All Chapters of Pendekar Tengil: Chapter 331 - Chapter 340
387 Chapters
Bab 82: Pamit dari Sastrabuana (part 1)
Saptabira secara resmi mengakhiri latih tanding. Para murid Sastrabuana yang lain segera membubarkan diri, sementara itu Banara membawa Indra ke pendopo untuk beristirahat. Sinta dan putranya segera kembali ke kediamannya setelah latih tanding selesai, sementara itu Mira yang tadi pergi membawa Ajinata kini kembali datang ke sana.“Banara, tolong berikan Indra ramuan untuk menyembuhkan tangannya. Aku akan menemui Mahaguru sebentar,” tutur Saptabira seraya beranjak pergi.“Tunggu sebentar di sini,” kata Banara kepada Indra sebelum dia pergi untuk membawakan ramuan yang Saptabira maksud.“Sudah selesai Kang?” tanya Mira setelah sampai di pendopo, dia terlihat agak kecewa karena tidak keburu melihat pertarungan Indra.“Sudah Nyi, nih tangan saya sampai seperti ini,” jawab Indra sembari menoleh ke tangan kanannya yang masih belum bisa dia gerakan sepenuhnya.“Sayang sek
Read more
Bab 83: Pamit dari Sastrabuana (part 2)
“Maafkan saya Kang, bukannya tidak ingin menginap di Sastrabuana. Tapi saya sudah berniat untuk segera melanjutkan perjalanan, mungkin lain kali saja saya menginap di sini,” jawab Indra.“Sayang sekali, padahal aku sudah mau meminta Saptabira dan Banara untuk menyiapkan jamuan untukmu malam ini Indra,” ucap Dasanata.“Mohon maaf Mahaguru, tidak usah repot-repot. Mungkin lain kali saja,” kata Indra dengan penuh hormat.“Baiklah. Jika memang itu keputusanmu, apa boleh buat. Aku hanya menitip pesan agar kau berhati-hati saja di perjalanan nanti,” tutur Dasanata.“Terlebih setelah di Linggabuana, sebab Mahaguru Kusuma Galuh adalah tipe orang yang selalu berhati-hati,” sambung Dasanata, tentunya Indra paham maksud Dasanata tersebut yang pasti berkaitan dengan ajian gelap ngampar yang dikuasai olehnya.“Terima kasih banyak Mahaguru. Saya sangat senang bisa sin
Read more
Bab 84: Dua Bandit yang Malang (part 1)
Indra berlari menuju asal suara rintihan minta tolong yang dia dengar, setelah semakin dekat kali ini dia mendengar suara jeritan wanita yang tengah kesakitan. Tampak jelas di hadapannya kini dua orang pria tengah tertawa puas sementara tak jauh darinya ada seorang wanita yang terluka tergeletak di tanah. Tubuhnya terlihat bergetar sementara di sekujur tubuhnya penuh luka-luka yang mengeluarkan darah.“Hahaha.. kau pikir bisa kabur begitu saja hah,” bentak seorang pria dewasa diiringi gelak tawa.“Gara-gara kau, kami harus repot-repot masuk ke hutan seperti ini!” timpal seorang pria lainnya seraya menendang pinggang wanita yang sudah tidak berdaya itu.“To-long,” kini rintihan wanita itu terdengar semakin lemah, tangannya mulai bergerak seakan hendak merangkak menjauhi dua pria sangar di dekatnya. Deraian airmata yang sejak tadi mengalir di pipinya kini mulai bercampur dengan darah yang menetes dari luka di k
Read more
Bab 85: Dua Bandit yang Malang (part 2)
