All Chapters of Pendekar Tengil: Chapter 311 - Chapter 320
387 Chapters
Bab 63: Indra vs Karsa (part 4)
Purwadaksa segera merentangkan telapak tangannya ke depan sebelum debu mengenai dirinya beserta istri dan anaknya, seketika itu juga debu-debu dan angin yang bergemuruh bertiup menuju ke arahnya segera terhempas ke samping seakan tidak kuasa melaju di lintasannya. Saat debu perlahan mulai memudar kini terlihat di halaman perguruan sudah ada cekungan tanah yang cukup lebar dan dalam, sementara itu Indra dan Karsa berdiri di tepiannya setelah terdorong oleh benturan ilmu kanuragan mereka.“Kau cukup hebat Indra,” puji Karsa yang berdiri dengan tenang.“Apa ini? mengapa rasanya tangan kananku mati rasa?” batin Indra sambil menatap tangan kanannya, tampak darah mulai keluar dari sela-sela kuku jarinya.“Saat menghadapi ilmu kanuragan yang tingkatannya setara, kau harus pintar-pintar menempatkan seranganmu di titik yang memungkinkan kau bisa mengungguli lawanmu. Sebab kemenangan bukan ditentukan oleh siapa yang lebih du
Read more
Bab 64: Pamit dari Perguruan Kencabuana
“Itu hal yang wajar mengingat kau berasal dari Kerajaan Panjalu, jika kau ada di sini mungkin kau bisa dengan cepat mempelajari banyak hal,” tutur Karsa.“Hihihi.. apa jadinya ya jika ajian tinju gelap aku gabungkan dengan gerakan pancalima,” ujar Indra sembari cengar cengir membayangkan dampak yang akan timbul nantinya.“Sebenarnya tidak akan mengalami banyak perubahan, hanya saja kemungkinan musuhmu terluka akan jauh lebih besar karena daya serangnya semakin meluas. Setidaknya itu yang aku ketahui saat berhadapan dengan orang yang menggabungkan keduanya, yah walaupun akan lebih mengerikan jika kau menggabungkannya dengan gerakan pancatunggal,” jelas Karsa.“Eh, Kang Karsa kelihatannya tahu banyak tentang gerakan silat pancalima dan ajian tinju gelap,” tukas Indra pura-pura tidak paham.“Ya. Aku sering berhadapan dengan Jawara dari Pancabuana. Kamu pasti tahu kalau Mahaguru Mau
Read more
Bab 65: Sampai di Kaki Gunung Sastrabuana
Indra terus berjalan kaki melewati bukit demi bukit, desa demi desa, kampung demi kampung hingga tanpa terasa lima hari sudah dia berjalan meninggalkan Perguruan Kencabuana. Dalam perjalanannya kali ini dia benar-benar merasa bosan karena tidak ada hal menarik yang dia alami, tidak ada bandit, tidak bertemu pendekar lain dan juga tidak bertemu dengan orang-orang aneh seperti sebelumnya.Karena itulah selagi dalam perjalanan dia terus memilih untuk menguasai penggabungan gerakan silat pancalima dengan ajian tinju gelap atau ilmu kanuragan lainnya, namun nyatanya semua itu sangatlah sulit tidak seperti yang dia bayangkan. Untuk bisa melakukan penggabungan seperti yang ditunjukan oleh Karsa, dia perlu bisa berkonsentrasi ke dalam dua hal sekaligus, yakni membagi tenaga dalam untuk ilmu kanuragan dan gerakan silat sekaligus secara seimbang.“Hoam.. apa aku berjalan terlalu cepat ya?” ujar Indra seraya menguap dan mengayunkan langkahnya di jalanan se
Read more
Bab 66: Pendekar Cantik dari Sastrabuana
