All Chapters of Merry Go Around: Chapter 11 - Chapter 20
64 Chapters
11. Benny
Seperti yang sudah kita ketahui, sejak masih sekolah, Merry sudah bisa mencari duit sendiri dengan menjadi seorang model. Wajahnya yang manis, tubuh yang tinggi, membuatnya cukup laris menjadi model catwalk, iklan, maupun katalog. Setelah lulus SMA, Merry berkuliah di jurusan ekonomi manajemen. Bahkan saat masih berkuliah, dia tetap bekerja sebagai model, dan akhirnya magang di sebuah agensi periklanan. Dua tahun setelah lulus kuliah, dia masih bekerja di agensi periklanan. Masa-masa itu merupakan saat-saat terberat karena beban pekerjaan yang besar dan tidak kenal waktu. Seringkali dia bekerja lembur dan kurang tidur. Namun tentu saja, gaji yang seimbang dengan beban pekerjaannya. Namun, bukan itu yang diinginkan oleh Merry. Merry dibesarkan oleh orang tua tunggal. Ayahnya meninggal saat dia duduk di bangku SMP. Dia memiliki seorang adik laki-laki yang berbeda usia tujuh tahun. Sejak ayahnya meninggal, ibunya yang tadinya hanya seorang ibu rumah tangga mulai bekerja membanting tul
Read more
12. Morning
Saat Merry tiba di rumah, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Didapatinya lampu di dalam apartemennya menyala semuanya. "Benny," panggilnya merasa kesal karena adiknya menghamburkan listrik. Namun tidak ada jawaban. Sebagai gantinya, dia mendengar suara air pancuran di dalam kamar mandi. Merry meletakkan kunci mobil di dalam mangkuk di atas meja pantry. Kemudian dia melepas sepatu dan menggantinya dengan sandal rumah. "Benny, apa lo baru mandi?" panggilnya lagi sambil meletakkan tas di atas meja kerjanya. Namun lagi-lagi tidak ada jawaban. Akhirnya Merry memutuskan untuk mengetuk pintu kamar mandi, "Benny, lo merokok di dalam kamar mandi?" teriaknya kesal. "Kakak kan tahu kalau gue nggak merokok!" jawab Benny berteriak balik. "Sudah berapa lama lo di dalam? Lekas keluar! Gue juga mau mandi dan gue udah capek banget!" Hanya beberapa detik, pintu kamar mandi sudah terbuka. Terlihat wajah dan rambut adiknya yang basah, namun rupanya dia tidak habis mandi. "Lo ngapai
Read more
13. Break up Story
Hari Sabtu kantor sudah tidak masuk, namun jadwal bertemu kekasih hati sudah dijalankan sejak hari Jumat malam. Tadi malam Ashton sudah menginap di apartemen Brittany, tunangannya. Namun pagi-pagi sekali dia harus segera pulang karena ayah dan ibunya pulang dari Semarang. "Merry?" Ashton menggumam dalam hatinya saat bisa mengenali sosok juniornya di kampus dulu. Junior yang selalu menatap dirinya dengan malu-malu. Ashton selalu merasa gemas melihat Merry, karena perempuan itu terlalu polos dan mudah sekali untuk dijahili. Saat kuliah, Ashton sangat menyadari kalau Merry memiliki perasaan padanya. Entah kalau perasaan cinta, namun setidaknya Ashton tahu kalau Merry kagum pada dirinya. Namun, Ashton menghindari wanita tipe seperti Merry yang baik dan setia. Saat kuliah, Ashton sama sekali tidak mau berpacaran serius, dan dia tipe yang cepat bosan. Dan dia menduga kalau berpacaran dengan Merry, dia pasti akan sulit putus karena Merry pasti akan terus mengejarnya. Merry merupakan jun
Read more
14. Saturday Night