“Apa urusannya denganmu hah? Mau baik atau buruk terserah kami dong!” tegas seorang pria.“Hamh.. itulah alasan mengapa semakin banyak orang jahat di dunia ini,” tukas Indra seraya menghela nafas dalam.“Jika baik dan buruknya kalian hanya untuk kalian sendiri ya tidak masalah kalian ngomong begitu juga, tapi akan jadi masalah jika sampai melibatkan orang lain! Lihatlah apa yang kalian lakukan kepada seorang wanita tak berdaya sepertinya, kalian tidak pantas untuk dibiarkan begitu saja, kalian adalah contoh buruk di dunia ini. Dalam pandanganku, kalian tidak pantas untuk hidup,” jelas Indra.“Hahaha.. dia mendadak sok baik,” kata seorang pria di hadapan Indra sambil tertawa terbahak-bahak.“Dasar sok baik, kayak nggak pernah berbuat kejahatan saja kau,” timpal pria lainnya.“Hihihi.. kata-kata yang kalian ucapkan barusan hanya dikatakan oleh orang yang j
Read more
Bab 86: Teror Bandit di Desa Karipuh (part 1)
“Baik, saya bersedia untuk membantu. Tapi tolong Nyai jelaskan kepada saya apa yang perlu dibantu,” tutur Indra.“Terima kasih banyak tuan, ayo ikut saya ke sana,” ucap si wanita yang berusaha berdiri sembari menunjuk arah dengan jari telunjuknya.“Aduduh..” baru saja wanita itu berdiri, dia langsung meringis kesakitan. Kaki kanannya terlihat lebam hingga dia kesulitan untuk menapakannya.“Biar saya gendong saja Nyi,” tawar Indra seraya berjongkok di hadapan si wanita.“Eh?” ujar si wanita terlihat agak ragu untuk menerima tawaran Indra.“Hihihi.. jangan takut, saya tidak akan macam-macam kok. Katanya tadi sudah tidak punya banyak waktu,” ucap Indra. Wanita itu hanya bisa mengangguk dan menerima tawaran Indra.“Jadi siapa nama nyai sebenarnya?” tanya Indra sambil berjalan menuju arah yang ditunjuk si wanita tadi.
Read more
Bab 87: Teror Bandit di Desa Karipuh (part 2)
“Aku juga baru mendengarnya tuan, tapi ayahku sepertinya sudah pernah mendengar nama Mbah Jambrong. Sebab dia tampak terkejut saat mendengarnya, dia juga segera memerintahkan aku untuk melarikan diri jika bisa bersama yang lainnya,” timpal Ratih.“Begitu ya, aku paham. Lalu ibumu juga berpencar daripada harus bersamamu?” tanya Indra.“Ibuku sudah tiada, aku hanya tinggal bersama dengan ayah saja saat ini tuan,” jawab Ratih dengan lirih.“Aduh, maaf. Aku pikir tadinya kamu melarikan diri bersama ibumu,” ucap Indra buru-buru karena merasa tidak enak.“Tidak apa-apa tuan,” ucap Ratih.“Ngomong-ngomong jangan panggil tuan ya, soalnya aku juga belum setua itu. Hihihi,” tukas Indra seraya cengar cengir.“Baik kalau begitu tu- Akang,” tutur Ratih sembari tersenyum.Mereka terus berjalan menyusuri hutan menuju ke arah
Read more
Bab 88: Teror Bandit di Desa Karipuh (part 3)
Bandit yang membawa golok segera menerjang dengan ayunan goloknya mengarah ke leher Indra, sementara dua bandit yang lain menyerang dari dua sisi yang berlawanan. Bandit yang kakinya dicengkram erat oleh Indra juga segera menghentakan kakinya yang bertumpu ke tanah hingga tubuhnya terlontar ke atas.“Aku tidak punya waktu banyak untuk meladeni kalian,” ujar Indra dengan santainya.Tangan kanan Indra sama sekali tidak dilepaskan dari kaki lawannya. Saat ayunan bandit yang menebaskan goloknya datang, dia segera menarik tubuh bandit yang terlontar ke atas hingga menghalangi serangan golok bandit dari depan, sementara itu Indra juga membungkukan tubuhnya ke bawah guna menghindari dua serangan bandit yang melesat dari samping kiri dan kanan tubuhnya.‘Srets’“Aduuhh!” jerit bandit yang dijadikan perisai oleh Indra, punggungnya dengan telak tertebas oleh golok temannya sendiri hingga berlumuran darah,
