All Chapters of Maduku Sayang: Chapter 121 - Chapter 130
144 Chapters
121. Vidia Mengamuk
"Maksud, Bu Hana?" Aku memperjelas arah pembiacaraannya takut salah kaprah."Tadi aku lihat Vidia dimarahi suamimu gara-gara gak bisa ngebedain gula sama garam. Bilang sama dia, kalau mau jadi perebut suami orang itu harus belajar banyak hal. Jangan sampai cibiran kamu sangka pujian," jawab Bu Hana.Aku mengangguk paham, rupanya dia sempat melihat kejadian memalukan itu. Untung bukan aku yang membawa kopi tadi ke Ferdila karena darah bisa mendidih kalau disiram apalagi aku bukan istrinya.Bu Hana meminta izin untuk ikut duduk katanya jenuh di rumah sendirian. Perempuan tua itu memang selalu sendiri karena suaminya sibuk bekerja serta dua anak lainnya. Mereka pun telah berkeluarga."Ngomong-ngomong, Vidia viral di sosial media ya?" bisik Bu Hana begitu Ferdila tidak ada di sisi kami lagi. Perutnya tiba-tiba sakit dan jika sudah berada di toilet, bisa menghabiskan waktu hampir satu jam."Viral kenapa, Bu?""Ada seseakun yang posting cerita ten
Read more
122. Tidak Ada Sakinah
Ferdila tidak banyak bicara, dia menyeret Vidia masuk rumah. Di depan kamar keduanya saling menatap tajam. Aku kembali menjadi penonton untuk madu Ardina."Jelaskan!" geram Ferdila."Harusnya istri kesayanganmu yang nenjelaskan semua ini, Fer!" Ferdila memicingkan kedua matanya. Dia terlihat bingung dengan kalimat Vidia tadi. Memang suami adikku itu tidak update sosial media. Aku bahkan jarang melihatnya memegang ponsel jika bukan urusan kantor.Hanya nasib yang merubah segalanya. Ardina harus menelan kenyataan pahit bahwa suaminya telah mendua. Aku tidak tahu pasti awal mula kejadian ini karena ketika Ardina memberitahu, darah langsung mendidih ingin memberi pelajaran pada adik ipar."Ardina?""Iya, tanya sama dia apa saja yang sudah dilakukannya!"Pandangan Ferdila beralih padaku. Namun, tidak sesangar tadi ketika bersitegang dengan Vidia. Aku memaksa senyum meski sebenarnya muak pada drama yang selalu hadir mengelabui hati da
Read more
123. Aku Bukan Pelakor
POV VIDIA MAIDA *** Untung saja tadi aku sempat menyambar tas yang tergantung di dekat pintu. Kali ini bibirku terkunci dan aku tidak bisa terus berdiri di hadapan mereka seperti pecundang. Ardina, aku yakin bukan dia yang berada di rumah itu melainkan saudari kembarnya. Di depan rumah, aku berdiri mematung menatap kosong ke depan. Pasti amarah Ferdila memuncak, tetapi entah alasan apa sehingga tidak ada cekalan di tangan. Dia membiarkanku pergi begitu saja. "Honey," sapa seseorang. Lantas aku menoleh dan ternyata itu David dengan mobil kesayangannya. Seketika mata membola melihat kehadirannya yang tiba-tiba. "David!" Aku memekik dengan suara tertahan. "Ngapain ke sini?" tanyaku sambil sesekali menatap ke rumah khawatir ada Ardina atau Ferdila yang mengintip. Jantung berdebar begitu cepat. "Masuk ke mobil!" titahnya sambil menunjuk pintu mobil dengan dagunya yang breawokan. Dengan langkah cepat aku masuk ke mobil milik David de
Read more
124. Ruang Bawah Tanah
