All Chapters of TAPAK MALAIKAT: Chapter 31 - Chapter 40
43 Chapters
Siasat Birawa
"Ayahanda, menurut pendapatku kita memang tidak bisa gegabah melakukan tindakan, namun untuk menyelidiki kekuatan mereka kita bisa melepaskan banyak mata-mata ke seluruh Kerajaan Bandar Agung," jelas Birawa dwngan takzim. "Baiklah usulmu sangat bagus, namun kita perlu mendidik banyak mata-mata untuk di lepas di sana," jawab Raja Abimanyu. "Yang Mulia Raja, kalau di izinkan biarlah hamba melakukan Darma Bakti hamba, untuk pertama kalinya setelahn keluar daei kungkungan yang menyiksa hamba selama ini." Kali ini Suprana yang berkata dengan takzim. "Baiklah, Dimas aku perkenankan untuk melakukan tugas ini, silakan pilih orang-orang kita yang akan melaksanakan tugas ini," jawab Raja Abimanyu sembari matanya menatap tajam ke arah Suprana. "Baiklah Ayahanda, dan Mamanda sekalian kalau sudah bulat aku mohon izin untuk beristirahat karena badanku rasanya sangat lelah," ujar Birawa melihat usulannya diterima. "Baiklah Ananda, tentu saja badan nanda perl
Read more
Kegelisahan Raja Arya
Balairung Kerajaan Bandar terlihat kesibukan, beberapa pejabat penting Istana dan penguasa wilayah nampak berkumpul. Begitu Raja Arya memasuki ruang yang memang disediakan khusus untuk pertemuan itu semua kwpala yang sudah hadir di tempat pertemuan menunduk hormat. Raja Arya setelah duduk sebentar di kursinya yang ada di tengah ruangan langsung berdiri menatap berkeliling. "Terima kasih atas kehadiran kalian semuanya, mungkin kalian masih lelah setelah melakukan perjalanan namun pertemuan ini harus segera di lakukan, mengingat mungkin kalian sudah mendengar apa yang terjasi di Kadipaten Derwana, keributan yang ada di sana bersama kaburnya seorang tahanan penting dari penjarah bawah tanah aku yakin semua itu ada campur tangan dari Raja Abimanyu yang sampai sekarang belum berhasil kita tangkap." Raja Arya membukak pertemuan dengan wajah tegang. "Daulat Yang Mulia Raja, hamba juga berpikir demikian kejadian di sana sangat rapih yang menyebabkan berapa or
Read more
Laporan Mata-Mata
"Ada apa sebenarnya paman?" tanya Birawa semakin penasaran melihat reaksi yang di tunjukkan Jayanegara dan Suprana. "Begini Den, berdasarkan informasi dari mata-mata yang kita dapatkan jika Raja Arya sudah menyiagakan pasukannya, ditambah mereka melepas banyak mata-mata ke seantero penjuru Kerajaan Bandar Agung." Setelah didesak akhirnya Suprana berkata dengan nada khawatir. "Apa yang harus kita lakukan sekarang, Den?" Kali ini Jayanegara yang berkata. Birawa menatap kedua orang yang setia kepada orang tuanya itu yakni Raja Abimanyu, Birawa yang tahu kegelisahan kedua orang tua itu menarik napas panjang berapa kali. "Bagaimana perbandingan pasukan kita di banding dengan mereka paman?" tanya Birawa kemudian. "Kalau kita adakan konprintasi secara langsung sudah pasti pasukan kita akan kalah, sebab kita hanya memiliki 1000 pasukan sementara mereka lebih dari 10 ribu pasukan, dengan perbandingan seperti itu dapat dipastikan pasukan kita akan sanga
Read more
Strategi Mengepung Ular
