All Chapters of Tokyo Dai Roman: Chapter 21 - Chapter 30
59 Chapters
BERDUA
Arata baru saja tiba di apartemen barunya. Apartemen itu bertingkat 2, dan Arata memilih tempat di bagian atas. Sebenarnya keinginannya untuk tinggal sendiri ini sempat ditentang oleh ibunya, namun berkat dukungan kakek dan ayah tirinya, kini Arata bisa mewujudkan mimpi kecil yang selalu ia pendam. Ia ingin hidup mandiri. Tanpa mendengar suara manja atau godaan ibunya, atau tanpa perlu bertemu dengan ayah tiri yang tak ia sukai. Ia ingin bisa mengurus dirinya sendiri, itulah keinginan yang sejak dulu ada dalam lubuk hatinya.Oleh karena itulah, hari ini saat ia pindahan pun tak ada yang mengantarnya. Bukan karena tak ada orang yang bisa mengantar, tapi Arata memang melarangnya. Ia khawatir ibunya akan banyak bertingkah kalau ia memberitahukan lokasi tempat tinggal barunya. Hanya Jurina saja yang ia beri tahu. Alasannya, karena Jurina adalah salah satu orang kepercayaan Arata di rumah.Beberapa dus nampak tertumpuk di sudut ruangan. Apartemen itu punya ruang yang cukup
Read more
ROMANSA DI MUSIM PANAS
“Aduh duh, sakit!”“Bisa pelan-pelan tidak?”“Berisik! diam sajalah!”Dua orang perempuan tetangga Arata tak sengaja mendengar suara itu. Kebetulan, mereka adalah sahabat dekat yang apartemennya berada tepat di samping apartemen Arata. Mendengar suara-suara mencurigakan itu, mereka pun hanya bisa tertawa cekikikan sambil membayangkan hal yang tidak-tidak.Padahal aslinya, Arata sedari tadi marah-marah karena sangat sulit melepaskan obi yang dipakai Hasumi. Saking kesalnya, ia sempat menyarankan agar Hasumi menggunting saja obinya. Namun karena yukata dan obi itu peninggalan sang ibu, Hasumi menolak dengan keras.Hasumi lagi-lagi mengeluh saat Arata menarik obinya ke kanan dan kiri, membuat ia jadi agak sesak. Akhirnya dengan peluh yang sudah mengalir, obi itu pun bisa terlepas juga. Hasumi bisa bernafas lega, begitu pula Arata. Tanpa sadar Arata malah sibuk menyeka peluhnya sambil berkacak pinggang di belakang Ha
Read more
TERBONGKAR?
Arata sedang menyantap mie somen dingin dengan nikmat saat tiba-tiba mendengar ucapan Hasumi yang membuatnya langsung tersedak. Apa ia tidak salah dengar? Hasumi memintanya memeluknya? Arata masih memandang Hasumi dengan kaget. Sementara Hasumi langsung salah tingkah. Ah, bodoh! kenapa juga ia harus minta hal itu?“E-eh, tidak kok. Aku bercanda.” Hasumi tertawa kikuk sambil menggaruk kepalanya. Duh, rasanya ia ingin jadi mie somen saja saking malunya.Hasumi baru saja mengambil sumpit saat tiba-tiba Arata menarik lengannya. Dalam hitungan detik, Hasumi sudah ada dalam pelukan Arata.“Ini sekalian ucapan terima kasih.” kata Arata singkat, masih tak melepaskan pelukannya.Hasumi masih kaget dengan  apa yang dilakukan Arata. Tangan gadis itu tak sedikit pun bergerak untuk membalas pelukannya. Namun, posisi mereka yang hampir tak berjarak membuat wangi mint dari rambut Arata tercium dengan kuat, hingga membuat Hasumi merasa sediki
Read more
TRUTH OR DARE
