Semua Bab BENALU: Bab 21 - Bab 30
149 Bab
Bab 21
POV Ibu “Dewi!!!” teriakku panik dengan menggedor-gedor rumah Dewi. Angga tiba-tiba pingsan. Aku nggak tau lagi mau minta tolong ke siapa.  “Bu, bisa nggak datang ke rumah orang itu salam dulu? Yang sopan gitu?” sahut Bu Tika setelah membuka pintu. Kenapa harus dia yang buka pintu.  “Ada apa, Ma?” tanya Pak Heru ikut keluar. “Ibunya Angga ini lo, Pa? Datang teriak-teriak,” jawabnya.  “Masuk dulu, Bu!” Pak Heru mempersilahkanku. Kami masuk dan duduk di sofa. Harusnya memang kayak gitu, orang tua bertamu, bukannya di suruh masuk, malah di cerocosin. “Ada apa, Bu, kesini?” tanya Pak Angga terdengar sopan dan berwibawa. “Gini, Pak Heru. Saya nggak tahu mau minta tolong ke siapa lagi, Angga pingsan.” Jawabku dengan nada cemas. 
Baca selengkapnya
Bab 22
“Dek, maafin Mas! Mas Janji akan menjadi suami yang kamu inginkan!” ucap Mas Angga serius, menatap mataku lekat. Bola mata itu memancarkan cinta. Masih terlihat besar cinta itu untukku. “Maaf, Mas! Terlalu sakit kamu menggores hatiku,” jawabku setelah terdiam cukup lama. Bola mata itu memancarkan kekecewaan. Dia menunduk, meraih kedua tanganku. “Kasih kesempatan sekali lagi untuk membuktikan ucapan Mas!” ucapnya, semakin memegang erat tanganku. “Sekali lagi maafkan aku!” ku tarik pelan genggaman tangannya, tapi percuma. Genggaman tangan itu semakin erat. “Apa karena Ibu?” tanyanya lirih. Membuat hatiku berdenyut. Takku jawab, memilih membisu. “Kalau memang karena Ibu, Mas akan antar ibu pulang kampung.” Ucapnya lagi.  “Bukan hanya karena itu,” sahutku.  
Baca selengkapnya
Bab 23
“Handoko?” sebut Om Heru kepada laki-laki yang main dorong pintu dengan Ibu. Seketika laki-laki itu menoleh. Menyipitkan mata, seakan mencoba mengingat. Karena lelaki itu melepaskan pintunya, kesempatan ibu untuk menutupnya. Kami berada di teras tanpa di persilahkan masuk. “Heru?” sebut lelaki itu. Mereka menyeringai seakan tak percaya. Jabat tangan dan berpelukkan khas laki-laki. Aku dan Tante Tika saling melongo. Siapa? Ada ikatan apa dengan ibu? “Lama kita tak bertemu, apa kabar?” tanya lelaki itu. Dengan menepuk-nepuk pundak Om Heru. “Kabar baik, oh ya, kenalkan ini istri dan keponakan saya!” jawab Om Heru seraya mengenalkan kami. “Handoko. Teman SMA Heru,” ucap lelaki itu mengenalkan diri, menjabat tangan kami bergantian. “Tika.” “Dewi.” Jawab kami be
Baca selengkapnya
Bab 24
Benalu part 24 “Pergi!!! Jangan ganggu hidupku lagi!!” “Tenang Intan, aku bisa jelasin!” “Pergii!!! Nggak ada yang perlu di jelasin!!!” “Minta waktunya sedikit saja.” “Nggak!!! Pergi!!!” Betapa kagetnya kami semua, melihat tingkah Ibu teriak-teriak histeris, dengan melayangkan piring seng bertubi-tubi ke arah Pak Handoko. Pak Handoko hanya bisa menangkal dengan tangannya, sebisanya.  “Tenang, Bu!! Tenang!!” Mas Angga berusaha memeluk ibunya, menenangkan.  “Ibunya Angga kesurupan, Pa?” bisik Tante Tika ke Om Heru. Tapi aku masih mendengarnya. “Husstt! Jangan asal ngomong, nanti kalau Bu Intan denger, piring seng nya melayang ke kita!” jawab Om Heru yang juga berbisik. &ldqu
Baca selengkapnya
Bab 25
“Ada apa, Tante?” teriakku penasaran menghampiri suara teriakan Tante Tika. Begitu juga dengan Om Heru.  “Iya, ada apa, sih, Ma?” tanya Om Heru juga. “Ini loo, ada kecoak, jijik,” jawabnya sambil mengelus lehernya geli. “Mama ini, ngagetin aja, kirain siapa gitu yang dateng?!” ucap Om Heru. Tante Tika hanya nyengir saja. “Iya, Tante ini ngagetin saja!” sahutku juga. “Maaf, habis buka pintu kejutuhan kecoak, reflek teriak,” jawab Tante Tika. “Eh, Rama?” sapa Om Heru. “Om, Tante!” balas Rama menjabat tangan mereka bergantian. Dengan senyum termanisnya. “Masuk, Ram!” suruh Om Heru. Rama mengangguk dan masuk ke dalam rumah. Mengerlingkan sebelah matanya saat melirikku. Ganjen banget udah punya anak istri juga.
