Semua Bab PERTAMA UNTUK NAIMA: Bab 61 - Bab 70
208 Bab
Chapt 60. Sebuah Kejujuran
Naima terpekur dalam diam, masih menatap netra yang sedikit menggelap karena amarah terpendam. Apakah statusnya memang benar-benar layaknya istri dengan nikah negara? Naima masih bingung soal hal itu. Yang dia pikir hanyalah tidak ingin berbuat zina, itu saja. "Maaf Yang, aku salah. Memang saat itu aku hampir dicelakai. Namun aku berhasil membela diri, aku bukan tidak ingin memberi tahu.” sanggah Naima. “Babe, aku tahu kamu tidak ingin membuatku khawatir. Tapi aku merasa menjadi orang yang tak berguna saat mendengar dari orang lain,” tutur Albe pilu. “Bagaimana aku bisa memberitahumu, Yang. Ponselku hancur saat itu. Tentu saja aku harus menunggu siang hari, hingga toko buka. Aku juga panik dan ingin mempunyai sandaran saat itu, aku ingin kamu memelukku atau sekedar menenangkanku. Dan mengatakan semua baik-saja,” ujar Naima mengerucutkan bibirnya sambil memilin selimut. “Kamu bisa memberitahuku saat kamu meneleponku siang itu!” suara bariton Albe sedikit meninggi. Naima tersenyum
Baca selengkapnya
Chapt 61. Pembuktian
Permintaan Naima laksana titah, lelaki tinggi tegap itu dengan senang hati menyetujui. Di tuduh menyembunyikan benda yang sudah lama tak pernah menjadi teman atau simpanan yang selalu ada di dompetnya. Semenjak mengenal Naima, Albe sudah tidak melakukan kencal rendom. Atau ONS, entah, keinginan itu seperti menguap. Dan itu artinya, dia sudah berpuasa cukup lama. Sebagai langkah awal melakukan yang sang istri pinta. Ia sandarkan ponselnya pada benda di tengah meja. berdiri menggeser kursi yang ia duduki kesamping. Albe melepaskan mantelnya dan merogoh semua kantong, menunjukan pada istri yang sedang mengamati dengan memiringkan kepalanya dan menopangkan dagu. Albe tersenyum, menscreenshot wajah imut Naima. “Suitnya, Yang,” titah Naima tidak sabaran. “Wait, Baby.” Albe berbalik, meraba dua kantong belakang celana bahannya. Melihat itu Naima bersiul menggoda, membuat Albe tertawa. “Akan kutunjukkan nanti padamu, Baby.” Albe mengerling dan memberikan tanda kecupan. Naima mencebikk
Baca selengkapnya
Chapt 62. Sebuah Kejutan
Mungkin benar kata Jaka dan Viran, setiap kali Naima berada di luar Cafe seperti ada sepasang mata yang mengawasinya. Naima tetap waspada, melakukan apa yang mereka berdua katakan, Naima menggenggam semprotan cabe di saku jaketnya. Juga menggunakan masker. Menurut adalah jalan satu-satunya saat ini. Naima menggunakan taksi online untuk pulang, karena lebih aman. Ia akan diturunkan di lobby apartemen, jadi kecil kemungkinan sang penguntit mengikuti sampai gedung. Naima tiba mampir tengah malam, setelah sampai di dalam rumah barulah ia merasa tenang. Hampir dua minggu Naima menggunakan taksi online. Dua minggu itu ia harus menunjukan screenshot pengemudi yang mengantarkan pada Viran entah itu berangkat atau pun pulang. Se-paranoid itu mereka terhadap keselamatannya. Musuh seperti apa yang Albe punya? Naima ingin tahu, namun ia takut suaminya akan marah. Membersihkan badan dengan cepat, malam ini ia mengenakan celana tidur pendek dan kaos yang agak kebesaran. Hari ini Naima b
Baca selengkapnya
Chapt 63. Pertama Untuk Naima