Musim panas telah berlalu menjadi musim gugur. Perlahan, hawa dingin mulai terasa, hingga membuat semua orang mulai memakai jaket dan baju panjang tiap kali keluar rumah. Begitu pula dengan yang Hasumi lihat hari ini. Saat ia memasuki ruangan circle, semua orang tampak memakai pakaian hangat. Kecuali Chika yang nekat memakai rok jeans yang agak pendek. Akibatnya, ia kini terpaksa merayu Shin agar meminjamkan celana panjangnya. “Ayolah, hari ini saja kok. Tadi aku kesiangan dan lupa pakai stocking. Lalu celana olahraga juga ketinggalan.” “Bukan begitu, nanti bagaimana aku bisa pulang?” “Kau ‘kan bawa celana olahraga. Selain itu kau juga laki-laki jadi tidak akan terlalu malu. Ya?” kali ini Chika memasang wajah memelas. Shin menghela napas dengan kasar. Ia memang selalu menyimpan celana olahraga di loker ruang circle, tapi celana kolor selutut yang biasa dipakai olahraga. Kalau ia memberi pinjam celana panjang yang saat ini ia pakai, masa dirin
Read more
KECEWA
10 menit telah berlalu, dan kini Hiroto dan Hasumi sudah sampai di depan rumah. Ini pertama kalinya Hiroto datang ke rumah Hasumi setelah kepindahannya ke Tokyo.“Mau masuk dulu?”“Mungkin lain kali saja.” jawab Hiroto sembari tersenyum simpul. Sebenarnya ia menolak bukan karena tidak mau masuk, tapi ia masih merasa malu lantaran telah mengatakan hal yang membuat Hasumi tadi langsung terdiam. Rasanya ia ingin cepat-cepat pulang.“Oh, baiklah. Terima kasih sudah mengantarku sampai rumah.”“Santai saja.”“Rumah saudaranya Yoshide-kun di mana? masih jauh?”“Ah.. ya lumayan. Mungkin beberapa meter lagi di depan.” Hiroto menjawab gugup.“Hati-hati di jalan.”Hiroto mengangguk, “Sampai ketemu di kampus.” jawabnya mulai berjalan.Hasumi ikut tersenyum sembari menatap punggung Hiroto yang mulai menjauh. Setelah beberapa lama, ia pun m
Read more
PENGAKUAN
30 menit telah berlalu tanpa ada kabar dari Arata. Dengan perasaan yang masih campur aduk, Hasumi mencoba menghubungi Chika. Sesuai perjanjian, hari ini harusnya mereka kencan ganda. Namun kemarin Chika bilang ingin memberikan sedikit waktu untuk Hasumi dan Arata, makanya ia dan Shin berencana untuk datang 1 jam kemudian, yakni di jam 12. “Hallo? Ah kebetulan, aku baru saja ingin menghubungimu.” suara Chika di seberang menyambut. “C-Chika, kau di mana?” “Tunggu, ada apa dengan suaramu? kau terdengar seperti mau menangis.” “Tidak kok, aku baik-baik saja. Kau di mana?” Hasumi menghela napas, mencoba menyembunyikan rasa sedihnya. “Hasumi, maaf. Aku tadi baru saja berencana memberitahumu. Ternyata, Shin tidak bisa datang. Dia bilang ingin menonton pertandingan Ryuuga-senpai hari ini, jadi aku dan dia sedang di jalan menuju gymnasium. Aku benar-benar minta maaf, tapi bukankah ini kesempatan yang bagus? kau sedang bersama sensei ‘kan sekaran
Read more
BINTANG TAK TERGAPAI
“Pemilihan mahasiswa tercantik dan tertampan?” Hasumi dan Chika sama-sama mengerutkan kening sembari menatap poster yang tertempel di mading. Shin dan Ryuuga ada di belakang mereka, Ryuuga tampak sibuk meneguk minuman  sambil celingak-celinguk ke kanan kiri. “Memangnya ada ya?” Chika menoleh ke arah Shin. “Ada, setiap tahun ada 2 mahasiswa yang dipilih dari seluruh Jepang untuk dijadikan mahasiswa tercantik dan tertampan. Nah setiap universitas akan mengirimkan perwakilan.” jelas Shin. “Heee aku baru tahu.” gumam Hasumi yang terpana.  “Ah, apa aku juga ikut saja ya?” Shin menunjuk dirinya sendiri sembari menyeringai lebar. “Tidak boleh!” jawab Chika spontan. “Huuu, kau takut aku jadi terkenal dan digilai banyak perempuan ya?” tanyanya percaya diri. “Dih! aku takut kau depresi karena kalah, soalnya kau pasti memang kalah, sih.” Shin tertawa meringis mendengarnya. “Hasumi, kau ikut saja!” kata Ch
