"Wah, dua Bos kita udah datang duluan, rupanya!" Teriak salah satu anggota UKS saat melihat Arga dan Gara duduk di teras warung Abah Amir.
Warung ini sejak dulu sudah dijadikan tempat nongkrong oleh anggota UKS.
"Bah kopi satu, nanti dibayarin Erland," ucap Erza menghampiri abah.
"Lah, kok gue?" Tanya Erland kebingungan sekaligus tidak terima.
"Kan duit lo banyak Land, saya juga ya bah!" Teriak Alva yang duduk agak berjauhan.
"Saya juga Bah."
"Saya juga Bah!"
"Woy anj*ng, kalo mau minum ya beli sendiri, napa gue yang harus bayarin?!" Erland berteriak marah, sebab banyak yang minta dibayarin.
"Yaelah Lan, cuma kopi doang. Harta gak dibawa mati Lan," kata Viky mengingatkan, niat sebenarnya untuk merayu sih.
"Heh, lo enak ngomong doang. Coba lo hitung, lima kali lima belas, berapa? Nah tadi yang teriak lebih dari itu, harus keluar berapa duit gue?"
"Dah, pokoknya bayar sendiri-sendiri. Bisa jadi gelandangan gu
"Pacarnya Naya. TNI loh Ca, kemarin gak sengaja ketemu di mall pas lagi ajang panas-panasan sama si Rendi," Kiara berkata antusias."Rendi yang baru lo putusin itu?" Tanya Fey pada Naya, Naya mengangguk dan tersenyum senang."sebenernya masih pengen gue panas-panasin lagi sampe gosong, tapi keburu pergi orangnya.""Asli, ngakak banget kalo liat sendiri," ujar Kiara cekikikan."Gue inget banget muka sok bangganya, pas bilang mau belanjain pacarnya," kata Naya tertawa pelan."Emang bagusan lo putusin sih kak, orangnya sombong plus lebay gitu," sahut Caca.Naya dan yang lainnya mengangguk setuju."Gue baru nyadar pas udah putus," gumam Naya bertopang dagu."Sebenernya kalo pacaran gitu, ada yang lo sukai gak sih? Satu aja diantara mereka.""Ada, tapi mungkin cuma sekedar suka bukan cinta."Caca meringis, keputusannya untuk tidak memiliki pacar semakin kuat.*** Caca kini berada di rumah Dafa. Sah
Fahri dan beberapa anak UKS yang berkuliah di Darmajaya akan berangkat. Mereka menghentikan laju motornya saat lampu lalu lintas berubah warna menjadi merah. Fahri melihat motor yang berhenti di sampingnya. Seseorang dengan motor ninja hitam, memakai hoodie juga jeans hitam, namun postur tubuhnya seperti seorang perempuan.Pengendara itu menoleh karena merasa sedang diperhatikan. Netranya bertatapan dengan seorang laki-laki yang memakai jaket UKS."Si*l, kenapa malah ketemu mereka sih," gumam Caca. Gadis itu segera mengalihkan pandangan.Fahri menatap orang di sampingnya dengan alis bertaut, heran. Apa perempuan ini takut melihat anggota UKS?Lampu telah berubah menjadi warna hijau, mereka segera mengegas motor."Wah, Ri. Lo tau tadi siapa yang ada di samping lo gak?" Tanya Rion sesaat setelah mereka sampai di kampus."Siapa?" Tanya Fahri acuh tak acuh."Caca, selebgram yang lagi terkenal itu," balas Rion antusias. Yang lain me
"Jadi ke cafe?" Tanya Caca tanpa mengindahkan pertanyaan ketiga temannya."Jawab dulu kek Ca," ucap Naya dengan muka ditekuk.Caca menggeleng."Kalo gak jadi, gue pulang aja deh," ucapnya kemudian.Ketiganya buru-buru melangkah menuju mobil karena takut dengan ancaman Caca yang tidak pernah main-main.*** Mereka sampai di Cafe Cemara, cafe baru dengan nuansa alam yang memberikan ketenangan tersendiri bagi para pengunjungnya."Suasananya enak ya," ucap Fey."Hmm ... nyaman banget," sahut Kiara."Eh, itu anak UKS kan ya? Gil* produk unggul semua," kata Naya terkagum-kagum."Wah, iya. Duduk deket sana aja yuk, siapa tau gue dapat pengganti Rendi.""Heh, Nay. Pacar lo itu masih empat, udah mau nambah aja. Gak inget kalo kencan kudu ngumpet-ngumpet?" Kiara mengingatkan."Kak Kia tobat deh, sebelum kena karma," ucap Caca ikut gemas dengan tingkah salah satu teman akrabnya itu.Mereka berempat
"Daf, kamu tau nggak?" Caca menolehkan kepalanya menghadap Dafa.Dafa berdehem namun tatapannya masih fokus pada gadgetnya."Aku tadi ketemu cowok, ganteng banget ...," Kata Caca menggoyang-goyangkan lengan sahabatnya."Siapa?" Tanya lelaki itu tanpa minat."Fahry, anggota UKS."Sontak saja Dafa terkejut, netranya langsung menatap sang sahabat."Bukannya aku udah bilang, jangan deket-deket anak UKS! Bahaya, kok kamu ngeyel sih," ucap Dafa menatap tajam Caca."Aku gak sengaja ketemu tadi. Lagian bahaya kenapa coba, orang mereka baik gitu kok," Caca menatap sebal laki-laki di sampingnya.Kalau dipikir-pikir, anggota UKS yang ditemuinya tidak terlalu berbahaya seperti yang diucapkan Dafa, atau mungkin dia belum melihat?"Kalau mereka gak bahaya, mungkin dari dulu abang mu udah ngenalin kamu sama mereka.""Mereka gak ngenalin itu karna emang aku yang minta, bukan abang-abang ku yang sengaja nyembunyiin!"