Naima membalas tatapan Albe yang menghunus kedalam jantungnya, laksana panah arjuna melesak kedalam inti jiwa, mengobarkan panas yang tak kasat mata. Kerinduan yang selama ini terpendam seperti hilang saat tangan besar dan kokoh itu mendaratkan sentuhan selembut sutra pada pipinya. Apakah ini saatnya menyerahkan semua kepada sang pemilik sesungguhnya? Naima memejamkan mata seolah mengundang Albe yang dengan pelan menyatukan bibir merah merona pria penuh pesona itu pada pada bibir merah cherrynya, mengingat kembali rasa yang sudah lama ia rindukan. Mengecap rasa manis juga halus dan lembut bibir lelaki yang berstatus suami itu. Ia telusupkan jemari pada rambut lebat dan setengah basah Albe, memijit dan menarik rangkaian surai coklat gelap itu semakin mendekat, seolah tidak ingin menjauh walau seincipun. Hasrat Albe Menggelora, membawa tangannya mengusap seluruh tubuh Naima. Masuk, mengelus kulit lembut dan hangat di bawah tangannya dari balik kaos yang gadis berkulit terang itu ken
Baca selengkapnya
Chapt 64. Masih Belum terbiasa
Suara tawa dan percakapan terdengar dari ruang keluarga, Naima enggan untuk membuka mata. Albe sungguh keterlaluan, pria berstatus suaminya itu tak melepaskannya barang sebentar saja. Berkali-kali lelaki perkasa itu menggempurna, hingga rasanya di bawah sana terasa kebas dan tidak nyaman. Kecupan dan hisapan di pundak membuat Naima terpaksa membuka mata. Berbalik dengan pelan, senyum Albe menjadi pemandangan pertama pada pagi menjelang siangnya. Naima memajukan tangannya mengusap pipi Albe dengan gemas, dengan mata masih setengah tertutup. Albe hanya terkekeh, "Ayo bangun, Baby, semua orang menunggu kita. Kita harus sarapan,” ucap Albe sembari mengecupi pipi Naima, menggigit dan mengunyahnya layaknya permen kapas. Perempuan yang masih setengah dasar itu tertawa cekikikan dengan pelan. “Bentar, Yang, masih ngantuk,“ protesnya meraih sebelah tangan Albe dan memeluk erat. Tangan yang berada di antar dua bukit hangat dan kenyal membuat Albe menahan hasrat yang perlahan muncul.
Baca selengkapnya
Chapt 65. Perasaan Yang Tertinggal
Apa yang ada di benak Naima saat tiba di depan kantor Jaka di temani Albe yang mengikutinya dari belakang, sebagian orang yang tahu tentu saja mengangguk sopan kepada sang pemberi pundi-pundi pada ATM mereka. Sementara Naima yang tidak tahu sedikit gugup, walaupun Jaka dan Albe sahabat. Naima tahu Pak Jaka pernah menyukainya dan berada di tempat yang sama dengan orang yang sudah ia pilih dan orang yang ia abaikan, tentu sajai ia seperti orang yang jahat. Mengetuk pelan pintu ruangan Jaka, Naima menatap Albe yang santai melipat tangannya di dada sambil tersenyum “Masuk!” suara sambutan dari dalam ruangan membuat Albe gegas maju kedepan dan meraih handlenya, mempersilahkan wanitanya masuk terlebih dahulu. “Eh Nai, masuk,” ucap Jaka, meletakkan penanya berdiri menyambut Naima dengan senyum mengambang. Namun senyumnya lantas memudar tatkala melihat sosok lain di belakang Naima yang juga ikut memasuki ruangan. “Woi bro! Kapan balik? Tumben gak minta jemput …”, seloroh Jaka, menyala
Baca selengkapnya
Chapt 66. Antara Albe dan Jaka
Albe tidak menanggapi yang Jaka ucapkan, ia berdiam diri. Dalam benaknya tak ada niat sedikitpun membuat Naima menangis ataupun terluka. Ia ingin wanitanya bahagia dan mendapatkan semua kenyamanan. Ia palingkan wajahnya, netranya menembus jendela kaca tebal yang menghadirkan pemandangan Cafenya, ramai seperti biasa. Tentu saja hasil jerih payahnya bersama sahabatnya ini juga untuk perempuan dengan seragam hitam dan topi hitam disana yang sedang disibukkan dengan pekerjaannya dengan semangat dan senyum yang selalu menghiasi wajah jelitanya. Katakanlah ia tega, seharusnya katakan saja sejujurnya, biarkan perempuan yang berstatus istrinya itu bergelung nyaman dalam sofa empuk sambil membaca novel kesukaannya, atau membaringkan tubuh indahnya di meja therapist ahli untuk memanjakan dan merawat tubuh. Atau seharusnya sedang berjalan dengan pakaian bermerek dengan harga fantastis, di Mall kelas wahid negeri ini menenteng paper bag di tangan kanan kirinya. Tapi tidak dengannya, Nai