“Iya?” jawab Indra seraya berbalik. Terlihat di belakangnya sudah ada beberapa pemuda yang mungkin hampir seumuran dengannya, dari pakaian dan sorot matanya saja Indra bisa menyadari kalau mereka itu seorang pendekar.“Kami rasanya baru kali ini melihat kisanak, kalau boleh tahu apa tujuan kisanak datang kemari?” tanya salah seorang pemuda.“Oh. Saya kebetulan singgah saja di sini, sebenarnya saya bermaksud menuju ke Perguruan Sastrabuana,” jawab Indra seraya tersenyum ramah, dia sadar kalau mereka tampak begitu mewaspadainya. Sejenak para pendekar tersebut terlihat saling memandang satu sama lain.“Untuk apa kisanak ingin pergi ke Sastrabuana?” tanya seorang pendekar.“Saya hanya ingin bertamu ke sana sebentar saja, apakah itu cukup?” tanya Indra seraya tersenyum. Para pendekar itu hanya menatap tajam Indra, mendadak angin sejuk mulai bertiup dari arah belakang Indra, tib
Read more
Bab 67: Adik Mahaguru Dasanata (part 1)
Indra terus berjalan bersama Mira menuju ke kerumunan beberapa pendekar, di sana juga terdapat beberapa karung berisi beras, sayuran, buah-buahan, singkong, kopi, teh, garam, ikan asin dan beberapa jenis pangan lainnya. Seperti sebelumnya, tampak para pendekar yang ada di sana bersikap penuh hormat kepada Mira.Sepanjang jalan dia terus memperhatikan Mira. Pikirannya kembali melayang mengingat janjinya kepada wanita pujaan hatinya yang juga memiliki nama yang sama dengan pendekar cantik di dekatnya kini. Indra yakin akan lucu kalau nantinya dia menceritakan kepada Mira yang ada di Panjalu bahwa dia juga bertemu dengan wanita cantik bernama Mira di Kerajaan Galuh.“Hihihi.. apa yang namanya Mira emang cantik-cantik ya?” gumam Indra di dalam hatinya, Mira tidak mungkin bisa mendengarnya tapi Indra yang cengar cengir sejak tadi mungkin membuatnya bisa menebak isi hatinya.“Eh, ternyata pendekar wanita lainnya juga tidak kalah can
Read more
Bab 68: Adik Mahaguru Dasanata (part 2)
“Ngomong-ngomong, kenapa Akang tetap menggoda saya meski sudah mengira kalau saya punya hubungan dekat dengan Mahaguru Perguruan Sastrabuana? Padahal tadi Akang nebak saya istri muda Mahaguru loh, masa Akang berani menggoda istri Mahaguru dari perguruan yang akan Akang singgahi?” tanya Mira.“Hihihi.. itu mah cuma guyonan doang, yah meskipun ada alasan lain mengapa Akang mengatakannya. Sejak awal Akang itu mengira kalau Nyai memang putri dari Mahaguru Perguruan Sastrabuana,” jawab Indra.“Yah, meski saya putrinya kan seharusnya orang asing yang mau bertamu seperti Akang agak ragu untuk melakukannya,” tutur Mira.“Hihihi.. ini ngetes doang apa gimana nih?” tanya Indra.“Maksudnya gimana Kang?” Mira mengerungkan keningnya karena bingung Indra malah balik bertanya.“Yah. Meski Nyai bertanya seperti itu, tapi kelihatannya Nyai sudah bisa menebak alasannya, l
Read more
Bab 69: Perguruan Sastrabuana (part 1)
“Ada apa Kang?” tanya Mira yang ikut menghentikan langkahnya.“Hihihi.. tidak ada apa-apa kok,” jawab Indra sambil kembali berjalan. Dia benar-benar tidak menyangka kalau gadis cantik di sampingnya adalah istri dari Raka Adiyaksa, orang yang pertama kali mengajarinya gerakan pancalima saat di kediaman Maung Lara.“Ternyata Kang Raka bukan hanya hebat dalam masalah ilmu silat saja, dia juga pintar mencari calon istrinya. Umurnya bahkan lebih muda dariku, dia benar-benar mengesankan,” batin Indra sembari mengingat lagi rupa dari Raka.“Kalau boleh tahu suami Nyai itu ada di mana sekarang? Kok baru menikah sudah ditinggal tinggal?” tanya Indra.“Kakanda saat ini sedang ada urusan yang harus dia selesaikan. Yah sebelum menikah dengan saya juga sebenarnya dia sudah sibuk dan jarang ada di paguron nya. Jadi wajar saja meski baru menikah dia juga kembali sibuk,” jawab Mira.
