All Chapters of Sampai Kapanpun, Aku Tetap Milik Ibuku: Chapter 31 - Chapter 40
154 Chapters
BAB 31. Daffa Biantara
  Bab : 31. Daffa Biantara Tes. Segera ku-usap air mata yang dengan sialnya lolos tanpa bisa dicegah. "Kalian … saling kenal?" tanya Mas Haikal. Daffa seolah tergagap menyadari pertanyaan Mas Haikal. Lantas dia menghampiri Mas Haikal yang kebingungan dari tadi.  "Hai, bro, gimana?" tanya Daffa pada Mas Haikal sambil bersalaman gaya mereka. Namun dengan cepat tangan Daffa mengusap matanya yang nampak berkaca. "Alhamdulillah. Lo juga, sekarang gimana, udah ada perkembangan? Apa masih jadi jomblowan sejati?" canda Mas Haikal. Namun Daffa han
Read more
BAB 32. Masa lalu yang menyakitkan
Bab : 32. Masa Lalu Yang Menyakitkan Dalam perjalanan hanya diam membisu yang menemani. Ruang dalam mobil ini sangatlah dingin, namun tidak dengan hatiku. Dan rasa lega seketika menghinggapi setelah kita sampai di depan rumah Rani. Ya, sepanjang perjalanan yang tak seberapa jauh ini terasa sangat lama bagiku. Aku bernafas lega ketika mobil berhenti. Dan ketika ingin turun, Daffa mencekal pergelangan tanganku. Seketika jantungku berpacu cepat melihatnya seperti ini, walaupun tak kupungkiri ada rasa yang berdesir halus di dalam sini. Namun aku sadar, saat ini keadaan sudah berbeda.  Aku harus segera keluar dari situasi yang tak biasa ini. Namun ketika ingin melepaskan, cekalannya semakin kuat. Nampak sekali tatapannya sangat sendu, hingga membuat matanya berkaca-kaca.
Read more
BAB 33. Ketika hati dan pikiran berperang
 Bab  : 33. Ketika Hati Dan Pikiran Berperang POV SALMA "Sal, aku anterin aja, gimana? ucap Daffa menatapku. "Gak usah, Daff, aku bawa motor, tuh," ujarku dengan menunjuk motor yang berada di garasi Rani. "Biar aja disini dulu, aku pengen kenalan sama Sania. Iya gak sayang, mau gak pulang sama Om ganteng?" tanya Daffa pada Sania yang sepertinya terlihat senang. "Jangan, Daff, aku gak enak ah. Gapapa kita pulang sendiri aja," ujarku pada Daffa. Sungguh rasanya sangat tak nyaman. Apalagi kalo diantar sampai rumah, apa kata Ibu dan Fera nanti. Walaupun
Read more
BAB 34. Rama Kalang Kabut.
  Bab  : 34. Rama Kalang Kabut POV SALMA "Sal, tolong ini ditaruh di kamarmu. Disini tikusnya serem, rakus lagi!" ujar Mama sambil menyodorkan beberapa kantong buah, dan donat yang tinggal satu box. Lantas aku segera menerimanya dan bergegas masuk ke kamar. "Maafkan anak saya, Bu besan," ujar Ibu. Mungkin Ibu malu. "Ah, tak apa, Bu. Biar nanti saya belikan lagi untuk Sania cucuku. Biasalah, Salma itu kan lama banget gak berkunjung ke rumah, Papanya sampai kangen. Apalagi sekarang sedang sibuk-sibuknya, niatnya juga untuk mengajak Salma kesana, Bu," ujar Mama manis. Aku yang baru dari kamar lantas duduk di sebelah Mama. 
Read more
BAB 35. Pengusiran Massal.
 Bab : 35. Pengusiran Massal. POV SALMA"Gak bisa seperti itu, Ma. Sampai detik ini aku masih suami Salma. Mama tak bisa seenaknya mengusirku dari sini. Mama mau setiap langkah Salma dikutuk oleh malaikat lantaran telah berbuat kurang ajar pada suaminya? Karena aku gak ridho, Ma!" ujar Mas Rama. Mama terlihat mengepalkan tangannya, begitu juga aku yang sangat geram mendengar ucapan Mas Rama kali ini. Kulihat Fera dan Ibu nampak tersenyum puas melihat Mas Rama bisa berdalih. Sedangkan Pak RT hanya menggelengkan kepala melihat ucapan Mas Rama. "Jangan ngomong sok bijak di depanku. Kamu sendiri sebagai suami, apa yang bisa kamu lakukan pada Salma selain menyakitinya. Se
Read more
BAB 36. Tempat Tinggal Baru
 Bab  : 36. Tempat Tinggal Baru POV RAMA Aku berjalan gontai mengikuti langkah Pak RT. Nampak Ibu menuntun Fera yang masih tertawa gak jelas. Pak RT membantuku membawa barang-barang yang ingin aku bawa malam ini. Ya, mau tak mau kita semua terpaksa menempati kontrakan yang ditawarkan oleh Pak RT untuk istirahat malam ini. "Pak Rama, yang sabar ya," ujar Pak RT sambil mengusap punggungku.  Aku hanya mengangguk lemah. Memang sekarang aku jadi menyedihkan seperti ini."Pak RT aja mengasihaniku, terus kenapa hatimu seperti mati, Sal?" Batinku bingung dengan jalan pikiran Salma.  
Read more
BAB 37. Penangkapan Fera
 Bab  : 37. Penangkapan Fera"Cepat tangkap sekarang juga, Pak. Karena saya sudah menyerahkan bukti. Saya siap memperkarakan dia di pengadilan!" ucap seseorang dari arah sana yang membuat jantungku berdetak tak karuan. Ya, ternyata Mama sudah berdiri disini untuk menangkap Fera. Polisi berjaket hitam itu menyuruh salah satu temannya masuk ke dalam untuk menangkap Fera. Lantas membawa Fera dengan paksa keluar rumah. Ibu yang melihat Fera ditangkap paksa menjerit histeris. Tapi anehnya Fera malah tertawa terbahak-bahak hingga membuatku merinding. "Ha ha ha … kalian semua gak tahu ya, kalau aku lebih cantik dari Mbak Salma. Mbak Salma wanita tak tahu diri itu gak ada apa-apanya sama aku. Coba aja suruh ngaca, pasti n
Read more
BAB 38. Mulai Ngutang
  Sampai Kapanpun, Aku Tetap Milik Ibuku Bab  : 38. Mulai NgutangKulaju motor ini dengan sangat kencang. Entahlah, kemana angin akan membawa hati yang sudah hancur ini. Aku hanya mengikutinya. Aku tak pernah melihat Salma tersenyum manis seperti itu padaku. Tapi tadi jelas kulihat dia dengan pria asing saling melempar tawa. Benar-benar tak habis pikir, disaat keluargaku menderita Salma malah bahagia dan tertawa dengan orang lain.  Dan lebih pedihnya, dengan seorang cowok yang melihatnya dengan pandangan tak biasa. Aku tahu tatapan itu adalah tatapan cinta. Pengacara tapi sok ganteng. Walaupun dia masih muda, tapi tetap saja masih kalah jauh denganku. Jelaslah masih gantengan aku kemana-man
Read more
BAB 39. Kehilangan Pekerjaan.
 Bab  : 39. Kehilangan Pekerjaan.Akhirnya sampai juga setelah membawa motor dengan ngebut. Setelah motor terparkir dengan manis, lantas aku berjalan menuju kantor dengan hati yang berdetak tak karuan. Mau bertemu dengan Pak Hendi aja rasanya seperti mau perang dalam pertempuran besar. Entahlah, rasa takut dan firasat buruk selalu menghantui sejak tadi. Tok tok tok …. Kuketuk pintu ruangan yang bertuliskan ruang direktur ini dengan hati yang berdebar-debar. "Masuk!" Terdengar suara dari dalam ruangan, yang sepertinya itu suara Pak Hendi. Lantas kuputar handle pintu dan masuk menemui Pak Hendi.
Read more
BAB 40. Selalu Bikin Ulah
  Bab  : 40. Selalu Bikin Ulah Aku menatap tajam ke arah Ibu yang nampak gelagapan karena ketakutan. Sedangkan Mak Warsih nampak melotot dengan berkacak pinggang di depanku.  "Duh, Bu, kenapa selalu bikin ulah sih," ucapku yang pusing dengan kelakuan Ibu yang sepertinya tak ada habisnya. Namun Ibu cuek saja mendengar perkataanku. "Mak, tolong sabar dulu. Nanti pasti kubayar, tapi nanti ya, Mak. Untuk saat ini saya belum ada uang," ucapku berusaha meredam emosi Mak Warsih. Rasanya sungguh malu membahas hutang Ibu yang belum mampu kubayar ini. Apalagi mulai jadi tontonan Ibu-ibu disini.  "Nah, gitu kan enak, jadi jelas ini hutang arahnya kemana. Iya meman
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status