PERTAMA UNTUK NAIMA

PERTAMA UNTUK NAIMA

Oleh:  Rezquila  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
150 Peringkat
208Bab
34.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Warning 21++!! "Al, apakah kamu benar-benar mencintaiku?”tanya Naima dengan lugas. Tentu saja membuat Albe terkekeh geli. "Aku sudah berkali-kali mengatakan padamu Nai." Albe merangkum wajah sembab Naima, memindai paras ayu tapi tidak membosankan di matanya. Gadis ini cantik yang selalu bisa membuat hatinya merontah dan bergemuruh riuh. "Aku mau menyerahkah separuh hatiku padamu Al, seperti yang kau lakukan. Aku juga menyayangimu. Tapi, aku punya satu syarat ...." ucap gadis dengan mata bening itu, menatap lekat pada iris yang membulat dan senyum yang tersumir dengan indah pada wajah lelaki tampan di hadapannya. "Nikahi aku …." lanjut Naima pelan nyaris berbisik. Naima seorang gadis yatim piatu yang merantau seoranga diri. Kebaikan hatinya dan tanpa pamrih menolong orang membuat Alberico, orang yang Naima tolong jatuh cinta. Mengejar cinta Naima dengan susah payah akhirnya bisa bersana Namun kesalah pahaman membuat mereka akhirnya terpisah. Apakah penyebab kesalah pahaman itu? Apakah mereka akan bersama kembali?

Lihat lebih banyak
PERTAMA UNTUK NAIMA Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Kiki Sulandari
Akhirnya Ajeng & Tiara tahu tentang pernikahan siri Naima & Albe
2023-06-05 23:02:37
0
user avatar
Kiki Sulandari
Berapa jumlah nominal nafkah lshir yg tertunda itu,Naima? Kepo nih....wkwkwk....
2023-06-05 22:54:10
0
user avatar
Kiki Sulandari
Jujur saja Naima Bukti sudah terungkap,tak perlu sembunyikan lagi...
2023-06-03 00:00:25
0
user avatar
Kiki Sulandari
Oops...keceplosan lagi nih Naima
2023-06-02 23:50:34
0
user avatar
Kiki Sulandari
Viran,nikahnya nanti....nunggu " si bocil" datang... Iya,'kan,Viran.............
2023-06-02 23:40:30
0
user avatar
Kiki Sulandari
Naima & Albe.....kapan kalian akan mengakui status hubungan kalian secara terbuka?
2023-06-02 23:31:22
0
user avatar
Kiki Sulandari
Albe....jujurlah....jangan berdusta lagi
2023-06-02 23:24:11
0
user avatar
Kiki Sulandari
Kalau cara Naima mengungkapkan rasa marahnya dengan cara mesra,tentunya Albe malah senang.........
2023-06-02 20:24:14
0
user avatar
Kiki Sulandari
Albe...kau harus menjelaskan semuanya pada Naima
2023-06-01 23:51:24
0
user avatar
Kiki Sulandari
Naima limbung.... Dirinya baru tahu bahwa Alberico adalah pemilik cafe tempatnya bekerja Lalu,apa yg akan Naima lakulkan?
2023-06-01 23:44:59
0
user avatar
Kiki Sulandari
Jaka tak tahu jika Albe & Naima telah menikah Dan Naima tak menyadari jika "Cafe Kita" juga milik Albe... Albe...ternyata kau banyak berahasia dengan orang disekitarmu,ya.....
2023-06-01 23:18:42
0
user avatar
Kiki Sulandari
Apa yg ingin Albe bicarakan dengan Viran di rumahnya?
2023-06-01 23:10:27
0
user avatar
Kiki Sulandari
Albe berniat melindungi semua bisnisnya Ada yg ingin menghancurkan bisnis yg dijalani Albe
2023-05-31 03:32:07
0
user avatar
Kiki Sulandari
Apa yg terjadi dengan foto & video yg diambil si penguntit? Apakah rusak?.....atau bahkan hilang?
2023-05-31 03:16:09
0
user avatar
Kiki Sulandari
Jaka,...siapa yg kau telpon? Siapa sebenarnya oknum yg telah menggabgu mereka saat ini?