Read more
Bab 70: Perguruan Sastrabuana (part 2)
‘Brakh’Mira hanya menggunakan satu tangan saja berhasil menghancurkan kedua ranting kayu tersebut hingga hancur berkeping-keping. Indra segera bergerak memalingkan wajahnya ke arah kanan saat dia merasakan ada orang yang mendekatinya. Benar saja, hembusan angin terasa sudah berada di depan wajahnya, dengan gesit Indra segera menundukan tubuhnya dan membalas dengan cepat menggunakan tendangan kaki kanannya. Tapi tendangannya hanya menghantam angin saja.“Cepat sekali,” gumam Indra, padahal dia sudah bergerak secepat yang dia bisa untuk membalas tapi entah mengapa lawannya seakan-akan menghindarinya.Indra kembali berkelit ke samping saat melihat pergerakan dedauan di tanah yang kembali bergeser mendekatinya pertanda ada orang yang menginjaknya, tapi ternyata yang dia lihat itu hanyalah tipuan belaka sebab dari arah belakangnya dia merasa sudah ada pergerakan yang siap menghantam lehernya.“Tidak mungki
Read more
Bab 71: Mahaguru Dasanata (part 1)
“Kelihatannya perguruan ini sangat besar ya,” tutur Indra sembari berjalan mengikuti Saptrabira menuju pendopo perguruan. Jika dibandingkan Perguruan Kencabuana dan Jatibuana yang telah dia singgahi sebelumnya, tampak jelas kalau Perguruan Sastrabuana memang memiliki area yang lebih luas dari keduanya.“Maklumlah murid-murid di sini juga cukup banyak. Silakan duduk,” tukas Saptrabira seraya mempersilahkan Indra untuk duduk.Di sekitar area perguruan tampak banyak murid yang sedang sibuk membersihkan area perguruan, dari mulai merapikan pondok tempat mereka tidur hingga mencabut rumput-rumput liar yang sudah tinggi. Beberapa murid yang tadi datang bersama Indra tampak segera membawa bahan makanan yang dia bawa ke gudang penyimpanan. Setelah Indra duduk, Saptrabira segera memanggil seorang murid untuk membawakan makanan dan kopi bagi mereka berdua.“Jadi apa tujuan kisanak hingga jauh-jauh datang ke perguruan kami?&r
Read more
Bab 72: Mahaguru Dasanata (part 2)
Indra terus berjalan mengikuti Saptabira menyusuri bangunan paling besar yang ada di area Perguruan Sastrabuana. Mereka langsung menuju sebuah ruangan besar layaknya aula di bangunan tersebut, tampak seorang pria tua berambut putih tengah duduk di sebuah kursi. Tangan kanannya terlihat menggenggam sebuah cangkir bambu berisi ramuan. Sejenak Indra tertegun sebab pria tua tersebut sudah kehilangan tangan kirinya tepat di bahunya, dari bekasnya tampaknya tangan kirinya tertebas dalam pertarungan. Pria tua itu tak lain adalah Mahaguru Dasanata.Saat melihat Saptabira datang pun Dasanata tidak menoleh kepadanya sedikitpun, dia tetap menatap ke arah jendela yang ada di ruangan tersebut. Dari helaan nafasnya saja terlihat dia seakan kesusahan untuk menghirup udara, tubuhnya kurus hingga beberapa tulang tubuhnya terlihat dibalik pakaiannya. Padahal menurut Saptabira, usianya belum terlalu tua, mungkin baru sekitar 50 tahunan namun semua itu terjadi semenjak dia kehilangan istri
Read more
PREV
1
...
3031323334
...
39
DMCA.com Protection Status