Read more
Bab 89: Teror Bandit di Desa Karipuh (part 4)
“Am-puni saya tuan,” tutur bandit dengan lirih. “Berisik! Orang lagi berpikir juga,” bentak Indra. “Saya sudah mengatakan semuanya, tolong lepaskan saya tuan,” rengek bandit dengan berderai airmata. “Eh malah nangis. Sudah berisik, cengeng lagi! Giliran mau mati saja nangis, pas hidup mah bebas berbuat kejahatan tanpa memikirkan orang lain yang menjadi korban. Dasar pengecut!” gerutu Indra karena dia tidak bisa berpikir jernih mendengar rintihan si bandit yang menangis tersebut. “Am-pun tuan, saya tidak akan berbuat jahat lagi,” tutur bandit. “Hihihi.. apa jaminannya? Orang sepertimu itu mustahil berubah pikiran. Lihat saja di sekitar tempatmu berada sekarang ini. Berapa banyak nyawa yang sudah kau lenyapkan? Berapa banyak orang yang kau habisi? Orang serakah yang tidak peduli dengan nasib orang lain, tidak akan pernah berubah menjadi orang baik. Keserakahanmu itu akan menutup hatimu dari kebaikan!” ucap Indra.
Read more
Bab 90: Teror Bandit di Desa Karipuh (part 5)
Setelah cukup dekat dengan rumah Ratih, Indra mulai memelankan langkahnya dengan penuh kewaspadaan. Dia mengendap-endap di balik pepohonan kecil sembari memperhatikan keadaan di sekitarnya, setelah di perhatikan secara baik-baik tampaknya tidak ada satupun bandit di sekitar rumah Ratih.“Kelihatannya aman,” kata Indra seraya mulai berjalan mendekati pintu belakang rumah Ratih.Perlahan Indra membuka pintu agar tidak menimbulkan suara berisik. Setelah pintu terbuka, dia segera masuk ke dalam rumah. Terlihat keadaan di dalam rumah sangat berantakan, perabotan, pakaian dan barang-barang lainnya berserakan. Semua pintu kamar juga tampak sudah rusak dengan bekas dobrakan.“Apakah saat kau pergi keadaannya sudah seperti ini?” tanya Indra sembari menurunkan Ratih dari punggungnya.“Tidak Kang,” jawab Ratih yang tampak terlihat sedih mendapati keadaan rumahnya seperti itu.“Mengerikan,
Read more
Bab 91: Teror Bandit di Desa Karipuh (part 6)
“Kalau kau mah enak, mau diberikan tugas yang sulit juga tinggal merayu Kang Buras biar tidak jadi diberikan tugas,” gerutu pria lain yang ada di sana.“Satu, dua, tiga, empat. Enam orang ya, dua wanita dan empat pria,” pikir Indra sembari memastikan jumlah bandit yang ada di rumah tersebut.“Itumah resiko kalian lah, tugas kami kan sudah jelas,” tutur wanita lain yang ada di sana sambil tertawa.“Cih. Dasar wanita murahan,” gerutu seorang bandit pria.“Apa kau bilang hah? Mau kau aku laporin ke Kang Buras hah! Sudah untuk kami mau menemani kalian juga!” bentak bandit wanita yang tampaknya tidak terima dengan perkataan temannya.‘Brukh’Indra segera menghantam bilik bambu yang dia pijak. Sontak saja enam bandit yang ada di bawahnya terkejut saat melihat plafon rumah yang mereka tempati tiba-tiba jatuh. Dengan cepat mereka berenam seger
Read more
PREV
1
...
3233343536
...
39
DMCA.com Protection Status