POV ARNILASekarang aku berada di kediaman Naren sejak kepergian Vidia tadi. Beruntung sekali adik ipar percaya kalau aku keluar hendak membeki bra karena sudah bosan dengan yang lama.Bukan berdua, melainkan ada Ardina juga di sini. Sejak tadi aku menyusun kalimat yang paling bagus supaya bisa menghasut Ardina yang cinta mati pada suaminya."Tidak!" jawab Ardina setelah pertanyaan lima menit lalu aku lontarkan. "Kamu harus bisa ikhlas melepas Ferdila, maka masalah akan selesai, Din. Kamu gak akan sakit hati lagi!" tekanku."Dengan melepas Ferdila malah semakin membuatku sakit hati. Memang dia tidak setampan sahabtmu, tetapi hati tidak bisa mengelak kalau cinta itu masih ada."Aku bukannya tidak mau membantu Ardina kembali dengan Ferdila. Apalagi jika niat mengalah dan membiarkan Vidia tersenyum menang. Hanya saja, jika aku menyakiti Ferdila sama saja menyakiti saudari kembar sendiri.Naren pun terlihat bingung, diam-diam menghe
Read more
125. Ganti Peran
Sore sudah tiba, aku berdiri di belakang rumah Ardina dengan memakai daster yang sengaja aku beli. Sesuai pesan yang dikirim melalui akun Whats*pp, satu menit lagi aku masuk ke rumah. Semoga saja si Bodoh itu sudah pergi dengan memakai taksi yang kami pesankan sebelumnya. Ada sms yang dikirim Ardina.[Masuk!]Aku membuka pintu sambil memerhatikan sekitar, takut-takut Vidia memergoki kami. Takdir berpihak, suasana lagi aman. Dengan langkah cepat aku masuk ke kamar dan merebahkan diri di tempat tidur. Rupanya Ferdila masih mandi."Ganti baju lagi?" tanya Ferdila begitu keluar dari kamar mandi. Aku memalingkan wajah karena dia hanya memakai handuk."Iya.""Kenapa palingkan wajah?" "Enggak." Aku menjawab sambil menatap padanya. Lagi pula sama sekali tidak tergoda dan semoga lelaki itu tidak menggodaku.Ferdila tidak lagi membuka suara, dia langsung mencari baju dalam lemari dan memakainya dengan gerak cepat. Huh, aku mengembus napas
Read more
126. Drama Queen
"Tidak usah takut dipeluk jika kamu memang Ardina. Bahkan kalau bisa kalian ciuman untuk membuktikan saja. Suami istri boleh melakukan itu, kan?" "Gila kamu!" sungutku kesal."Pak Ferdila!" panggil seseorang. Itu tentu saja Naren. Aku bernapas lega. "Mohon maaf, sedikit mengganggu. Ada yang mencari Bapak di depan. Namanya David.""W-what?!" Vidia kaget. Wajahnya pucat. Dengan gerak cepat dia menyusul Ferdila ke luar. Aku tentu saja tidak ingin ketinggalan. Namun, sebelum meninggalkan kamar aku melihat Naren mengedipkan sebelah matanya dengan senyum manis.Tampan juga sahabatku itu, semoga dia segera menikah hingga tidak perlu mengikutiku lagi.Di depan rumah, terlihat seorang lelaki breawok yang bisa dikata tampan. Dia langsung menarik Vidia dan memeluknya di depan Ferdila. Tangan adik iparku terkepal kuat dengan rahang mengeras. Dia tersulut emosi."Siapa itu, Vidia?" tanyaku. Sementara Vidia meronta ingin dilepas, tetapi kekuatan Dav
Read more
127. Muak
POV NAREN *** "Besok lo harus datang ke rumah Ferdila ngaku apa yang udah lo lakuin sama Vidia. Lo harus jujur bahkan kalau bisa lebih meyakinkan lagi!" titahku ketika David kembali menelepon. Sebenarnya sejak Vidia ketahuan selingkuh dengan lelaki breawok ini aku diam-diam mengajaknya kenalan bahkan memamerkan kekayaan. Melihat dia tergiur, tanpa basa-basi aku mengajaknya bekerja sama. Ternyata cinta itu palsu. David hanya ingin memanfaatkan Vidia untuk menguras harta Ferdila. Jadi, dia akan melakukan apa pun yang kuminta dengan bayaran mahal tentunya. Semua aku lakukan demi Arnila bukan saudarinya. "Iya, Ren. Gue bakal ngelakuin apa aja asal dapat duit yang banyak. Gak peduli Vidia mau berubah atau enggak, yang pasti masih banyak wanita malam di luar sana." Aku menarik senyum simpul ketika mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Melihat Ardina yang cantik dan berani selalu berhasil menciptakan debaran dalam dadaku. Meski kami dekat,