Read more
PESAN MISTERIUS
  “Aku.. “ Setelah beberapa detik terdiam mendengar pengakuan Hiroto, Hasumi akhirnya membuka mulutnya. Dalam hati gadis itu terbesit sedikit rasa perih yang entah muncul karena apa. “Aku memang menyukaimu Yoshide-kun, tapi itu dulu. Sekarang, aku menyukai orang lain.” Hening. Hiroto mematung, ia sendiri tak tahu harus bagaimana menyikapinya. Rasa perih dan penasaran muncul sekaligus dalam benaknya. “Jadi, aku minta maaf.” Hasumi membungkukkan badannya beberapa saat. Ia sendiri pun tak menyangka kalau hari ini akan tiba. “Begitu ya. Tidak apa-apa kok.” Hiroto tertawa kikuk. “Kalau boleh tahu.. orang yang kau sukai itu, Ryuuga-senpai?” Hasumi langsung mengerutkan kening. “Kenapa kau berpikir Ryuuga-senpai?” Tiba-tiba Hiroto tersentak, terlihat agak kaget. “Oh, tidak apa-apa sih. Aku hanya mencoba berpikir kalau kau tidak mungkin benar-benar menyukai Tanizaki-sensei. Atau mung
Read more
KENANGAN DI YOKOHAMA
Watanabe sedang sibuk membereskan bekas gelas dan piring kecil di meja tuannya. Ia melirik ke arah Gouto yang sejak tadi sibuk berpikir. Melihat tuannya tersebut membuat Watanabe jadi merasa khawatir. Padahal tadi baru saja tuannya itu akan beristirahat, namun email misterius yang entah dari siapa dan apa maksudnya membuat tuannya itu seketika langsung terbangun lagi. “Tuan, mungkin itu email iseng dari rekan bisnis kita. Bisa saja ada yang tak suka dengan Anda dan berusaha menghancurkan bisnis dengan membuat Anda lelah.” Gouto terdiam sesaat, kemudian manggut-manggut. “Kau benar juga. Harusnya aku tidak terlalu memikirkannya.” Gouto pun bangkit dari posisinya. “Anda mau ke mana, tuan?” “Aku mau tidur di kamarku. Kau sudah boleh pulang.” katanya tanpa menoleh, kemudian berjalan keluar ruangan. “Baik, tuan.” Watanabe melanjutkan kegiatannya. Namun jujur, sebagai pelayan setia yang telah menjadi asisten Gouto selama kurang lebih 20 tahun
Read more
TENTANG KELUARGA HACHIYA
Hamamatsu, prefektur Shizuoka.Seorang gadis berambut panjang bernama Hachiya Hatsuki berjalan masuk ke sebuah rumah mewah yang letaknya jauh dari perkotaan. Rumah tersebut dikelilingi pagar tinggi dan pohon-pohon besar di bagian sampingnya. Dengan muka lelah, gadis itu pun disambut oleh seorang perempuan tua yang merupakan pelayan di rumah keluarga tersebut.“Okaerinasai, Hatsuki-san.” kata si perempuan dengan ramah.“Tadaima.” Hatsuki membalas dengan senyuman lebar. Ia pun melangkah masuk, dan mendapati seorang lelaki tua berusia 65 tahunan tengah asyik menonton TV. Lelaki itu adalah Hachiya Takaya, lelaki yang pernah bermain golf bersama Arata. Menyadari kehadiran Hatsuki, lelaki itu pun langsung tersenyum.“Ah, kau sudah pulang ya?”“Yah meskipun agak lelah. Ayah, bukannya ini saatnya aku tinggal saja di Tokyo? jarak Tokyo ke Shizuoka cukup membuatku lelah kalau pulang-pergi seperti ini.” pinta Ha
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status