All Chapters of It's Me, Your Wife: Chapter 41 - Chapter 50
96 Chapters
Keputusan Aditya, Amarah Abraham
  "Siapa kau?" Aditya tidak mengenal suara itu. Suara itu bukan suara Papa atau calon mertuanya. Suara yang baru kali ini ia dengar.   "Untuk apa kau tahu siapa aku? Jawab saja pertanyaanku!" Suara dingin itu mengintimidasi Aditya.       Aditya bergeming. Otaknya berputar mencari ingatan terkait suara yang sedang ia dengar saat ini. "Aku tidak mengenalmu dan tidak pula memiliki urusan denganmu. Sebaiknya urus urusanmu sendiri, jangan mencoba mencampuri urusan orang lain!" Aditya mengakhiri panggilan itu dan memblokir nomor yang baru saja menghubunginya.   Tak sampai sepuluh menit, ponselnya kembali berdering. Aditya segera menekan tombol hijau dan menjawab panggilan itu.    "Apakah kau sudah bosan hidup? Mengapa tidak kau jawab saja pertanyaanku tadi?" Suara dingin yang sama, kembali terdengar di telinga Aditya.    "Aku tidak punya urusan den
Read more
Amarah Abraham
  Abraham membanting berkas yang ada di tangannya. Ia sudah menaruh curiga pada Aditya sejak kedatangan Alleya ke kediamannya, hanya untuk menyerahkan berkas yang seharusnya dibawa Aditya kembali ke hadapannya. Berkas-berkas itu adalah hasil jepretan intel swasta yang ia sewa, untuk membuntuti Aditya.    Pria yang sudah tampak lelah itu, duduk terhenyak setelah melihat foto-foto itu. Wanita yang sama. Aditya kembali berhubungan dengan wanita yang dulu telah menghasut Aditya, hingga hubungan Abraham dengan putra tunggalnya itu, tidak pernah harmonis selama bertahun-tahun.        Haruskah wanita itu ia culik agar tidak lagi mengganggu kehidupan putranya, mengganggu hubungan bapak-anak yang sudah mulai membaik karena bantuan Alleya, calon menantunya?    Masih ada satu amplop yang masih terbungkus rapi, yang sama sekali belum ia buka. Abraham menyobek paksa amplop itu, dan mengeluarkan s
Read more
Resiko Aditya
  Abraham melangkah cepat meninggalkan Rudy yang berusaha mengejarnya di belakang. Tekadnya sudah bulat. Ia akan menyeret putranya ke kediaman Rudy. Anak itu harus diberi palajaran. Seenak perutnya sendiri meninggalkan Alleya tanpa memikirkan masalah yang akan timbul di belakang.    Mobil Abraham melaju meninggalkan halaman kediaman calon besannya, menuju kediaman pribadinya. Ia akan meminta bantuan Lisa untuk menghubungi Aditya. Sampai kapan wanita rubah itu mengganggu kehidupan putranya. Ia harus mencari tahu latar belakang Nara. Jika kedua orang tuanya bergerak di usaha yang sama dengan dirinya, maka Abraham tidak akan segan membuat perhitungan dengan mereka. Ada banyak pria tampan d muka bumi ini, tapi mengapa justru anaknya yang dipilih untuk dijadikan boneka si Rubah Culas itu. Abraham berulang kali memukul stir kemudinya.        Mobil hybrid Abraham perlahan memasuki pelataran luas kediamannya. Tampak&
Read more
Bantu Aku
  Aditya segera turun dari dari mobilnya, dan melangkah cepat begitu melihat gerbang tinggi kediaman orang tua Alleya terbuka dan sebuah motor matic berjalan ke luar. Aditya langsung menghadang motor itu. Ia menduga pengendara motor itu pasti Alleya, dan tebakannya tidak meleset.   "Untuk apa kau kemari?" suara Alleya terdengar begitu sinis di telinganya.    "Ikut aku sebentar. Aku ingin berbicara padamu. Sebentar saja." Aditya memaksa Alleya turun dari motornya dan meminggirkan motornya.   "Tidak mau. Aku sudah tidak punya urusan lagi denganmu. Aku sudah mengabulkan permintaanmu, jadi tolong jangan lagi menggangguku." Alleya mengatakan penolakannya tanpa sedikiti pun melihat ke arah Aditya.     "Al... Kakak mohon, bantu Kakak kali ini saja. Bantu Kakak menjelaskan keputusan Kakak ini kepada orang tua Kakak." Aditya terus memohon pada Alleya. Aditya meminta agar Alleya mem
Read more
Surat Pengunduran Diri?
  Rudy hanya menggelengkan kepalanya. "Papa juga tidak tahu. Maksud Papa, Aditya itu tipikal orang yang tidak gampang mempercayai suatu kejadian atau perkataan orang kecuali dia melihat sendiri kejadian itu atau menemukan bukti valid, yang mendukung cerita atau kabar yang dia dengar."   "Maklumlah, Ma. Pengacara. Selain insting, mereka juga sangat mendasarkan segala sesuatu pada bukti yang valid."            "Mama jadi penasaran, seperti apa wanita yang sudah membangunkan macan tidur Abraham?"   "Ya, yang jelas dia pasti cantiklah, Ma. Papa juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Aditya. Anakmu itu saja yang terlalu nyeleneh. Yang wajahnya jelek dan pas-pas an saja rela mengeluarkan uang sekian puluh juta biar bisa keliatan cantik, atau paling tidak lebih putih dari aslinya. Nah, anakmu itu..malah pilih jadi gadis buruk rupa. Ya jelas kalahlah sama yang begitu itu."  
