Tanpa sengaja Merry tidur dengan seorang pria asing di klub malam. Saat hari pertama bekerja, dia baru mengetahui kalau pria asing satu malam itu ternyata adalah bosnya, Liam. Tapi, sepertinya Liam tidak mengingat dirinya, karena sikapnya sangat dingin padanya. Merry merasa lega. Kalau begitu, dia bisa bebas mendekati Ashton, cowok yang disukainya di kampus. Tapi ternyata, di balik sikap dingin Liam, pria itu selalu berusaha menghalangi Merry dekat dengan Ashton. Mau Liam apa sih?
View More[Nanti malam jemput gue ya!]
Begitu pesan yang diterima oleh Merry dari sahabatnya Cathy tentang rencana malam ini.
Merry baru saja bangun tidur pada pukul sebelas siang. Ya siapa juga yang bangun cepat di hari Sabtu kan? Kecuali kalau masih masuk kerja sih, kayak si Cathy, cewek terlalu rajin dan ambisius di pertemanan mereka.
Maka dengan setengah mengantuk dia mengetikkan balasan. Namun detik berikutnya Cathy sudah menelepon balik.
“Ya, apalagi, Cath, kan udah gue bales,” jawab Merry dengan suara parau.
“Gila ya, gue nunggu balesan dari lo sampe tiga jam. Senin lo udah mulai kerja, bukan pengangguran lagi. Jadi kayaknya lo harus biasain bangun pagi deh!” Tuh kan, kumat deh bawelnya.
“Iya, mom,” balas Merry malas-malasan sambil menguap lebar.
“Merry! Ih, nih anak santai banget sih! Jadi cewek kudu ambisius dikit dong!”
Merry menjauhkan telepon genggam dari telinganya karena lengkingan suara Cathy yang sanggup menyaingi Ariana Grande.
“Gue udah ambisius kali, Cath, buktinya gue keterima di Sky Connection, itu kan perusahaan terbesar nomor tiga di Indonesia.”
“Iya, itu karena lo berambisi ngejar cowok cinta pertama lo itu. Siapa namanya? Asshole? Coba ceritain lagi lo kenal dia di mana?”
“Ashtooon!" koreksi Merry merasa gemas karena Cathy sembarangan menjelekkan nama cinta pertamanya. "Cath, lo lagi nggak sibuk ya? Biasanya lo paling anti teleponan yang bukan urusan kantor saat jam kerja. Ya udah, nanti pokoknya gue jemput di apartemen lo jam empat ya! Kita dandan bareng! Oh iya, lo udah hubungin Dawn?”
“Belum, kan yang punya hajat itu lo. Tapi tadi gue telepon dia lagi sibuk lari di treadmill. Dasar penggila olah raga.”
“Oooh, ya udah dulu ya, Cath, gue mau mandi terus sarapan.”
“Brunch you mean? Ini udah hampir jam makan siang.”
“Iya, bawel. Byee, mmuahh!” Merry terkekeh geli. Setelah itu dia menutup teleponnya.
Ya, mereka bertiga sangat berbeda satu sama lain, namun entah kenapa, mereka bisa terhubung dan bersahabat sejak SMA.
Cathy yang mandiri, ambisius, cerewet dan miss oh-so-perfect. Dawn si tomboy, si aksi-dulu-pikir-belakangan, tapi memiliki hati paling lembut yang pernah dikenal oleh Merry.
Dawn menangis tiga hari tiga malam saat Browny, anjing kesayangannya, mati.
Sementara Merry sendiri, she’s just an average girl. Cantik, tapi yang cantik di atas dia jauh lebih banyak. Pintar, tapi peringkatnya hanya sebatas masuk sepuluh besar di kelas. Aktif di organisasi sekolah, tapi itu karena dipaksa oleh Cathy untuk berpartisipasi.
Tinggi? Ya, untuk ukuran perempuan Indonesia, dia termasuk tinggi, 170 cm. Sehingga sejak SMA dia sudah bekerja sebagai model lepas.
Jadi sebenarnya, sejak SMA dia sudah bekerja keras mencari duit sendiri. Hanya saja dia memang kurang ambisi. Dia tidak mengejar karir model sampai menjadi model papan atas atau jadi artis sekalian. Dia sudah cukup puas hanya menjadi model katalog pakaian wanita.
Itulah yang membuat Cathy geregetan dan gemas padanya, karena dia tidak mengeksplor lebih jauh bakatnya.
Ah, tapi memang bukan keinginan Merry juga untuk menjadi model.
