuri Dengar Orang Bantaran
Serentak kelima perampok mencabut golok masing-masing. Mereka serempak menyerang Suro Joyo dan Westi Ningtyas. Empat orang, yakni Anggitan, Olengpati, Taraksa, dan Rubasa menyerang Suro Joyo dengan sabetan-sabetan golok. Sedangkan Higrataling mencecar Westi Ningtyas dengan libasan-libasan goloknya yang berkilat-kilat. Suro Joyo melesat ke udara, berjumpalitan beberapa kali di udara. Tebasan empat golok yang mengarah tubuhnya hanya menghantam  angin. Sedangkan Westi Ningtyas berkelit dengan melompat menjauhi lawan. Sehingga golok di tangan Higrataling hanya  menyabet tempat kosong. Sementara itu, setelah bersalto di udara beberapa kali, tubuh Suro Joyo melesat ke arah Westi Ningtyas. Dengan cepat dia sambar tangan Westi Ningtyas. Lalu keduanya melesat bagai terbang ke arah barat daya. Menghindari pertarungan dengan gerombolan perampok yang membabi buta tersebut. ”Kejar...!” perintah  Anggitan dengan lantang. Mereka berlima mengejar. Hany
Read more
 Harta Karun untuk Memberontak
”Ya..., mungkin orang seperti kita ini sudah digariskan untuk jadi miskin,” tanggapan orang yang bertubuh pendek. “Sedangkan orang seperti Den Delingwisa itu digariskan jadi kaya. Itu sudah garis hidup. Garis nasib.” ”Aku percaya pada kata-katamu. Aku percaya pada omongan. Tapi kenapa yang dapat harta karun kok dia? Padahal dia sudah kaya raya. Harta berlimpah, uang segudang, rumah berderet-deret seperti istana,” nada suara si kerempeng berkulit gelap. ”Ada satu lagi tentang Den Delingwisa....” ”Apa?” ”Dia juga kaya istri....” Kedua pencari kayu itu tertawa ngakak. Keluh kesah kehidupan mereka yang penuh resah seolah-olah lenyap ditiup angin semilir. Banawi sudah tidak begitu memperhatikan apa yang diomongkan kedua pencari kayu itu. Otaknya kini sedang memikirkan tentang apa yang baru saja dibicarakan mereka. Harta karun dari Goa Barong itu! Kini harta karun itu ada di tangan Delingwisa. Apa yang sebenarnya telah terjadi setelah De
Read more
Pertarungan di Depan Pintu Gerbang
”Entahlah,” jawab Banawi jujur. “Gerombolan pemberontak itu bisa melakukan pemberontakan ke kerajaan apa saja. Yang jelas ada kelompok atau gerombolan yang ingin memberontak. Dan ini harus kita cegah!”Ketiga orang itu terus melangkahkan kaki. Sampai waktu menjelang malam mereka belum sampai tujuan. Maka diputuskan menginap di rumah seorang penduduk.Malam terus merambat, cerita sementara beralih ke rumah megah Delingwisa. Rumah megah itu terdiri dari empat rumah besar dan saling terhubung antara satu dengan lainnya.Rumah megah dikelilingi tembok tinggi  berjarak lebih dari delapan tombak. Tembok tinggi ini lebih tinggi daripada rumah yang dipagarinya. Di depan pintu gerbang terdapat gardu yang dijaga dua anak buah terletak di bagian belakang rumah megahnya.Malam yang semakin dingin ini Delingwisa tidur bersama wanita muda yang baru jadi istrinya beberpa hari lalu. Karena waktu itu dia buru-buru ke Goa  Barong, maka dia
Read more
Sabetan Senjata Maut Cipirajag
Bengkas yang diliputi kemarahan mendahului menyerang. Menyabetkan senjatanya ke arah Anggitan. Perampok itu menangkis dengan goloknya. Terdengar benturan keras dua senjata disertai ledakan dan percikan bara. Tubuh Anggitan terdorong ke belakang satu tombak, sedangkan Bangkas masih tegar. Dia menyabetkan senjatanya ke arah Rubasa.Dhuar!Ledakan terjadi lagi ketika Rubasa menangkis menggunakan goloknya. Sabetan Bengkas sangat keras. Membuat tangan Rubasa tergetar. Golok lepas dari tangan. Sungguh terkejut dia akibat dari sabetan senjata lawan yang hanya berupa akar.Heh…, rupanya banyak orang yang menyepelekan senjata akar ini. Kata Bengkas di dalam hati. Mereka tidak tahu bahwa senjata ini sangat mematikan! Mereka tidak menyadari bahwa senjata sederhana ini mempunyai kehebatan yang jarang diperhitungkan.Cthar!Tiba-tiba lecutan akar cipirajag susulan menyambar leher Rubasa dengan cepatnya. Rubasa tak sempat mengelak. Lehernya tergores. Buka
Read more
Pertempuran Seru Tak Terhindarkan
Higrataling menggeser Olengpati. Ganti mengintip Menik Sarasti dan Delingwisa. Higrataling juga terperanjat ketika melihat Menik Sarasti yang tidur pulas dalam pelukan Delingwisa.”Ah, biarlah Menik Sarasti berbuat nyeleweng! Patih Ganggayuda saja juga nyeleweng!” bisik Olengpati. ”Kita ganti ke kamar barat itu!”Keduanya membuka genting kamar di sebelah barat kamar Delingwisa. Kali ini mereka beruntung. Ternyata di bawah sana terlihat peti baja milik mereka. Selain itu juga tampak puluhan peti baja untuk menyimpan harta Delingwisa.Keduanya sangat gembira. Harta karun mereka masih ada. Harta karun yang diperoleh dengan susah payah, masih tersimpan di rumah Delingwisa.Tanpa membuang waktu lagi, keduanya membuka genting lebih lebar. Lalu keduanya masuk kamar penyimpanan harta.Mereka berhasil mengambil peti baja mereka. Kemudian meninggalkan kamar lewat jendela. Mereka lari hendak menginggalakan rumah Delingwisa lewat sebela