Baca selengkapnya
Chapt 67. Kenyamanan Baru
“Kamu baru saja melepaskan keperawanan mu tadi malam?” tanya Blaire dengan senyum mengembang di wajah cantiknya. Naima terkejut, tidak tahu harus menjawab apa. Kegiatannya membongkar koper suaminya terhenti, melirik Blaire yang tersenyum lima jari sambil memainkan squishy. Naima tidak menanggapi hanya mengedikkan bahu. “Ya Tuhan, aku tidak mempercayainya. Betapa beruntungnya si brengsek itu,” ucap Blaire menggebu. “Kamu harus mengganti sprei mu, ada noda darah disana.” Blaire bangkit, mendekati Naima dan mengecup pipi kakak iparnya sambil berbisik, ”Aku harap kakakku hebat di ranjang hahahaha” “Blaire, ayolah ….“ Naima memutar bola matanya, Blaire hanya tertawa meninggalkan kamar. Naima berdiri, membongkar bed cover dan sprei, melihat dengan jelas noda merah yang sudah menjadi kehitaman yang lumayan lebar. Menutup mukanya dan mengusap kasar. Dia tidak teliti saat membersihkan tadi siang, apa yang dipikirkan gadis muda itu? Apakah menceritakan kepada mertuanya? Naima melepaskan
Baca selengkapnya
Chapt 68. Lovable
Geraman tertahan menandakan Albe sangat menikmati kegiatannya, Naima melenguh namun tiba-tiba terdengar suara cekikikan. Albe -mengalihkan kegiatan pada dua buah yang sekarang menjadi favoritnya. “Ada apa, Babe,” bisik Albe dengan suara serak dan iris berkilat hasrat yang masih menggelora. Naima menggeleng, “ Geli hun ... “ucapnya dengan senyum malu. Albe berdecak melanjutkan aksinya yang membuat Naima semakin terkekeh. Albe mensejajarkan wajahnya, “ Aku sudah tidak tahan, Babe, nikmati saja, okay … “ Mendaratkan pagutan untuk membungkam mulut manis istrinya. Yang benar saja, mana ada dicumbu kegelian bukan mendesah malah tertawa, hati Albe tergelitik. Albe menelusuri setiap inci tubuh tanpa busana istrinya hingga menuju lembah tandus di bawah sana, memuji dalam hati Naima mempersiapkan dengan paripurna. Menjelajah dengan jarinya, membuat sang empunya melenguh nikmat, desahan pelan namun merdu terdengar. Lembah itu perlahan basah, Albe terus menggoda dengan lidah masih menyusuri
Baca selengkapnya
Chapt 69. Kehangatan Keluarga
Chapt 69.      Selama hampir dua tahun, baru kali itu Naima merasakan kembali hangatnya kebersamaan dengan keluarga. Keluarga barunya dengan suami, walau ada sedikit ngilu yang bersarang di hati karena status pernikahan yang hanya siri, Naima tetap menikmati setiap detik kebahagiaan yang tak tahu akan bermuara kemana. Ia hanya ingin melalui semua momen yang ia jalani saat ini.    Membuat sarapan untuk orang asing yang dalam artian bukan dari negara kita mungkin akan sangat merepotkan, namun nyatanya tidak. Malah orang pribumi yang repot, membuat sarapan dengan semua rempah yang ada di dapur, segala printilan dan tetek bengeknya. Sarapan yang Naima buat cukup simple, beberapa telur yang ia pecahkan kedalam loyang persegi, ia taburi dengan lada, garam juga orega
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
21
DMCA.com Protection Status