Sejak kecil, dia menyukai segala sesuatu yang stabil dan mapan. Dia ingin bekerja di perkantoran, mendapat gaji di atas dua puluh juta, jam kerja nine to five, lalu malam hari masih bisa hang out sama teman. Sabtu dan Minggu libur, sehingga bisa jalan-jalan ke tempat-tempat eksotis yang dia lihat di majalah atau blog-blog traveling. Ya, itulah cita-citanya.
Makanya, berhasil mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar sudah memenuhi 50 % impiannya. Bisa dekat dengan Ashton merupakan bonus.
Membayangkan hal itu, semangat Merry bertambah 180%. Lekas dia menyingkap selimut dan beranjak menuju kamar mandi. Setelah ini dia akan menghubungi Dawn dan mungkin makan siang bareng sahabatnya.
*
City car bercat putih itu berjalan memasuki areal parkir sebuah club malam, Ambience. Tempat parkir terlihat penuh.
“Ah, gila, rame banget malam ini. Kita nggak kedapetan parkir,” keluh Dawn sambil menyetir.
Cewek ini memakai gaun one piece warna hitam selutut tanpa lengan yang melekat erat di tubuhnya yang atletis. Rambutnya bob pendek, sehingga tidak perlu repot memakai aksesoris. Makeupnya cukup tebal, dengan lipstik berwarna merah menyala. Ya, Dawn menyukai segala sesuatu yang bold.
“Udah gue bilang jangan kelamaan dandan,” tambah Cathy berdecak kesal dari kursi belakang.
Padahal yang paling lama dandan justru dirinya. Karena dia harus selalu terlihat sempurna, dia yang paling lama memilih pakaian (dan pilihannya jatuh ke warna putih karena dirasanya paling aman), paling lama memoleskan make up, dan paling lama memutuskan bagaimana menata rambutnya. Yang ujung-ujungnya akhirnya dia hanya menggerainya dengan sedikit diblow. Kali ini dia tidak memakai kaca matanya melainkan contact lens berwarna hazel.
Merry tertawa kecil di kursi depan. Walaupun di clique ini yang model dirinya, aslinya Merry tidak terlalu suka berdandan. Untung saja kulit wajahnya termasuk bagus dan tahan banting. Make up selalu menempel sempurna di kulit wajahnya. Dan karena kulitnya putih, dia cocok memakai warna apapun.
Untuk malam ini, dia memutuskan memakai gaun berwarna perak dan riasan bernuansa sama, dan lipstik berwarna fuchsia. Sementara rambutnya yang hitam pekat sepunggung cukup dikuncir buntut kuda.
“Biasanya jam sembilan belum seramai ini,” jawab Merry.
“Ah, itu ada tuh mobil yang baru keluar!” Cathy menunjuk ke depan, untung saja matanya jeli melihat peluang itu. Cepat Dawn memarkirkan mobilnya sebelum direbut oleh mobil lain.
“Yeaah! Let’s get the party started!” teriak Merry antusias.
Mereka bertiga pun tertawa kegirangan dan segera melompat keluar mobil.
“Booking atas nama Marianne Sifabella,” ucapnya pada petugas pintu masuk.
Sejenak petugas itu menelusuri jarinya pada tablet di tangannya, “Ah, Anda beruntung. Anda memesan sebelum dibooking habis oleh Nona Syeiley. Silakan masuk!”
Merry, Cathy dan Dawn saling pandang. Dibooking habis? Nona Syeiley ini pasti orang kaya banget.
Ambience bukan club biasa. Biaya masuknya mahal, harus booking satu table setidaknya habis lima juta. Kalau hanya datang sendirian dan tidak booking table, tetap saja habis minimal lima ratus ribu. Dan cewek itu membooking semua tempat?
“Anak konglomerat siapaa gitu!” ucap Dawn mengedikkan bahunya.
“Syeiley? Kayaknya gue pernah denger deh!” tambah Cathy.
Berhubung Cathy sangat ambisius, dia menghapal hampir semua konglomerat beserta nama anak-anaknya di Indonesia, bahkan merembet ke anak-anaknya Bill Gates dan Elon Musk.
“Ya udahlah ya, gue nggak peduli itu siapa. Tapi meja kita di mana?” potong Merry sudah tidak sabaran ingin segera duduk dan menikmati suasana.
Begitu masuk, ruangan sudah ramai oleh orang-orang yang sedang berjoget di lantai dansa, rave party sudah dimulai.
“Itu, sebelah sana masih kosong! Itu pasti meja kita!” tunjuk Cathy.
