All Chapters of TRAPPED IN PAST LOVE: Chapter 11 - Chapter 20
127 Chapters
Bab 11
"Emang ada yang mau kenal sama kamu?"  Caca mengambil tisu dan mengelap bibirnya, hidungnya bahkan terasa sakit setelah tersedak. "Makanya pelan-pelan kalau minum, ada dong," balas Dafa dengan ekspresi khawatir bercampur bangga. Caca menyindir, "Sial banget itu cewek, mau-maunya kenalan sama kamu." "Kok sial sih, anugerah dong Ca. Beruntung banget loh dia bisa kenalan sama cowok ganteng kayak aku." Caca bertingkah seolah akan muntah, jijik saat mendengar tingkat percaya diri sahabatnya yang terlalu tinggi. "Antara jijik dan najis dengernya." Mata Dafa mendelik tak suka. "Gaya banget sok-sokan jijik sama muntah gitu, coba tanya bunda! Aku ganteng atau gak." "Oke, nanti aku tanya bunda." "Kamu gak penasaran gitu, gimana muka cewek yang aku omongin tadi?" Tanya Dafa dengan alis terangkat sebelah. "Emang kayak mana? Paling juga menor kayak biasanya," balas Caca ketika mengingat beberapa perempua
Read more
Bab 12
 Dafa mengangguk dan kembali tiduran, sedangkan Caca melanjutkan nonton drama Korea yang sempat tertunda. Dafa melihat wajah sahabatnya yang begitu cantik, sejujurnya dia sedikit menyukai gadis disampingnya ini tapi tidak berani mengatakannya karena takut persahabatan mereka akan rusak, juga sikapnya yang tidak setia membuat dia takut melukai hati Caca.Tatapan Dafa beralih ke bibir Caca, meskipun tanpa lipstik bibir gadis itu sudah berwarna merah menggoda. Kini, tatapannya turun ke dada Caca yang tertutup kaos putih oversize.Dafa meneguk ludah kasar. Otaknya traveling memutar kejadian beberapa hari yang lalu saat ia tidak sengaja menyentuhnya. Dafa segera mengalihkan pandangan dan memejamkan matanya.Caca menoleh saat mendengar Dafa menghela nafas dan beristighfar beberapa kali."Kenapa?" Tanya Caca heran.Dafa membuka mata dan melihat Caca dengan pandangan berbeda dari biasanya, membuat gadis itu sedikit tidak nyaman."Ca
Read more
Bab 13
  Naya menghela napas pelan, dia merasa kesepian. Orang tuanya hanya sibuk bekerja dan pulang saat larut malam. Dia sering berfikir, untuk apa ibunya melahirkan anak kalau ujung-ujungnya tidak terlalu dipedulikan.Menjadi orang kaya dan anak seorang pengusaha tidaklah menyenangkan bagi Naya, apalagi jika menjadi anak tunggal sepertinya. Dalam sebulan, Naya hanya bisa ngobrol dengan kedua orang tuanya satu kali, itu pun hanya sekitar dua jam, setelahnya mereka memilih menyelesaikan pekerjaan lagi.Naya mencari kontak salah satu pacarnya, lalu menekan ikon panggil."Ren, kita putus ya," kata Naya setelah panggilan tersambung."Loh, kenapa Nay, aku punya salah sama kamu atau gimana?" Tanya Rendi kebingungan."Gak ada.""Terus kenapa minta putus?""Aku cuma gabut," Naya menghela nafas."Masa cuma karna gabut kamu minta putus, kamu udah bosen sama aku atau udah ada yang baru?" Tanya Rendi tidak terima. Jelas, siapa juga yang ak
Read more
Bab 14