"Ada apa Den?" tanya Suprana berbarengan dengan Jayanegara. "Paman aku sudah melihat keseluruhan peta ini, aku menyimpulkan ada berapa kemungkinan yang bisa kita ambil, namun selumnya apakah semua prajurit yang kita punya bisa dikumpulkan besok pagi mengingat kita tidak mempunyai banyak waktu lagi?" tanya Birawa kepada Jayanegara dan Suprana dengan tatapan mata tajam. "Bisa, besok pagi kami pastikan semua prajurit kita akan berkumpul untuk menerima rencana," sambut Suprana dengan mantap. "Baiklah Paman, perintahkan semua mata-mata kita menyebar dan membuat kekacauan di mana saja mereka berada, kemudian bagi prajurit kita beberapa bagian suruh bergerak diam-diam esok malam sementara itu sisakan sebagiannya sekitar dua ratus orang prajurit untuk pergi bersamaku dengan cara menyamar dan berkumpul di ibukota Kerajaan, perintahkan prajurit yang tersebar mulai menimbulkan kekacauan besok paginya di setiap kadipaten yang dimiliki oleh Kerajaan Bandar Agung dan ingat
Read more
Api Kehancuran Di Langit Bandar Agung
Mendengar suara di luar bangunan itu dengan cepat dan lincah Suprana bersama Jayanegara segera melesat keluar menuju sumber suara. Ketika masuk ke dalam mereka mengapit satu orang yang tadi menginjak ranting yang mereka dengar. "Siapa dia Paman?" tanya Birawa melihat orang yang baru datang. "Dia mata-mata kita yang datang melaporkan apa yang dia lihat," jawab Jayanegara dengan cepat. "Baiklah apa yang kamu lihat daei tugasmu prajurit?" tanya Raja Abimayu mendahului. "Raja Arya melepas banyak mata-mata menuju pelosik negeri, bersama dengan beberapa prajurit juga disebar untuk berjaga-jaga," lapor orang itu dengan khidmat. "Baiklah, sekarang kamu istirahan karena tubuhmu pasti lelah setelah melakukan perjalanan, besok kamu bergabung dengan salah satu kelompok kita mengingat kamu pasti menguasai medan yang akan di hadapi," jawab Birawa sambil tersenyum ke arah Prajurit itu. "Terimakasih Pangeran, satu hal lagi setiap prajurit yang
Read more
Melawan Raja Arya
Beberapa pasukan penjaga Kerajaan Bandar Agung yang tidak menyangka akan mendapat penyergapan menjadi kalang kabut, suasana istana yang longkar dari penjagaan membuat pasukan yang di pimpin oleh Birawa bersama Jayanegara dan Suprana dalam waktu cepat dapat menguasai istana. "Paman Jayanegara dan Suprana, sebaiknya kita berpencar karena Raja Arya belum dapat kita temukan, tapi aku yakin dia belum pergi jauh dari istana!" Birawa berkata setengah berteriak kepada Jayanegara dan Suprana. "Baik Raden!" teriak Jayanegara dan Suprana berbarengan sembari meloncat dari sana. Setelah perginya Jayanegara dan Suprana dengan cepat Birawa berlari kebelakang istana, di pojokan belakang ke arah istal kuda Birawa melihat Arya berusaha meloloskan salah satu kuda di dalam kandangnya. "Arya, sekarang kamu lebih baik menyerah biar aku bisa membunuhmu tanpa rasa sakit!" bentak Birawa kepada Arya dengan suara menggelegar. Raja Arya yang panik dan kaget merasa tidak
Read more
Raja Arya Tumbang
Arya meloncat mundur sejauh dua tindak, dia tidak menyangka sama sekali ketika menjatuhkan dirinya ke tanah tangan Birawa yang sudah di lumuri ajian Tapak Malaikat langsung memukul pedangnya membuat pedang Arya patah di tiga bagian. Tak hanya itu kalau tadi Arya tidak segera meloncat mundur bukan hanya pedangnya yang patah namun dadanya juga akan menjadi makanan tangan Birawa. Tubuh Arya tersandar di kandang kuda dengan muka pucat, sementara Birawa setelah memukul patah pedang di tangan lawan langsung meloncat bangkit. Birawa menatap tajam kearah Arya dengan mulut menyeringai senyuman mengejek, langsung mengangkat tangan menunjuk tepat ke arah hidung Arya. "Hari ini aku akan pastikan nyawa busuk di tubuhmu akan minggat!" hardik Birawa dengan galak. "Jangan bermimpi kau bisa membunuhku Birawa, tadi hanya kebetulan saja, kau tidak akan mampu membunuhku," dengus Arya dengan sombong sambil berusaha bangkit. Begitu bangkit dengan cepat Arya