Baca selengkapnya
Bab 25
Dengan mengendarai motor, aku di bonceng Rama. Aku tak bisa menolak keinginannya. Entahlah, niat hati ingin menjauhinya, tapi justru semakin dekat. “Dewi, mau nggak nemuin anakku, Mila?” pinta Rama tadi. Kulipatkan keningku, mencoba memahami. “Aku nemui Mila?” tanyaku mengulang kata itu. “Iya, mau kan?” jawabnya seraya bertanya lagi. “Kenapa?” tanyaku penasaran. “Tadi aku di telpon Bi Yuli ART ku, Mila rewel aja,” sahutnya. “Ibunya kemana?” tanyaku balik. Sungguh membuatku penasaran. “Mila tak akrab dengan ibunya,” jawabnya. Membuatku semakin bingung. “Kok bisa?” tanyaku lagi. “Dia ingin ketemu kamu,” jawabnya asal. Membuatku semakin bingung. Kok bisa? “Aku nggak n
Baca selengkapnya
Bab 27
“Bi Yuli, tolong bawa Rizka ke kamarnya!” perintah Rama sedikit berteriak.  “Baik, Mas.” Sahut Bi Yuli. Tak berselang lama Bi Yuli menggandeng wanita kusut itu. Hati berdebar melihat sorot matanya yang kosong. Wajahnya cantiknya terlihat sangat berduka. Dia nurut saja digandeng Bi Yuli, menuju kamarnya. “Ram ...” “Iya?” “Itu Mamanya Mila? Wajahnya mirip Mila.” Tanyaku penasaran. Rama menghela nafas. Menggaruk kepalanya cengar cengir.  “Nanti, ya, aku jelasin. Jangan di sini.” Jawabnya, melirikku. “Kenapa? Kamu takut anak istrimu denger?” cercaku. Karena memang merasa aneh. Kenapa harus ngajak keluar? Kenapa tak mau menceritakan di rumahnya saja? “Nanti aku jelasin, ya, sabar!”
Baca selengkapnya
Bab 28
POV Angga Kedatangan Pak Handoko membuatku semakin bingung dengan tingkah ibu. Ibu nampak sangat membencinya. Sampai segitunya ibu kalap. Melempar apapun yang ada di sekitarnya. Ada cerita apa mereka di masa lalu?  Tapi ada baiknya juga dengan hadirnya Pak Handoko. Beliau memberiku pekerjaan. Tentu di luar sepengetahuan ibu. Tapi beliau juga belum menjelaskan apapun padaku. Aku harus mencari tahu. Siapa sebenarnya Pak Handoko? “Oe, Mak Angga!!!” teriakan suara membuyarkan lamunanku. Kayaknya suara Mak Wesi. Apa dia mau menanyakan hutangnya lagi. Sudah tujuh hari kah? Cepat sekali. Aku beranjak, melangkah menghampiri pintu dengan hati yang tak menentu. “Eh, Mak Wesi. Masuk, Mak!” aku mempersilahkan basa basi. “Nggak perlu!” jawabnya singkat. Membuatku mengatur irama detak jantung yang kian tak berirama. “Ini mau b
Baca selengkapnya
Bab 29
POV Angga Ucapan Pak Handoko kemarin sangat mengganggu fikiranku. Aku harus bicara sama ibu. untuk mengetahui semua kebenarannya. Kuberanjak dari kasurku, melangkah menemui ibu. Ternyata ibu ada di ruang tamu. “Bu.” Sapaku. “Iya.” Jawabnya tanpa memandangku. “Boleh tanya sesuatu?” ucapku pelan. Kemudian Ibu memandangku. “Soal Handoko?” tebak ibu, membuatku gelagapan. Aku hanya bisa menjawab dengan anggukkan. “Ibu sebenarnya kecewa sama kamu, Ga. Kenapa kamu mau mendengarkan penjelasannya!” ucap ibu lagi. membuatku merasa bersalah. Karena semenjak ketemu Pak Handoko ibu selalu bilang, jangan percaya apapun yang akan dia sampaikan. Tapi nyatanya hati kecilku mempercayai ucapannya. “Maaf, Bu. Tapi Angga penasaran,” jawabku memandang ibu. wajah ibu nampak kusut setelah be
Baca selengkapnya
Bab 30
Benalu part 30 Hari ini hidupku terasa kacau, belum sempat hilang rasa penasaranku tentang sosok Rizka, kini di tambah dengan kehadiran Mas Angga. Mas Angga datang dengan tujuan ingin rujuk. Hati ingin memaafkan tapi kuurungkan dengan hadirnya ibu yang kayak jailangkung. Semakin naik darah tinggiku dengan ibu membahas harta goni gini. Nggak tahu malu? Apa memang nggak punya malu? “Benar yang di katakan Angga, Intan! Kamu tak bisa menghukumnya dengan ke egoisanmu,” tiba-tiba terdengar suara Pak Handoko, yang berada tepat di belakang Ibu. Semua mata mengarah padanya.  “Maafkan saya Heru, datang ke sini tiba-tiba. Niatnya mau ke rumah kontrakannya Intan, tapi melihat gelagat mencurigakan, akhirnya saya memutuskan mengikutinya,” ucap Pak Handoko lagi. “Owh, ya, masuk dulu!” Om Heru tampak salah tingkah.  “Nggak perlu!!! saya nggak a
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status