Maka, mereka bertiga segera berjalan menuju meja yang masih kosong tersebut.
“Gue pesen minuman kalian tunggu di sini dulu ya! Yang biasa kan?” teriak Merry untuk melawan gelegar suara musik yang dimainkan DJ.
Dawn dan Cathy hanya mengangguk. Tubuh mereka sudah bergoyang mengikuti irama lagu. Sophie pun berjalan menuju bar yang ternyata penuh oleh para tamu.
“Excuse me, excuse me,” Merry berusaha membelah kerumunan di dekat meja bar.
Asli menyebalkan banget! Kenapa sih mereka malah nongkrong di depan bar dan bukannya turun aja ke lantai dansa. Dengan sekuat tenaga, Merry menerobos di antara orang-orang itu. Dan akhirnya dia tiba di depan meja bar.
“Holy shit, rame banget sih!” keluh Merry pada seorang bartender yang sedang sibuk mengelap gelas sloki.
“Iya, malam ini Nona Syeiley membooking semua tempat untuk para tamunya,” jawab sang bartender, yang selalu bersikap ramah pada semua tamu.
“Bukan, maksud gue ngapain mereka berdiri dekat bar? Kan yang mau memesan minuman jadi susah.”
“Oh, itu, sebentar lagi mereka juga akan turun ke lantai dansa kok.”
“Yakin?”
Bartender mengangguk. Dan benar saja, saat musik berhenti, mendadak semuanya hening. Kerumuman di tengah lantai dansa otomatis bergerak ke pinggir, sehingga di tengah menyisakan ruang kosong.
Sekelompok manusia yang berdiri di depan bar langsung masuk ke tengah lantai dansa dan melakukan pose yang sama. Musik kembali dimainkan. Seolah sudah dikomando dan dilatih puluhan kali, sepuluh orang itu menari dengan sinkronisasi yang mengagumkan.
“Jadi mau minum apa?” tanya bartender tersenyum melihat ekspresi tamu wanitanya.
“Oh, dua Tequila Sunrise, dan satu Black Russian,” jawab Merry masih terkagum-kagum. “Oh iya, tambah tiga botol air mineral.”
Bartender mengangguk. Sementara dia menyiapkan pesanan, Merry pun menikmati waktu sambil menyaksikan pertunjukan tarian itu. Dan akhirnya dia melihat wajah sang pemilik acara. Seorang wanita berwajah mirip Kylie Jenner, dengan wambut ikal panjang berwarna pirang, dandanan menor dan pakaian berwarna keemasan.
Jadi itu yang namanya Nona Syeiley? Gumam Merry lebih kepada dirinya sendiri.[]
Seringkali apa yang kita rencanakan tidak berjalan seperti seharusnya. Seringkali kita kecewa dengan hasil yang kita dapatkan. Padahal mungkin, Tuhan bukannya tidak mengabulkan harapan kita. Melainkan Tuhan tahu apa yang kita butuhkan. Seumur hidupnya, Merry tidak pernah menginginkan hal yang terlalu muluk. Dia tidak menginginkan pacaran dengan anak orang kaya, kemudian mereka menikah dan tinggal di sebuah rumah yang mirip dengan istana. Hidup nyaman dengan bergelimang harta memang sangat menggiurkan, namun bukan hal yang mutlak untuk dimiliki. Melihat pernikahan kedua orang tuanya, Merry selalu berharap kalau dia akan bertemu dengan seorang pria yang baik, bertanggung jawab dan menghargai semua pendapatnya. Namun yang paling penting, pria itu akan terus bersamanya sampai dengan masa tua mereka. Sehingga dia tidak akan merasa kesepian seperti ibunya. Almarhum ayahnya merupakan pria yang baik, malah teramat baik. Namun sepertinya memang benar pepatah yang mengatakan orang baik umurny
Para orang tua selalu mengatakan, perjalanan menjadi dewasa melalui sebuah rangkaian proses yang panjang. Manusia melakukan kesalahan, tapi kemudian mereka akan memperbaikinya. Itulah yang membuat seseorang berkembang dan menjadi lebih dewasa dan bijaksana. Terdengar mudah, namun pada saat menjalaninya, Merry tidak tahu kalau kesalahan yang akan dilakukannya akan begitu menguras seluruh emosi dan fisiknya. Kalau saja mesin waktu ada, Merry akan memilih untuk kembali di saat dia kehilangan peran utama pertama kali yang berhasil didapatnya. Dia akan mengatakan pada versi dirinya yang lebih muda agar menerima keputusan saat peran tersebut dicabut darinya. Bukan berarti dia akan membiarkan versi dirinya yang lebih muda menjadi kurang ambisius, dia hanya akan melarang dirinya yang dulu agar tidak memasuki pintu ruangan tersebut. "Mer, kita sudah boleh pulang," tegur Cathy saat dia melihat Merry yang hanya duduk terdiam di atas ranjang IGD. “Benny,” begitu tersadar Merry lekas meraih ta