2023-05-31 03:09:38
0
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 10
208 Bab
Chap 1. Merantau Sendiri, Siapa takut!!
       Naima berdiri di terminal menunggu bus yang akan membawanya ke Jakarta, gadis itu sudah membulatkan tekadnya. Dia tidak akan kembali ke kampung Almarhum orang tuanya jika belum sukses. Sebelum berangkat, Naima menyempatkan diri berziarah, meminta restu dan izin kepada kedua orang tuanya. Walau hanya lewat doa, namun Naima yakin orang tuanya akan merestui keputusan Naima.       Keluarga Naima di kampung memang baik, namun beban mereka sudah sangat berat. Apalagi pamannya hanya sebagai buruh tani. Rumah peninggalan orang tuanya masih berdiri kokoh. Akan Naima jadikan sebagai kenangan yang orang tuanya tinggalkan.        Bus yang membawa Naima perlahan meninggalkan kota kelahirannya. Naima sudah mempunyai tujuan, di zaman canggih seperti ini Naima bisa menemukan kost murah dengan cepat. Dengan sisa uang peninggalan orang tuanya, Naima akan bertahan hidup hingga dia menemukan pekerjaan.     &
Baca selengkapnya
Chapt 2. Mencari Lowongan
    Naima terbangun saat matahari sudah condong kearah barat, rasa lapar mendera perutnya. Naima segera bangun, membersihkan diri dan merapikan barang bawaan dari tas carier ke lemari kecil di pojok ruangan. Naima teringat dengan korban kecelakaan yang ia tinggalkan sendiri. Naima bergegas merapikan diri, mengambil sling bag kecil mengisinya dengan dompet dan ponsel. Naima segera memesan ojek online.    Begitu sampai di lobby rumah sakit, Naima segera berlari menuju kamar inap yang pagi tadi dia tinggalkan. Namun perawat yang berjaga sudah berganti, Naima gamang ingin langsung masuk atau menanyakan terlebih dahulu. “Mbak permisi, bapak yang di dalam sudah sadar?” Naima mencoba bertanya pada perawat jaga. “Maaf mbak  bapak yanga mana ya? Siapa nama pasiennya?” Perawat sedikit kebingungan dengan pertanyaan Naima. “Alberico kalau tidak salah” “Oh bapak Alberico, sudah meninggalkan kamar sejak 1
Baca selengkapnya
Chapt 3: Pertolongan ke dua
Albe dan Viran segera menjalankan misi mencari penolongnya. Mobil Viran menjadi trasportasi kali ini karena mobil Albe masih dalam perbaikan. “Lo naik busway aja bro, enak dari apartemen lo sekali doang.” Viran memberi saran Albe, Albe walau orang kaya namun paling benci jika harus menggunakan taxi, alasannya malas berduaaan dengan cowok. Nah ini dengan Viran bukannya cowok. “Aku pertimbangkan, aku malas mendengarkan curhatan pengemudi jika menggunakan taxi.” Viran tertawa terbahak. “Gak usah lo dengerin, pura-pura aja ngorok, pasti diem.” “Aku tidak pandai berpura-pura, tidak seperti kamu.” Albe mencibir kelakuan Viran. Namun, sang empunya hanya mendengus. “Nanti pakai kartu gue, gue ada banyak.” Albe hanya mengacungkan jempol. Tiba di jalan yang di sebutkan bapak ojek, Viran melajukan mobilnya pelan, mencari rumah dengan nomor 80. Hingga sampai ujung jalan dan sudah berganti nama jalan, mereka tidak menemukan angka 80 pada masing masing rumah. Viran memutar balikkan mobil, Kem
Baca selengkapnya
Chapt 4. Memulai hal baru