"Gak lucu tau," gadis itu berdiri dan siap keluar ketika tangannya ditarik Dafa, membuat dia kembali duduk, namun di pangkuan lelaki itu."Lepas! Aku udah bilang jangan aneh-aneh kan."Dafa seolah tuli, dia memeluk Caca erat membuat gadis itu tak bisa bergerak. "Dafa!" Caca merasa geli saat kepala Dafa yang berada di ceruk lehernya mulai mendusel-dusel.Dafa diam, dia menatap Caca yang terlihat kesal. "Aku cuma kangen kamu, kemarin kita gak ketemu kan?" Dafa tersenyum lalu kepalanya kembali ke ceruk leher gadis itu."Kangen sih kangen, tapi gak usah kayak gini juga dong. Geli tau."Dafa tersenyum, kelakuannya justru semakin menjadi-jadi. Dia meniup-niup belakang telinga dan tengkuk Caca."Dafa, aku marah lo," kata Caca. Wajahnya memerah menahan tangis."Tumben gak minta tolong bunda?" Tanya Dafa disertai kekehan."Bunda kan lagi gak di rumah," balas Caca dengan mata berembun.Fenti memang sedang
Read more
Bab 15
"Kamu habis darimana? Jauh-jauh kok cuma pakai sandal jepit sama kaos oblong, tumben banget?"Caca menatap wanita disampingnya, mengapa sifatnya sangat berbeda dengan si brengsek tadi, atau jangan-jangan Dafa bukan anaknya?Ah! Caca lupa, Dafa kan memang anak pungut dan dia anak bunda Fenti.Kalau lelaki itu ada disini, keningnya pasti mendapat jitakan. Dafa pasti juga akan mengomel karena bunda yang lebih memihak dirinya."Tadi Dafa ngajak beli mie ayam, katanya mau nraktir aku," Caca mulai mengadu, biar tau rasa si Dafa."Terus, sekarang mana Dafanya. Kok kamu sendiri, jalan lagi?" Tanya Fenti heran, matanya kadang menatap gadis di sampingnya kadang juga menatap jalan, takut menabrak.Caca merengut, saatnya bersandiwara."Aku ditinggal bun, dia tadi ketemu pacarnya," kata Caca dengan suara parau seperti akan menangis."Aku juga gak bawa uang, kan tadi dia bilang mie ayamnya mau dibeliin.""Kamu ditinggal di jalan?" Tan
Read more
Bab 16
"Gitu aja masih nanya, ya minta maaf lah!"  Erki membentak gemas.Abizar hanya geleng-geleng dan menghela nafas lelah. Sungguh, ia tidak paham dengan jalan pikiran temannya yang satu ini, untuk meminta maaf saja harus diajari."Tapi gue gak boleh ke rumahnya," ucap Dafa."Lo punya handphone kan? Telfon. Gak punya pulsa? Beli. Jangan kayak orang susah deh," tegas Abizar. Temannya yang satu ini jarang berbicara, sekalinya bicara sangat tajam, setajam silet.Seperti apa yang temannya ucapkan, Dafa segera menghubungi Caca, tidak dijawab. Dia membuka aplikasi chat berwarna hijau lalu mengirim pesan pada gadis itu. Bukannya langsung centang biru malah nomor Caca sudah tidak aktif, mungkin gadis itu langsung mematikan data saat menerima pesan darinya.Dafa mengacak rambutnya frustasi."Gue pulang aja deh," ucapnya mengambil jaket yang tersampir di sofa."Daf, satu lagi pesan gue. Putusin cewek lo," kata Erki serius."Sebelum pers
Read more
Bab 17
"Dia itu penggoda Dafa, cewek itu pasti mau rayu kamu."Dafa berdecak lalu keluar dari mobilnya dan menarik tangan Naura menuju taksi yang kebetulan penumpangnya baru keluar."Pak tolong anterin dia pulang, ini ongkosnya selebihnya ambil aja," kata Dafa menyerahkan uang selembar seratus ribuan."Baik mas," jawab sopir taksi segera melajukan mobil. Naura berteriak tidak terima.Dafa bernafas lega. Kemarin dia meminta tolong Abizar untuk mencaritahu identitas Naura, dan tadi malam ia sudah mendapatkan hasilnya. Naura, dia wanita panggilan, pemuas nafsu disebuah diskotik di kota mereka.Lelaki itu kembali melihat ponselnya. Berkali-kali menghubungi Caca, namun tetap tidak dijawab. Pesan-pesan yang ia kirimkan juga tidak ada yang dibaca.*** Seorang pemuda sedang duduk di balkon kamarnya, mengamati kamar di seberang jalan.Tadi dia sudah ke sana, namun kata Arga, Caca kemarin menginap di rumah temannya dan baru akan pulang sore ini.