"Eh, ada anak kesayangan dosen nih guys." Vania bersama kedua temannya, Ela dan Angel duduk di bangku taman yang ada di kampus, tepat bersebelahan dengan Caca dan Naya."Awas loh, dengar ngamuk nanti," ujar Ela cekikikan."Gue curiga, jangan-jangan mereka dapat nilai bagus karna ngerayu tuh dosen," ucap Angel pura-pura terkejut tidak menyangka."Maksud lo jadi pelacur gitu?" Tanya Vania membuat ketiganya tertawa.Naya membanting bukunya di bangku dan berdiri, "heh, maksud lo apa ngomong gitu? Sesuci apa kalian sampai berani ngomong kita pelacur?!""Kita tadi gak nyebut nama loh, kok lo marah? Kesindir ya?" Kata Angel dengan wajah angkuhnya seolah mengejek."Gak nyebut nama juga gue udah tau pasti, nggak berguna banget sih jadi orang, bisanya cuma iri aja!"Vania dan teman-temannya mendelik marah. Dia hendak menjambak rambut Naya, Caca segera berdiri dan memelintir tangannya. Pekikan Vania menarik perhatian beberapa orang yang ad
Caca sedang berada di sebuah danau buatan di belakang rumahnya, pandangannya fokus pada lukisan yang sedang ia buat.Tiba-tiba ada suara disamping telinganya, "bagus."Sontak gadis itu berjingkat, kuas di tangannya juga terlempar ke danau."Dafa! Ngagetin aja deh."Dafa tertawa lalu duduk disampingnya. Tangannya membuka tutup dari salah satu botol minuman yang tadi dia bawa dan meletakkan disamping Caca."Kuasku kemana coba?! Kamu sih," kata Caca kesal. Dia berdiri dan mencari-cari kuasnya di rerumputan."Nyemplung di danau itu loh," ujar Dafa disertai senyum tak berdosa andalannya, jari telunjuknya mengarah ke danau."Gimana ngambilnya coba? Udah ke tengah lagi." Caca melepas sandalnya lalu berjalan di pinggiran danau, untung saja memakai celana pendek jadi tidak takut basah.Dafa berdecak, "gak usah diambil sih Ca, di rumahmu kan masih banyak."Caca menoleh ke arahnya, matanya menatap tajam."Gara-gara kam
"Dasar jal*ng! Gue udah bilang, jangan deketin Irfan lagi!"Kiara diam saja ketika wanita di depannya memaki bahkan menyiram segelas jus jambu ke wajahnya. Sebenarnya bukan dia yang salah, tapi Irfan lah yang terus mengganggunya. Lelaki itu terus menemuinya. Kiara ingin menjelaskan, tapi percuma, orang yang sedang marah tidak akan mau mendengar penjelasan apapun.Caca datang dan menahan tangan Jenna yang hendak menampar Kiara. Caca langsung mengambil jus alpukat dan menumpahkan diatas kepala Jenna, membuat wanita itu memekik marah."Brengs*k! Siapa datang-datang sok jagoan ...." Ucapan Jenna terhenti seketika saat melihat siapa yang menyiramnya.Dulu, saat masih SMA Caca pernah tergabung dalam grup vocal and dance cover. Jumlahnya 8 orang dengan Caca, 4 laki-laki dan 4 perempuan. Caca sangat dekat dengan Gavin, pasangan dalam grupnya.Entah kenapa, waktu itu ada penambahan 2 anggota, salah satunya Jenna. Awalnya gadis itu terlihat polos, namu
Kiara diam saja, membiarkan Satria yang meladeni mantan gebetan yang sudah membuat hidupnya susah."Ya, saya Satria, pacarnya Kiara."Pipi Kiara bersemu merah, dia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat agar tidak tersenyum. Meski yang dikatakan Satria hanya kebohongan, tapi Kiara sudah senang, setidaknya lelaki ini mempunyai rasa perduli dibalik sifat dinginnya.***"Dek, abang denger tadi kamu berantem di Caffe bang Gema?" Tanya Arga sembari duduk di samping Caca yang sedang makan.Tak lama, Gara menyusul. Lelaki itu duduk didepan Caca."Iya.""Kata Bang Gama, sama perempuan yang dulu fitnah kamu, sama temen-temenmu yang dulu juga.""Mantan temen," ucap Caca meralat ucapan Gara."Ya ... itulah maksudnya.""Kamu gak kenapa-napa kan?" Tanya Arga mengelus surai lembut adiknya."Gak pa-pa kok, tapi dia aku tampar.""Bagus dong, perempuan kayak gitu emang pantes dikasih pelajaran," kata Gara antusias.