Acara pensi berlangsung dengan sukses. Acara sekolah mereka diliput oleh salah satu kanal televisi nasional. Merry, Cathy dan Dawn berjoget bersama di depan panggung untuk merayakan keberhasilan acara, sementara band tamu sedang tampil di atas panggung. Beberapa panitia yang lain pun ikut terjun merayakan. “Acara kita berhasil, Mer!” pekik Cathy memeluk Merry dengan erat. Tentu saja dia satu tim dengan Merry dan mereka berhasil mendapatkan banyak sponsor. “Dawn, bilang makasih sama bokap lo ya, karena udah mau jadi sponsor utama!” ucap Merry setengah berteriak dan merangkul bahu Dawn. Akhirnya mereka bertiga saling berangkulan sambil berjoget.“No problem! Win win, kok! Kata bokap, bagus juga buat promosi produk perusahaan!” balas Dawn.“Gue seneng banget! I love you, guys! Mulai saat ini, kita sahabatan sampai maut memisahkan, ya!” teriak Cathy.Cathy dan Dawn memang sudah sahabatan sejak SMP, namun Merry baru empat bulan ini bergabung bersama mereka. “Okay!” balas Merry dan Dawn
Sebelum menggeluti dunia akting, Merry terjun ke dunia modeling terlebih dahulu. Dia keluar sebagai juara satu pemilihan model di sebuah majalah remaja saat masih SMP. Setelah itu, dia mendapatkan banyak tawaran sebagai bintang iklan. Merry tidak mengambil pekerjaan selain modeling untuk membagi waktunya dengan jadwal sekolah. Karena iklan yang menggunakan wajahnya cukup banyak, Merry pun mendapatkan popularitas di kalangan remaja. Saat dia masuk SMA, Merry mulai mendapatkan tawaran sebagai pemeran pendukung di sebuah film. Hanya peran kecil, namun dari sana bakat akting Merry mulai dikenal. "Itu Sifabella Hadiprana yang jadi Dona, kan? Aktingnya keren banget pas adegan berantem. Badannya bagus sih, tinggi atletis." Begitu obrolan para siswa yang melihat dirinya di sekolah. Merry memang memakai nama belakang dan nama almarhum ayahnya untuk karir keartisan. "Wah, dia masuk ke sekolah kita? Berarti dia pintar juga anaknya, ya?" "Atau mungkin dia masuk dari jalur prestasi." "Prestasi
Wajah Merry masih terasa panas saat akhirnya dia sudah tiba di IGD rumah sakit terdekat. Kompleks apartemennya memang cukup dekat dengan rumah sakit, hanya perlu menyebrang, dan dia sudah sampai di halaman rumah sakit. Dan sepanjang jalan itu, sang Budi terus membopongnya. Benar-benar otot pria itu bukan kaleng-kaleng. "Apa yang sakit, mbak?" tanya perawat yang bertugas memeriksanya. "Ka-kaki saya, sus," jawab Merry. Sesekali matanya melirik ke tubuh sang Budi yang sedang berbicara dengan petugas administrasi di ruangan sebelah. Kebetulan lokasi tempat tidurnya bisa melihat ke ruangan itu. "Yang ini?" perawat itu memencet pergelengan kaki kanan Merry. "AAW!" Merry berteriak kaget karena dia sedang fokus mengintip. "Pelan-pelan, sus," ucap Merry meringis kesakitan. "Maaf, Mbak, lalu mana lagi yang sakit?" Mau tidak mau, Merry terpaksa berhenti mengintip dan fokus memberitahu perawat mana saja dirasa sakit olehnya. "Ada apa lagi lo ke sini, Bud?" Tiba-tiba Merry mendengar suara