Read more
Gara-gara William
  Surat pengunduran diri? Aditya tercenung mendengar kabar dari sekretarisnya.    *Pak, segera datang ke kantor. Banyak klien yang menanyakan kapan mereka dapat memulai konsultasi mereka.   "Aku ke kantor sekarang." Aditya menutup telpon dan beranjak berdiri. "Kau pulang sendiri. Aku harus segera kembali ke kantor sekarang."    Aditya melangkah cepat meninggalkan Nara sendiri, yang masih belum sadar apa yang baru saja dikatakan oleh Aditya. Mesin mobil Aditya menderu, dan melaju meninggalkan parkiran mall yang hampir setengah hari dijelajahi Aditya dan Nara.           William. Senior musuh bebuyutan Aditya. Pria berkepala hampir plontos itu sudah begitu menaruh rasa dengki  sejak kedatangan Aditya di kantor advokasi itu. Akhirnya, pria berbadan besar itu,  menemukan celah yang bisa digunakan untuk menjegal dan mengusir Aditya dari kantor advok
Read more
Aku Sibuk!
  Sudah hampir satu minggu Aditya dan Erlin lembur menyelesaikan satu per satu pekerjaan yang menumpuk di meja kerjanya. Kasus demi kasus ia selesaikan secara bertahap. Apabila dimungkinkan penyelesaian secara kekeluargaan lebih Aditya utamakan daripada jalur hukum, karena jika sudah masuk ranah hukum maka proses yang harus di lalui akan sangat panjang dan cukup melelahkan. Tentunya, biaya yang dikeluarkan juga  tidak sedikit.   Kebetulan hari ini, hari sabtu. Aditya datang  ke kantornya hanya untuk mengambil beberapa berkas, yang akan ia perlukan untuk berdiskusi dengan kliennya. Jam menunjukkan pukul delapan pagi, sedangkan meeting dengan sang klien baru akan dilakukan dua jam lagi. Sisa waktu yang masih dua jam, digunakan Aditya untuk berjalan-jalan sebentar mengitari toko buku yang tidak jauh dari tempat meetingnya nanti.      Aditya sedang membolak-balik sebuah buku yang menarik minatnya. Tiba-tiba, pund
Read more
Bukan Gadis Sembarangan
    Nara terus berusaha mengejar Aditya. Akhirnya ia  berhasil meraih tangan Aditya. Ia berusaha agar hari ini, Aditya bisa menghabiskan waktu bersamanya. Aditya terpaksa menghentikan langkahnya.   "Nara! Aku ada urusan bisnis sekarang. Pekerjaanku masih banyak yang belum aku selesaikan. Jangan menambah runyam pikiranku." Aditya akhirnya meluapkan kekesalannya selama ini. Kekesalan yang sudah lama menumpuk dan berusaha ia  pendam.    "Aku tidak sedang bersenang-senang. Aku sedang meeting bersama klienku." Aditya menatap tajam Nara yang belum juga melepaskan cekalan tangannya pada telapak tangan Aditya. Ia benar-benar tidak habis pikir, mengapa Nara selalu saja mengganggu waktu kerjanya. Bukannya tambah pengertian tetapi gadis itu semakin menjadi-jadi, menghabiskan waktu produktif Aditya, hanya untuk sekedar jalan-jalan.    "Ma-aaf, tapi aku kangen." Nara akhirnya melepaskan c
Read more
Pria Brengsek
  Bima mengalihkan pandangannya, mengikuti kedua orang yang baru saja selesai memesan martabak. Pasangan itu duduk tidak  jauh dari tempat Bima dan Alleya duduk menikmati martabak mereka, tepat dua deret sebelah kanan di depan mereka. Bima diam, memilih untuk tidak memberi tahu adiknya tentang kehadiran pria yang sedang mereka bicarakan.   Lewat sudut matanya, Bima terus saja mengikuti gerak-gerik kedua orang itu. Bima memusatkan perhatiannya pada si gaids. Rambut yang diikat ala ekor kuda, mengekspos leher putih yang jenjang,  dihiasi seuntai kalung emas yang berselang seling dengan mutiara berwarna putih. Rok sepanjang mata kaki dengan atasan sebuah hoodie berwarna kuning kunyit, membungkus tubuh tinggi semampai khas seorang foto model. Bima terus saja mengamati pasangan itu.    Kini perhatiannya beralih ke sosok pria yang duduk tepat di samping gadis itu. Sebagai sesama pria, Bima juga mengagumi sosok Aditya ya
Read more
Baku Hantam
  Ryan menarik sebuah kursi di samping Bima. " Pria brengsek? Apa aku sudah melewatkan sesuatu?" Pria berpotongan seperti Tom Cruise itu, menyeruput teh hangat yang baru saja diminum Bima.   "Bang, Teh panas satu lagi ya?!" Ryan memesan lagi satu teh panas kepada pelayan yang baru saja mengantarkan pesanan ke meja di samping kanan mereka. Setelah pelayan itu mengangguk menerima pesanan Ryan dan meninggalkan mereka, Ryan menatap kakak dan adiknya secara bergantian.   "Apa dia bikin ulah lagi?" Ryan menatap lekat Alleya. Yang ditanya malah mendesah panjang.    "Ulah? Ulah yang mana? Kak Bima aja yang nggak bisa menahan emosi." Alleya menyeruput teh panasnya yang kini sudah berangsur hangat.    "Sudahlah, Al. Laki-laki seperti tidak usah kamu lindungi. Percuma, nggak ada untungnya sama sekali." Bima tidak percaya jika adiknya justru memihak pria brengsek itu.  
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status