Read more
Bab 18
  Caca mengetuk pintu rumah Fenti. Tadi Fenti memberi rendang, jadi sekarang ia mengembalikan mangkuknya. Mangkuk kini ia isi dengan kue kacang yang masih hangat, bikinan salah satu art di rumahnya."Bunda, balikin mangkuk," ucap Caca sesaat setelah pintu terbuka. Kadang gadis itu akan langsung masuk tapi kadang juga mengetuk pintu dulu seperti hari ini."Wah, kok ada isinya," kata Fenti tersenyum saat menerima mangkuknya.Dia mempersilahkan gadis itu masuk, namun Caca menolaknya. Gadis itu mengatakan ingin ke rumah pohon saja.  Di rumah pohon, Caca duduk bersandar di sofa. Matanya terasa berat karena tadi malam dia maraton nonton drakor bersama Fey. Caca memejamkan matanya.Baru beberapa menit ia tidur. Caca mengerjapkan mata saat merasa kakinya kram. Terkejut, karena mendapati Dafa yang juga tertidur di pangkuannya. Kapan datangnya? Kenapa ia tidak tau.Caca mendengus. Pantas saja kakinya tidak bisa digerakkan.Ingin memb
Read more
Bab 19
 Rama mengangguk dan tersenyum."Tadinya mau ngasih kejutan, tapi ternyata  ketemu disini," ucapnya memberi beberapa paper bag berisi baju, ada juga sebuah kalung, juga memegang boneka keroppi besar kesukaan gadis itu.Rendi melotot tak suka. Niatnya kesini untuk memanas-manasi, tapi kenapa sekarang dia yang panas. Tanpa basa-basi dia segera menarik Desi untuk pergi dari sana.Naya menyeringai puas, sedangkan Kiara bersorak dalam hati melihat kepergian mantan pacar sahabatnya."Mau jalan-jalan?" Tawar Rama.Naya melirik Kiara. Gadis itu mengangguk."Boleh, Ki gue duluan ya," pamitnya pada Kiara."Oke," balas Kiara menyatukan ibu jari dan jari telunjuknya.Naya pun pergi. Kiara tersenyum dan berjalan lagi menuju tempat make up berada.Dugg ...."Aww ...." Kiara meringis saat seseorang menabrak pundaknya."Eh, maaf mbak. Saya gak sengaja," ucap lelaki yang menabraknya.Laki-laki dengan tinggi
Read more
Bab 20
  "Wah, dua Bos kita udah datang duluan, rupanya!" Teriak salah satu anggota UKS saat melihat Arga dan Gara duduk di teras warung Abah Amir.Warung ini sejak dulu sudah dijadikan tempat nongkrong oleh anggota UKS."Bah kopi satu, nanti dibayarin Erland," ucap Erza menghampiri abah."Lah, kok gue?" Tanya Erland kebingungan sekaligus tidak terima."Kan duit lo banyak Land, saya juga ya bah!" Teriak Alva yang duduk agak berjauhan."Saya juga Bah.""Saya juga Bah!""Woy anj*ng, kalo mau minum ya beli sendiri, napa gue yang harus bayarin?!" Erland berteriak marah, sebab banyak yang minta dibayarin."Yaelah Lan, cuma kopi doang. Harta gak dibawa mati Lan," kata Viky mengingatkan, niat sebenarnya untuk merayu sih."Heh, lo enak ngomong doang. Coba lo hitung, lima kali lima belas, berapa? Nah tadi yang teriak lebih dari itu, harus keluar berapa duit gue?""Dah, pokoknya bayar sendiri-sendiri. Bisa jadi gelandangan gu
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status