Mereka bertiga berjalan bersama ke mall setelah mandi dan berganti pakaian. Mereka memutuskan untuk makan di foodcourt sehingga mereka bergantian membeli makanan. Saat Merry sedang berkeliling membeli makanan, Cathy dan Dawn duduk berdua saja sambil sesekali sibuk memeriksa ponsel mereka.Cathy tertawa membaca pesan dari Jason, cowok yang baru dikenalnya beberapa saat yang lalu. Tentu saja Jason mengajaknya untuk jalan hanya berdua di lain waktu, dan Cathy membalasnya dengan senang hati. Lumayan buat mengisi rasa bosan.Namun kemudian dia menyadari kalau Dawn diam saja sejak mereka berada di kolam renang. Padahal Dawn biasanya tidak berbeda jauh darinya kalau sedang berkenalan dengan cowok, agak centil dan banyak melempar candaan. "Oke, ada apa, Dawn?" tanya Cathy meletakkan ponsel di atas meja.Dawn terkejut karena Cathy tiba-tiba bertanya padanya, padahal perempuan itu sedetik sebelumnya terlihat asyik menatap layar ponselnya."Hah, oh ... gue ... nggak apa-apa, kok!" jawab Dawn se
Sesuai dengan janji pada Nyonya Sophie, hari ini Ashton akan memberikan Brittany kesempatan untuk memperbaiki hubungan mereka. Minggu ini mereka janjian untuk makan siang bersama di sebuah restoran.Ashton masih mengendarai mobilnya saat dia mendapatkan telepon dari Liam.“Yes, Bro?” jawab Ashton.“Lo di rumah?”“Nope, gue udah di jalan. Hari ini Brittany ngajak gue ketemuan.”“Oh, jadi sudah dimulai?”“Yep! Nyonya Sophie memang tidak pernah menunda waktu.”“Nyonya Sophie bukan nyokap lo, tapi lo nurut?”Ashton tertawa mendengar ucapan Liam yang penuh dengan nada sindiran.“Njirr, Nyonya Sophie juga bos gue keleus. Gue kerja di perusahaannya.”“Nyonya Sophie bukan satu-satunya pemilik. Masih ada gue dan bokap.”Ashton mendesah, memang sangat menyebalkan kalau dia harus selalu diingatkan masalah pada siapa dia sedang bekerja saat ini. Sebenarnya setelah menikahi Brittany, hal pertama yang akan dia lakukan adalah membuka perusahaan sendiri. Tentu saja dengan meminjam uang mertua. Tapi ka
"Ah, maafkan saya tidak sengaja menyenggol piring dan mengganggu perbincangan kalian," ucap Liam dingin walau masih terdengar sopan. Nyonya Sophie tersenyum, "Tidak masalah, Nak. Parmi, tolong bereskan piring yang pecah dan ganti yang baru," perintah beliau. Tanpa perlu diperintah dua kali, seorang pelayan sudah sigap membersihkan pecahan piring itu. Kemudian satu orang pelayan lainnya sudah membawakan piring yang baru di hadapan Liam. "Terima kasih karena sudah memakluminya, Nyonya Sophie," ucap Liam dengan sengaja mengubah panggilan ke ibunya dengan menggunakan nama. Nyonya Sophie menyadari perubahan intonasi suara dan panggilan yang diberikan Liam padanya. Beliau tidak terlalu terkejut, Liam pasti akan merasa keberatan, namun Nyonya Sophie sudah mempersiapkan rencananya dengan matang. "Tidak masalah, Liam. Piring yang pecah masih bisa digantikan. Namun, hati seorang ibu yang pecah dan terluka akan sulit untuk diobati. Bukan begitu?" balas Nyonya Sophie dengan nada bercanda na
Merry duduk dengan gelisah di kursi sambil sarapan. Berkali-kali matanya menatap ke arah jam dinding yang baru menunjukkan pukul sebelas siang. Benny tidak pulang dari malam, anak lelaki itu bahkan tidak menjawab pesan dan telepon darinya.“Berani-beraninya dia tidak acuh saat aku telepon,” Merry menggeram kesal. Namun, kekesalannya cepat berubah menjadi rasa khawatir. Merry tentu saja khawatir di mana adiknya tidur tadi malam, dan makan apa dia pagi ini. Merry meraih ponsel dan mengusap layar untuk membuka kunci. Ada banyak telepon tidak terjawab dan pesan yang belum dibacanya, salah satunya dari kekasihnya, Liam. Dia sedang tidak bersemangat mengecek pesan dari siapa pun. Namun, untuk mengalihkan pikirannya, dia mulai membuka semua pesan-pesan yang masuk. [Merry, kenapa kamu belum membaca pesan dariku? Kamu nggak apa-apa?] Begitu isi pesan dari Liam. Merry terus menelusuri pesan yang masuk dari Liam. Dan akhirnya dia sampai pada bagian saat Liam membicarakan Benny. [Benny tidur d
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments