All Chapters of TAPAK MALAIKAT: Chapter 21 - Chapter 30
43 Chapters
Keributan Di Gerbang Derwana
Gerbang Utama Kadipaten Derwana yang merupakan sebuah kadipaten strategis bagi Kerajaan Bandar Agung adalah sebuah gerbang yang dibangun dengan kayu-kayu tebal dan mempunyai menara yang tinggi. Berapa penjaga kelihatan bersiaga di setiap sudut gerbang dengan senjata terhunus lengkap. Selain penjaga yang bersiaga tersebut terdapat juga di sana berapa penjaga yang berpatroli mengelilingi tempat itu. Di tengah gelapnya malam terlihat Birawa yang berpakaian serba hitam bergerak lincah menghindari penjaga yang bersiaga di Gerbang Kadipaten Derwana. "Hei....!" Birawa memanggil salah satu penjaga yang ada di sana, ketika penjaga itu menoleh kepadanya dengan cepat tubuh Birawa yang berpakaian serba hitam bergerak lincah melumpuhkan penjaga itu. Mendengar suara tubuh bergedebukan jatuh dari kawan-kawan mereka, berapa petugas terlatih segera berlari menghampiri tempat itu. Ketika para petugas yang baru datang itu sampai di tempat tersebut mereka kebingu
Read more
Di Kejar
Bagian pinggang baju Birawa robek besar terkena sambaran cakar lawan. Birawa meloncat mundur sejauh dua tindak ke belakang, kalau tadi dia tidak cepat mundur mungkin bukan hanya bajunya yang robek namun juga kemungkinan kulitnya juga akan robek karena sambaran cakar itu. "Hehehe... setelah ini kulit pinggangmu yang akan robek bukan hanya bajumu!" ejek lawan kepada Birawa. "Kau hanya beruntung kali ini," dengus Birawa dengan sengit sembari menyipitkan matanya di balik topeng ke arah lawan. Dengan cepat Birawa meloncat, kali ini dia mengambil inisiatif menyerang lawan yang ada di hadapannya. Birawa yang baru meloncat langsung menyerang lawan menggunakan Jurus Malaikat Menyapu Badai yang di kombinasikan dengan Tapak Malaikat. Angin serangan Birawa menderu menghujani tubuh lawan, kalau tadi lawan terlihat mengejek, namun kali ini tak urung lawan di buat kaget oleh serangan cepat yang di lakukan Birawa. Berapa kali lawan terpaksa membuang diri sembarangan
Read more
Sepasang Macan Loreng
Birawa yang kaget karena tangan kuat yang menariknya itu, Birawa ingin berteriak kepada orang itu, namun sebelum dia sempat berkata orang yang menariknya langsung berbicara. "Kau diam saja, kalau tidak mereka akan mampu mengejar dirimu," tegur suara pria yang menarik badan Birawa masuk ke ceruk itu. Merasakan tidak ada bahaya yang di timbulkan oleh orang yang menariknya membuat Birawa diam saja mengikuti apa yang di katakan oleh orang itu. Birawa melihat orang yang menariknya merupakan seorang lelaki bertubuh kurus dengan tongkat dari tulang putih di tangannya. Tak jauh dari laki-laki yang menariknya duduk sembarangan seorang wanita yang juga berpenampilan yang sama, di kuping wanita itu memakai semacam giwang dari tulang. Badan kedua orang itu berwarna putih seperti dicoret dengan suatu bahan sementara di bagian putih warna itu terdapat coretan-coretan berwarna hitam berpadu orange. Setelah para pengejar menjauh dari sana, dengan cepat orang yang bar
Read more
Api Di bangsal Prajurit
"Guru berdiam di Goa Srigala," jawab Birawa tanpa ragu dan curiga. "Kalau begitu kamu bersembunyilah di sini kami akan menuju Goa Srigala," jawab salah satu dari Sepasang Macan Loreng. "Baiklah, terima kasih atas bantuan kalian," ujar Birawa sambil menundukkan kepala menghormat kepada kedua orang itu. Sepeninggal Sepasang Macan Loreng, dengan cepat Birawa melepas pakaian yang dia kenakan untuk menyamar. Birawa kemudian membaringkan badannya pada salah satu tempat tidur yang dibuat dari kayu yang ada di pojokan tempat itu. Malam yang datang dengan cepat membuat suasana di tempat itu menjadi gelap, dengan cepat Birawa yang berpakaian serba hitam itu melesat pergi menuju alun-alun Kadipaten Derwana. Birawa melihat penjagaan di Kadipaten sudah di ketatkan sedemikian rupa, mungkin efek dari keributan yang dia buat di gerbang kadipaten. Dengan langkah ringan Birawa mengendap-endap menuju alun-alun kadipaten, Birawa sangat hapal daerah ini karena dul
Read more
Geger Kadipaten Derwana
Tangan kanan Birawa langsung di hantamkan ke arah Kuntilanak Hantu, serangkum angin yang keluar dari tangan Birawa membuat wanita itu menjadi kelabakan. Sementara itu tusukan keris dari Pendekar Keris Gila dengan cepat dia hindari dengan cara berguling di tanah. Ketika berguling kaki kanan Birawa masih sempat mengirimkan satu tendangan ke arah dada lawan. Bukkk! Tendangan yang di lakukan Birawa dengan cepat membuat Pendekar Keris Gila terjajar dua langkah kebelakang dengan muka merah padam saking malunya. Sementara itu menghadapi serangan berupa pukulan Hantu Dari Utara dengan sengaja Birawa menyorongkan tubuhnya ke arah lawan, setengah jalan dia mengelitkan tubuhnya ke samping kiri dengan tangan kanannya di hantamkanke arah kepala lawan. "Ouchhhh!" Jeritan kaget lawan menggema di sana tidak menyangka mendapat serangan seperti itu, Hantu Dari Utara dengan cepat menarik pukulannya dan langsung membuang dirinya kebelakang. Birawa
Read more
Penjarah Bawah Tanah
Ledakan keras mengguncang tempat itu, Datuk Tongkat Ular jatuh berlutut merasakan dadanya berdenyut karena benturan tenaga dalam. Sementara Kuntilanak Hantu badannya tempat terseret berapa langkah jatuh berguling, berhenti dengan tubuh telentang di tanah dari sela bibirnya mengalir darah segar. Pendekar Keris Gila tak kalah menyedihkan badannya nyangsang di atas sebuah semak di sana dengan sebelah tubuh gosong karena terserempet pukulan yang di lepaskan Birawa. Pendekar Pedang Setan tak kalah menyedihkan bagian bawah bajunya terbakar di lalap api, walaupun merasakan sakit di bagian dadanya dia berusaha memadamkan api yang membakar bawah tubuhnya yang membuat dia nyaris telanjang. Hantu dari Utara yang tadi lebih dekat sumber ledakan tak kalah menyedihkan kedua tangannya gosong tak bisa di gerakkan. "Cari orang itu!" perintah Datuk Tongkat Ular menggembor marah sambil menahan sakit. Sementara Birawa sendiri yang tadi menahan pukulan kelima orang itu tu
Read more
Melawan Pendekar Keris Hantu
Setelah menjelaskan apa yang harus di lakukan dengan cepat Birawa langsung membuka semua kamar penjarah tempat orang itu ditahan. Kemudian Birawa sendiri membuka pintu keluar penjarah bawah tanah itu, di luar Birawa melihat berapa prajurit nampak sibuk melakukan sesuatu. Birawa sengaja berdiri di sana untuk mancing para prajurit yang berjaga. "Hei....!" Teriak Birawa yang membuat beberapa penjaga langsung berlarian mengepung dirinya dengan senjata terhunus. Melihat penjaga mengepung dirinya dengan cepat Birawa langsung menyingkir dari pintu masuk penjarah bawah tanah, dia sengaja memancing penjaga ke sebuah sudut agar membelakangi pintu tersebut. Sekitar sepuluh prajurit dengan cepat langsung mengepung Birawa dan menyerang menggunakan senjata terhunus dari tangan masing-masing. Birawa bergerak cepat meladeni serangan sepuluh orang prajurit yang mengepung dirinya itu, badan Birawa hanya terlihat bayang-bayang saja. "Aaaaa.... Aaaaa...."
Read more
Keluar Dari Derwana
Lawan meraung kesakitan tangannya gemetar karena sambungan sikunya yang memegang keris terkulai akibat sambungan iku itu terlepas terkena hantaman tangan Birawa. Setelah meraung-raung lawan mundur berapa langkah, tangan kiri lawan langsung memungut keris yang jatuh tergeletak di tanah. "Kurang ajar, kamu harus mampus hari ini!" bentak lawan sambil menahan sakit pada tangan kanannya. Keris yang baru lawan pungut di pindahkan ke tangan kirinya, kemudian dia meluruk deras menyorongkan keris menuju dada Birawa. Birawa demi melihat lawan yang meluruk menyerangnya langsung memasang kuda-kuda menyambut serangan. Begitu tubuh lawan meluruk deras menyerang Birawa dengan cepat Birawa melentingkan tubuhnya ke atas, kemudian kaki kanannya bergerak menendang dagu lawan, namun lawan nampaknya masih bisa berkelit ke samping menghindari tendangan Birawa. Tak mau memberi kesempatan lawan, Birawa langsung bersalto dua kali kemudian hanya mengandalkan ujung kakinya dia
Read more
Utusan Dari Jawadwipa
Birawa nampak istirahat bersama Suprana di dangau yang ada di dalam hutan, mereka melepaskan lelah setelah berlari sampai hampir pagi. Terlihat Birawa sudah melepas topengnya dia bersama Suprana nampak lahap memakan singkong bakar. "Aku sungguh tidak menyangka kamu masih hidup, tadinya aku sudah putus asa di dalam penjarah yang sangat menyiksa itu, namun melihat kamu semalam aku merasa punya harapan baru," ujar Suprana yang tak dapat menyembunyikan rasa girangnya. "Paman hari sudah hampir siang kita harus melanjutkan perjalanan kita, supaya kita tidak kemalaman di jalan," ujar Birawa kepada Suprana. "Kemana kita akan pergi?" tanya Suprana bingung. "Kita akan menuju ke tempat Ayahanda berada, aku yakin di sana memerlukan jasa Paman Suprana," jawab Birawa. "Apa benar Yang Mulia masih hidup?" tanya Suprana lagi. "Iya." Bima menjawab singkat matanya menoleh ke kiri dan ke kanan. "Ada apa?" tanya Suprana bingung. "Aku merasa
Read more
Memasuki Kertajaya
Birawa yang kaget karena tepukan di bahunya dengan spontan menoleh, dia melihat di samping kirinya Suprana berdiri menatap ke arah Ratu Andini pergi. "Siapa wanita itu?" tanya Suprana penasaran. "Aku juga tidak tahu Paman, dia hanya bilang datang dari seberang yakni tanah Jawadwipa, membawa pesan gurunya Eyang Dewandana yang bermukim di puncak Gunung Halimun, gurunya mengundangku ke tanah Jawadwipa karena ada sebuah masalah besar yang akan terjadi di sana," jelas Birawa kepada Suprana. "Ada masalah apa yang akan terjadi di sana?" tanya Suprana lagi. "Entahlah Paman, yang pasti kita di sini mempunyai masalah yang lebih besar untuk si selesaikan, mari kita lanjutkan perjalanan kita paman. Birawa berkata kepada Suprana. Tanpa menunggu jawaban dadi laki-laki yang dia panggil paman, Birawa segera berjalan mendahului, dengan cara menyusuri jalan setapak yang biasa dilalui oleh pedagang itu. Melihat Birawa sudah berjalan membuat Suprana berlari mengi
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status