Read more
Mentari Baru
agi hati ketika matahari menyinari mayapada rakyat berbondong-bondong mendatangi istanah, mereka bergerombol menyambut kedatangan Raja Ambimayu yang merupakan raja yang mereka cintai namun harus menyingkir karena penghianatan Arya.Rakyat bersorak-sorai menyambut raja yang sudah hampir sepuh tersebut bersama keluarganya yang setelag sekian lama meninggalkan istanah akhirnya kembali.Matahari baru telah terbit di atas Istanah Kerajaan Bandar Agung, harapan rakyat terpancar melalui sinarnya yang terang."Selamat datang kembali di istanah, Yang Mulia." Suprana bersama Jayanegara menunduk takzim menunggu Raja Abimanyu di tangga istanah."Terima kasih, kita tidak bisa terlalu lama berdiam diri sebab rakyat di luar menunggu dengan harapan besar pada kita, kita harus mulai melakukan pembenahan," jawab Raja Abimanyi kepada dua orang abdi setianya.Mereka mengikuti langkah Eaja Abimanyu memasuki istanah yang selama ini telah dia tinggalkan.Sementara
Read more
Gerimis Selat Sunda
Matahari baru saja menampakkan sinarnya dari peraduan, di tengah cahaya mentari pagi itu terlihat satu sosok berlari cepat menuju ke tempat kapal-kapal yang biasa berlabuh di Selat Sunda.Sosok itu tak lain merupakan Birawa, setelah berpamitan dengan Ayahnya dan rakyat kerajaan, dengan cepat Birawa langsung melanjutkan perjalananya menuju Selat Sunda, untuk mencari tumpangan penyebrangan menuju Jawadwipa."Paman, apakah ada kapal yang bisa di tumpangi untuk menyeberang?" tanya Birawa kepada seorang di sampingnya, ketika dia sedang duduk disalah satu warung makan, menunggu kapal yang akan menyeberang."Ada Kisanak, tapi mungkin agak siang, hari ini biasanya Juragan Jatmika akan membawa barang dagangannya ke negeri seberang," jawab lelaki pemilik warung yang berumur sekitar empat puluh tahun itu dengan ramah."Apakah Paman, bisa mencarikanku tumpangan?" tanya Birawa sambil meletakkan berapa keping koin di hadapan lelaki itu."Sepertinya kamu bukan be
Read more
Peratarungan Atas Laut
Birawa yang merasa tidak punya pilihan lain, selain membantu mempertahankan kapal yang dia tumpangi.Dengan gerakan ringan segera melesatkan badannya, untuk menyongsong anak buah dari bajak laut.Sekali melompat Birawa melewati berapa orang anak buah Juragan Jatmika, pedang di tangannya benar-benar menjadi pedang maut.Kemana pedang dia ayunkan selalu memakan tumbal dari bajak laut, melihat Birawa sudah lebih dahulu mengamuk, hal ini menambah semangat dari anak buah Juragan Jatmika."Serang...!" teriak menggelegar dari orang yang tadi memberikan pedang pada Birawa, mengobarkan semangat anak buahnya.Orang itu tiada henti berdecak kagum pada Birawa, walaupun awalnya semangatnya sempat kendor. Namun melihat apa yang Birawa tunjukkan membuatnya menjadi punya harapan lagi.Bukan tanpa alasan anak buah Juragan Jatmika turun semangatnya melihat Bajak Laut Suryo Menggolo, karena reputasi para bajak laut itu tidak diragukan, sudah banyak selama ini
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status