Saat sedang mengantri bubur ayam, Merry melihat sebuah motor sport yang dikenali olehnya. Tentu saja Merry mengenali motor tersebut, karena dia sering melihatnya sejak bekerja di kantor yang sama dengan Ashton. Beberapa kali pria itu memakai motor saat cuaca cerah dan malas bermacet-macetan di jalan. "Ashton? Dia dari kompleks apartemen ini juga? Eh, dia masuk kembali ke kompleks ini. Apa dia tinggal di sini?" gumam Merry. Kedua matanya terus mengikuti kepergian motor tersebut. "Kakak, ngelihatin siapa?" tanya Benny mengikuti arah pandang Merry. "Nggak, kok. Kakak pikir kakak melihat teman kakak," balas Merry. Benny tersenyum. Merry mungkin saja pemarah dan galak, tapi Merry tidak pernah bersikap tidak ramah padanya. Kalau saudara yang lain mungkin sudah akan marah kalau mendapat pertanyaan semacam itu dan menyuruhnya untuk tidak ikut campur. "Gue pikir Kakak melihat pacar Kakak selingkuh," goda Benny. Merry menjitak kepala adiknya dan menggerutu, "Amit-amit gue diselingkuhi sam
Read more
15. Saturday Night part 2
Merry berjalan dengan tergesa-gesa sambil menarik tubuh adiknya. Ah, siapa sih yang akan mengira kalau dia akan bertemu dengan dua bos dari kantornya. Ashton mungkin saja bukan atasannya langsung, tapi tetap saja pertemuan malam minggu ini membuatnya gugup. Dia tidak tahu apakah penampilannya cukup layak di depan kedua pria itu. Karena tadi saat hendak berangkat, dia mengambil dengan asal baju yang ada di dalam lemari. Dia pikir hanya akan berjalan-jalan bersama adiknya, jadi tidak perlu terlalu berdandan. Saat melewati sebuah kaca etalase besar yang memantulkan penampilannya secara keseluruhan, Merry menghentikan langkahnya. Dia melihat seorang perempuan memakai kaos oblong polos yang terlalu besar, berbahan tipis, lengan pendek yang dia gulung sedikit, dan celana jeans biru tua yang membalut kaki jenjangnya. Dia juga hanya memakai sepatu kets yang nyaman untuk berjalan-jalan. Rambutnya dikuncir kuda, dan wajahnya hanya terpoles bedak tipis. Untung saja dia memakai liptint warna mera
Read more
16. Hang Out Bareng
Suasana di meja makan sebenarnya tidak secanggung yang dipikirkan oleh Merry. Ashton, Cathy dan Dawn asyik berbincang-bincang. Tentu saja mereka membicarakan masalah kampus. "Kamu kuliah di Aussie? Di mana?" tanya Ashton dengan antusias. "Di Monash. Oh iya, kalau Kak Liam kuliah di mana?" tanya Dawn balik. Tentu saja dia merasa antusias karena akhirnya bertemu dengan pria yang selama ini hanya diceritakan oleh Merry. Matanya bahkan tidak lepas dari meneliti wajah Liam. "Liam lulusan Stanford," balas Ashton entah kenapa malah dia yang menjawab. Ah, tentu saja itu karena Liam paling malas yang namanya berbasa-basi dan Ashton memahami hal itu. "Wah, keren banget lulusan Stanford," puji Cathy dengan tulus. Untuk membuat Cathy kagum memang bukan dari ketampanan wajah, melainkan dari pendidikan dan karir yang cemerlang. Walaupun dipuji oleh Cathy, wajah Liam tetap saja datar tanpa ekspresi. Namun dengan sopan, dia membalas pujian itu. "Terima kasih," ucapnya singkat tanpa senyum
Read more
17. Ketiduran
Merry duduk dengan canggung di dalam bioskop. Ternyata hukuman yang diberikan Liam mengharuskan Merry duduk di sebelah pria itu. Sehingga Ashton duduk bersama Cathy, Dawn dan Benny sebagai gantinya. Posisi kursi yang mereka dapat memang tidak di depan, melainkan empat baris dari belakang namun benar-benar di area pojok kiri studio. Merry tidak pernah ada masalah duduk di manapun di dalam bioskop, tapi tidak kali ini. Rasanya Merry ingin pindah tempat duduk atau keluar studio saja sekalian. Masalahnya, mau berpura-pura seperti apapun, dia tidak bisa menghilangkan rasa jengah seperti sedang diperhatikan dari sebelah kirinya. Karena posisi mereka di bagian kiri studio, Merry harus sedikit serong ke kanan untuk melihat layar, dan posisi itu membuatnya sedikit memunggungi orang yang duduk di sebelah kirinya, yaitu Liam. Entah bagaimana, dia mendapat firasat kalau bosnya itu pasti sedang menatap dirinya. Ah, mungkin dia terlalu percaya diri mengenai hal itu. Namun dia tidak bisa menepis pe
Read more
18. Di antara Dua Pria
Pukul sebelas, mereka semua berjalan keluar dari bioskop. Benny sibuk berceloteh membahas film yang baru saja mereka tonton. Dawn dan Cathy pun berbaik hati menyimak antusiasme anak lelaki itu. Sedangkan Ashton sibuk memperhatikan dua orang berwajah muram yang berjalan di sebelah mereka.“Oke, sebenarnya apa yang terjadi? Apakah kalian bertengkar di dalam bioskop?” tanya Ashton kesal tidak bisa menahan lagi rasa penasarannya.“Kami tidak mungkin bertengkar,” jawab Merry cepat menggelengkan kepalanya. Ya, mana mungkin dia berantem sama bos di kantornya? Dia masih memerlukan pekerjaan itu.Benny, Cathy dan Dawn pun langsung tertarik dan ikut menoleh ke arah mereka bertiga.“Lalu kenapa wajah kalian berdua seperti itu?” tanya Ashton lagi.Benny, Cathy dan Dawn menatap wajah Merry lalu Liam. Merry terlihat jelas sedang panik, sedangkan Liam tidak merasa perlu bersusah payah menjelaskan apapun, wajahnya datar tanpa ekspresi sama sekali.“Apakah kalian berdua tertidur di dalam sana?” tanya
Read more
19. Tetangga Satu Lantai
Wanita itu terkejut mendengar bentakan Liam, dia langsung bangkit dari kursi dan berjalan mendekat. "Stop!" teriak Liam. "Keluar dari kamarku!" "Liam, papamu menelepon dan ingin berbicara denganmu. Mas Landon bilang kau selalu menolak telepon darinya," ucapnya. "Hanya itu? Kau menerobos masuk kamarku dengan lancang hanya untuk menyampaikan hal itu? Apa bukan karena ada hal lain yang kau inginkan?" "Tidak ada hal lainnya." "Kalau begitu lekas keluar! Kau sangat bau alkohol!" "Kenapa kau sombong sekali sih? Kenapa kau nggak pernah bersikap baik padaku? Apa salahku padamu?" "Kau masih perlu bertanya apa kesalahanmu? Apa kau akan tetap berada di dalam kamar ini sebelum kau mendapatkan apa yang kau inginkan?" "Aku hanya ingin dekat denganmu!" teriak perempuan itu sempoyongan berjalan semakin mendekat, tangannya terulur untuk menyentuh tubuh Liam. Liam merasa jijik dan tidak sudi disentuh olehnya, dia pun langsung menepisnya dan beranjak menuju telepon di meja nakas. Dia menelepon
Read more
20. Monday Mourning
"Lo deket sama bos lo?" tanya Bianca. Merry terbatuk karena tersedak makanannya. Dia lekas meneguk minuman teh hijau dingin untuk menghentikan batuknya. Merry sama sekali tidak menyangka kalau Bianca akan mengucapkan kalimat itu. "Bagaimana mungkin gue dekat sama Pak Liam," jawab Merry akhirnya. Bianca manggut-manggut, terlihat bisa menerima jawaban Merry. "Iya, sih, Liam emang sulit buat dideketin. Ah, gue pikir bakalan bisa mendapatkan kelemahan dia!" gumamnya. "Apa, Bi?" tanya Merry seolah ingin memastikan kalau dia tidak salah dengar, "Lo kenal sama Pak Liam?" Bianca mengangguk, "Bisa dibilang kami sebenarnya punya story. Tapi dia memang sulit untuk dideketin kan?" "Ng, gue nggak paham sih, arah pembicaraan lo apa, karena ya ... gue nggak ada niat buat ngedetin Pak Liam juga. Cuma yang pasti, Pak Liam itu ... super nyebelin dan bossy!" Bianca tertawa mendengar keluhan Merry. "Dia di kantor memangnya bos yang seperti apa?" koreknya. "Nggak pernah tersenyum, tukang nyuruh, n
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status