Read more
128. Rekaman Suara Vidia
POV AUTHOR"Kenapa kamu bisa terjebak dengan David, Vidia?" tanya Ferdila. Lelaki jangkung itu tengah berusaha mengontrol emosi agar tidak langsung main tangan."Utang. Kalau kamu bisa melunasi, maka aku bebas darinya!" jawab Vidia ketus padahal sebenarnya bukan seperti itu dan perselingkuhan mereka sama sekali tidak ada kaitannya dengan utang.Ferdila menarik napas panjang dan mengembuskan perlahan. Dia menanyakan apa saja yang dilakukan Vidia ketika bertemu David karena mustahil ketika dua orang dewasa berada dalam kamar tanpa melakukan hal tidak senonoh.Perempuan berambut pirang itu menggeleng, dia berkilah bahwa David bukan selingkuhannya dan mereka hanya bertemu di saat darurat saja itu pun dipaksa. Ketika bersama, David hanya mencium tidak sampai menjamah. Walau begitu, tetap saja Ferdila merasakan cemburu."Aku ini suami kamu, Vidia!""Tentu saja. Lantas, harusnya kamu lunasi utang itu biar istrimu ini bebas!" Vidia mengibas rambut.
Read more
129. Gudang
Pukul tiga sore, Ardina sudah berganti peran dengan saudari kembarnya tentu atas bantuan Naren. Pakaian mereka sengaja dibuat kembar agar Vidia tidak menaruh curiga.Ada rasa bahagia yang hadir di hati Ardina karena malam ini akan kembali bersama sang suami. Setelah beberapa hari tidak beradu tatap, tentu membuat rindu membuncah tanpa mampu ditahannya."Hai, Ardina!" sapa Vidia."Iya." Ardina menjawab singkat dengan suara sangat lembut membuat Vidia curiga kalau perempuan yang kini duduk di dekatnya bukan perempuan tempramental seperti pagi tadi.Akhirnya muncul ide untuk menelusuri lebih jauh. Dia bertanya tentang hal apa saja yang dilakukannya dengan Naren pagi tadi di depan rumah. Ardina yang lugu memutar otak karena tadi tidak diberitahu Arnila."Mencuci mobil, kan?"Ardina mengangguk, sementara Vidia tersenyum penuh arti. Dia semakin yakin kalau perempuan itu adalah kakak madunya. Sekarang dia merasa bebas dari cekaman dan akan balas de
Read more
130. Ferdila?
POV ARDINAAku terkejut mendengar apa yang dikatakan Vidia barusan. Beruntung tadi sempat membawa ponsel karena was-was. Akan tetapi, rasa takut tiba-tiba hadir menyelimuti jiwa. Seharusnya menuruti titah Arnila.Pintu gudang mulai tertutup rapat. Ruangan seketika gelap. Di dalam sini memang ada lampu, tetapi remang-remang. Aku nyalakan dengan membaca basmalah berharap tidak ada sesuatu yang aneh.Tidak lama kemudian, aku mencari nomor telepon Arnila dan langsung menghubunginya. Tersambung setelah lima menit berlalu. "Arnila!" Suaraku terdengar gemetaran."Aku tahu, pasti sekarang kamu terjebak di gudang kan? Lagian kenapa harus membangkang padahal tahu sendiri Vidia itu sangat licik?!" maki Arnila."Maafkan aku, tapi Ferdila yang memintaku masuk ke sini nanti dibukakan sama dia." Air mata mulai bercucuran."Lagian kalau berhadapan sama Vidia, jangan terlalu lembek. Kamu harus tegas karena dia akan melemah. Lihat saja, dia tidak pernah mampu
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status