Mentari pagi mengintip dari tirai tipis berwarna merah muda, sang gadis dengan rambut terurai di bantal tipis mulai membuka dua kelopak mata dengan netra coklat gelap. Suara keramaian pagi menyadarkan dari tidurnya. melirik ke arah jam di dinding kamarnya Naima segera beranjak, mempersiapkan diri untuk kegiatan pagi ini. Seporsi nasi uduk dengan semur tahu dan bala bala sebagai menu sarapan paginya, sarapan yang murah meriah di temani segelas teh hangat. Naima bersyukur untuk nikmat yang tuhan beri, tidak perlu mewah namun mengenyangkan. Setelah selesai, Naima bergegas menjemput peruntungannya. Semoga kebrtuntungan memang memihak kepada dirinya. Suasana pagi yang padat, begitupun jalan menuju Cafe Kita, padat merayap. Sempat terbersit rasa takut jika terlambat. Naima salah memperhitungkan waktu, hari kerja berbeda dengan hari libur. Naima melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya setengah delapan sudah terlewati. Naima berdoa dalam hati pekerjaan ini masih menj
Baca selengkapnya
Chapt 5. Pertemuan
Netra yang saling mengunci dalam berpandangan, jemari tangan yang terpaut, gemuruh yang bertalu diantara Naima dan Albe tak dapat dijabarkan dengan kata. Entah apa, seperti dua insan yang menanti begitu lama untuk sebuah pertemuan. Mereka tidak saling mengenal, tidak saling tahu. Hanya takdir yang membawa mereka pada garis waktu. "Ehhemmm, " Keduanya saling canggung, melepaskan tangan dengan enggan. "Saya tak menyangka, bisa kebetulan seperti ini," ucap Albe, masih sangat shock dengan kebetulan yang dia alami. Menggigit bibir sambil berpikir, harus bagaimana membalas pertolongan gadis rupawan di hadapannya. "Saya juga, saya pikir sesuatu yang buruk akan terjadi. Maaf saya meninggalkan anda dalam keadaan belum sadar," kata Naima tak tahu harus bersikap bagaimana. Biasanya dia akan santai, namun lelaki asing di hadapannya membuat ia salah tingkah. Malu karena menolong dengan setengah-setengah. "Oh tidak apa-apa, saya baik-baik saja. Tidak perlu ada yang harus disesalkan. Saya memang
Baca selengkapnya
Chapt 6. Kecelakaan Kecil
Hidup tidak akan selalu mulus, dan berjalan sesuai dengan apa yang kita mau. Seperti halnya roda yang berputar, jika kita mengayuh dengan kekuatan penuh akan cepat naik, tapi akan cepat turun pula. Kayuhlah sesuai kemampuanmu tidak usah ngoyo atau berlebihan. Seperti pekerjaan, jika kamu melakukan dengan sungguh-sungguh niat yang baik dan ikhlas inshaallah akan berkah. Naima berjalan menyusuri trotoar menuju tempat kerjanya, hari ini pertama kali Naima merasa sangat ceroboh. Dari bangun yang sedikit lambat dari biasa, hingga tidak sempat sarapan. Juga Naima turun di satu shuttle lebih jauh dari yang seharusnya dia turun. Naima berjalan dengan langkah lebar dan terburu-buru. Rambutnya yang belum sempat dia cepol melambai-lambai seiring dengan langkah kaki yang memburu. Sabtu pagi jalanan tidak terlalu padat, IA sedikit berlari saat sudah mendekati tempatnya bekerja. Bulir-bulir keringat sebesar jagung menghiasai dahi. Naima berlari menyebrang, tapi nahas, dari arah yang s
Baca selengkapnya
Chapt 7: Kunjungan tak terduga
Membosankan, satu kata yang Naima rasakan karena seharian ini hanya merebahkan diri di kasur mungilnya. Naima melongokkan kepalanya ke tralis jendela, melihat aktivitas jalan yang sedikit ramai dengan anak kecil yang bermain dan ibu ibu yang berkumpul, bersenda gurau, sambil menikmati jajanan. Ponsel Naima bergetar, tanda video tertera disana. Naima merapikan rambut, membersihkan matanya memastikan tidak ada kotoran di kedua sudut mata hitamnya. "Hai," Naima menyapa, wajah Albe yang sepertinya sedang di dalam mobil terlihat kaca di sampingnya. Rambut lelaki itu sudah tidak sepanjang saat Albe kecelakaan, semakin terlihat tampan, eh. "Hai Nai, kamu tadi tidak kerja? Bukankah hari ini kamu masuk pagi?" sapa Albe, ia memberondong gadis itu dengan pertanyaan. "Tidak Al, aku di kostanku. Hari ini aku ijin, ada apa?" tanya Naima membenarkan posisi duduknya dengan sedikit meringis. Hal itu tidak luput dari perhatian Albe, Albe sedang berada di depan Cafe Kita sengaja tid
Baca selengkapnya
Chapt 8. Perlahan Mendekat
Perlakuan Albe terhadap Naima sore tadi membuat malam Naima menjadi tidak tenang, tidak dapat memejamkan mata dan selalu terbayang wajah pria bule yang tampan itu. Aduh, norak banget 'kan. Naima ingin menepis rasa suka pada Albe, tapi hatinya tidak dapat berbohong. Naima meraih ponselnya, mencari ikon aplikasi perpesanan melihat profil Albe yang sedang memegang barble dan memamerkan otot lengannya yang liat, darah Naima berdesir, kupu-kupu beterbangan di dalam perutnya, menimbulkan rasa asing yang nyaman. Naima melemparkan ponselnya ke ujung kasur. Mencoba menetralkan degup jatung yang menggila. 'Dasar perawan gak laku!' sungut Naima dalam hati. Hanya memandang fotonya saja membuat ia salah tingkah, sungguh murahan sekali bukan. Bunyi pesan masuk membuat Naima meraih kembali ponsel yang sempat ia lempar dan membuka kuncinya, nama orang yang sedang dia pikirkan terpampang di depan layar. Niat hati ingin meredakan jantung yang berdisko ria, kini degupannya bertambah cepat d
Baca selengkapnya
Chapt 9. Tak Terduga
Naima memandangi dua orang pria yang sedang mencari kata-kata yang tepat. Albe maju mendekati Jaka, dengan refleks Jaka memundurkan kakinya. Albe bisa sangat kejam, Jaka tidak mau menjadi sasarannya kali ini. "Hai bro, lama gak jumpa kemana saja?"Albe memeluk jaka sekilas, ketegangan di muka Jaka memudar. "Biasalah bro, lo tau cafe gue yang baru belum lama beroperasi jadi masih sibuk. Maklum patner gue lagi sibuk sama mainan barunya." Jaka melepaskan kaca mata gayanya dan menyimpan di saku kemeja. "Eh maaf, berarti gak usah Naima kenalkan lagi kan ya?" Naima menginterupsi, segera mengambil ke dapur dan membuatkan minuman untuk Jaka. "Jangan bilang kalau aku salah satu pemilik Cafe kita bro, aku ingin tahu Naima seperti apa." Albe berbisik di telingan jaka. "Lo mencurigai Naima?" Jaka membulatkan matanya tidak percaya. "Ck, kamu tahu sendiri kan. Wanita yang aku kenal mereka hanya menginginkan uangku saja, apalagi setelah tahu aku mempunyai usaha. Aku belum terlalu mengenal Naima,
Baca selengkapnya
Chapt 10. Mendekat lalu menjauh
Bukan hanya Naima, Albe pun terkejut dengan perlakuan DokterNindy. Dengan spontan Albe mendorong teman lamanya itu menjauh. Dokter Nindy terperanga dengan gerakan seduktif mantan teman kencannya itu, melihat ke belakang Albe. Ternyata Albe tidak sendir,i membuatnya sedikit gugup. Dia pikir pria itu sengaja ingin mengunjunginya setelah malam-malam panas mereka beberapa waktu lalu. "Silakan masuk!" ucap Dokter Nindy mempersilakan Naima yang masih mematung di depan pintu, sementara Albe mengusap tengkuknya merasa tidak nyaman. "Terimakasih, Dok," sahut Naima, lalu duduk di kursi yang disediakan. Albe menyusul duduk di samping Naima. "Apa kabar, Al? Dan?" sapa Dr. Nindy menggantungkan kalimatnya, ingin tahu gadis yang Albe ajak menemuinya. "Naima Dok." Naima menjawab dengan senyuman tipis menghiasi wajahnya, Dr. Nindy menilai penampilan Naima yang sederhana dan tanpa make up. Bukan selera Albe, Dr. Nindy sedikit merasa lega. "Baik Nin. Aku kesini membawa Naima. Dia baru saja mengala
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status