Read more
Janurwasis dalam Bahaya
Singgat membuka kedua tangannya. Lalu tubuhnya bergulingan di tanah. Secara tiba-tiba tangan kanannya mencakar ke bumi. Setelah mencakar ke bumi, seluruh tubuhnya memancarkan warna jingga. Inilah ajian wasajingga. Lebih tinggi dibanding ajian wasagni yang dimiliki Olengpati dan teman-temannya.“Gila…, Singgat telah mengeluarkan ajian andalannya. Kata Olengpati dalam hati. “Ini pertanda buruk bagi siapa pun yang menjadi musuhnya. Dalam dunia persilatan sering tersiar kabar bahwa hampir semua musuh Singgat tewas ketika Singgat telah mengeluarkan ajian wasajingga.”Pancaran sinar jingga dari tubuh Singgat memudar. Warna tubuh Singgat kembali seperti semula. Bersamaan itu dia menyerang kedua lawannya hanya dengan tangan kosong disertai jurus cakar api!Ketika tubuh Singgat melesat sangat cepat, ada tebaran hawa panas yang menyirat. Lawan yang diserang, akan merasakan hawa panas yang memancar dari tubuh Singgat.Tubuh
Read more
Kekejaman Delingwisa
Bhug! Bengkas terhantam tendangan dari arah samping kanan. Sebuah tendangan yang tak pernah diduganya. Akibat tendangan itu, tubuh Bengkas terjerembab ke bumi. Akar cipirajag yang hampir saja menghabisi lawan malah terpental ke tanah. Tepat di samping Janurwasis. Janurwasis lolos dari sabetan akar cipirajag. Janurwasis lolos dari maut yang bisa saja terjadi kalau sampai senjata maut menghantam dadanya. Hampir semua lawan Bengkas tak bisa selamat ketika tergores cipirajag. Tubuh Bengkas jatuh menelungkup. Tendangan Wening Kusuma yang dia anggap licik itu membuat Bengkas merasakan sakit luar biasa. Dia merasa sulit untuk bangun atau sekadar menggerakkan sendi-sendi ototnya. Hal yang sama juga menimpa Wening Kusuma. Luka akibat cakaran inti api membuat seluruh tubuhnya memanas. Segera dia menotok bahu kanannya agar hawa panas beracun itu tidak menyebar ke seluruh tubuh. Dia pun hanya duduk sambil memulihkan tenaga dalamnya. Dia duduk tepat di dekat Janur
Read more
Keserakahan yang Membinasakan
Westi Ningtyas menangkis dengan gerakan cepat pula.Dhuar!Westi Ningtyas dan Delingwisa sama-sama terlempar ke belakang beberapa tombak. Keduanya sama-sama terpelanting mencium tanah. Lalu sama-sama bangkit untuk meneruskan pertarungan.“Bangsat! Sundal ini ternyata hebat juga,” gumam Delingwisa sambil berdiri. Karena tenaga serasa terkuras, untuk berdiri saja terasa berat. “Tak kuduga dia ternyata memiliki tenaga dalam tingkat tinggi.”Di tempat yang sama, Suro Joyo tampak keteter menghadapi ajian cakar inti api. Dada kirinya koyak oleh cakaran maut itu. Ada rasa panas di dada akibat tergores cakaran yang penuh hawa membara.Suro Joyo mundur beberapa tombak untuk mengalirkan hawa murni ke dadanya. Dia ingin hawa panas yang mematikan anggota tubuh bisa punah.Setelah lukanya mengering, Suro Joyo menggenggam kedua tangannya. Berputar-putar di depan dada. Merentang ke samping kanan dan kiri dalam keadaan terbuka. Kini
Read more
Lenyap Tanpa Jejak
Dua orang laki-laki muda sedang berburu di pinggiran selatan hutan Alas Waru. Mereka menyandang panah dan memegang busur. Panah yang jumlahnya berpuluh-puluh buah tersampir di punggung. Busur tergenggam di tangan kiri. Mereka terus berjalan menyusuri jalan setapak menuju arah utara. Kedua laki-laki muda berwajah tampan. Satu dari dua laki-laki muda itu berkumis, namanya Sambego. Sedangkan yang tak berkumis sama sekali bernama Juna. Sambego sudah beranak-istri, Juna masih perjaka tulen. Mereka sama-sama berasal dari desa Aseman. Sebuah desa sepi yang letaknya di timur hutan, masih termasuk wilayah Kerajaan Parangbawana. Mereka sejak kecil sudah dilatih berburu oleh orang tua masing-masing. Berkat didikan orang tua selama bertahun-tahun, mereka menjadi mahir berburu. Malah lebih mahir dari orang tua masing-masing. “Ilmu berburu dari orang tua kita, bisa kita jadikan pegangan ketika mencari binatang buruan,” kata Sambego pada Juna. “Benar,” sahut Juna. “Aku tak
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status