All Chapters of DILAMAR ANAKNYA DINIKAHI AYAHNYA: Chapter 71 - Chapter 80
101 Chapters
71. Kejutan
"Bagaimana bisa kamu tahu apartemen saya? Dan kamu berani memeluk istri bos kamu di depan orang banyak? Kamu ingin saya pecat,  Dion?!" Suara Baru meninggi dengan tangan yang terkepal di balik punggungnya."Maaf, Pak Bari, jika saya terus terang meminta alamat Pak Bari, pasti tidak akan diberitahu, sehingga saya memutuskan untuk mengikuti Pak Bari pulang kemarin. Bapak tidak perlu cemburu, saya dan Tiara sudah selesai. Wanita itu adalah wanita baik-baik yang sudah memutuskan untuk memilih suaminya daripada duda seperti saya. Pelukan itu hanya sebagai pelukan perpisahan saja. Namun ada satu hal yang perlu Pak Bari ketahui, jika saya tahu Tiara tidak bahagia dengan Pak Bari, maka saya tidak akan ragu untuk merebut Tiara kembali. Saya permisi, Pak, mau menyiapkan file presentase kita hari ini." Dion bangun dari duduknya, lalu membungkuk sedikit sebagai tanda berpamitan pada Bari.Sepeninggal Dion, Bari menghubungi kembali nomor Tiara, wa
Read more
72. Kemarahan Bari
"Dion, bisa tinggalkan kami sebentar? Ada yang perlu saya bicarakan dengan wanita ini," ujar Bari menoleh ke arah Dion yang masih terpaku di tempatnya."Tentu saja bisa, Pak, dan saya menunggu penjelasan dari Pak Bari segera. Saya serius dengan ini. Bapak paham'kan?" Bari mengepalkan tangan sambil menarik napas berat. Tak lama kemudian lelaki itu mengibaskan tangan pada Dion dan dengan tatapan seriusnya meminta Dion segera menutup pintu ruangannya.Blam!"Kamu, mau apa kamu ke sini dan mengaku istriku? Apa kamu gila?" cecar Bari sambil meletakkan kedua tangan di pinggang."Mmm ... sungguh malang Mbak Tiara. Dia padahal istri sah kamu, terus kenapa kamu tidak memberitahu semua karyawan di sini? Apa yang kamu sembunyikan? Apa dia tidak cukup cantik untuk dibawa ke depan umum? Atau karena dia tidak bisa melahirkan anak membuat kamu tak menghargainya? Bukan salahku kalau begitu! Kamu yang keterlaluan! Dan seka
Read more
73. Mencintai tapi tak dapat bersama
"Bari! Kamu keterlaluan! Aku menelepon anak dari Dion yang sedang sakit, bukan menelepon ayah mereka. Aku masih menjaga perasaan kamu sebagai suamiku, kenapa kamu seperti ini? Kamu sama sekali tidak mempunyai rasa empati. Pantaslah kamu tidak ditakdirkan memiliki anak dariku!" Tiara menjerit berapi-api meluapkan kekesalannya pada Bari."Aku tidak suka! Mau itu anaknya atau Dion sekali pun, kamu tidak boleh lagi berhubungan dengan mereka. Kamu istriku dan aku yang berhak atas kamu!" Tegas Bari masih dengan wajah yang merah padam menahan amarah."Kalau begitu, talak saja aku! Talak!" Tiara bangun dari duduknya dan menantang Bari dengan matanya yang basah."Sejak awal bertemu dengan kamu, selaku saja hidupku dirundung kesulitan. Kamu pembawa sial untuk hidupku! Jadi aku minta, ceraikan aku sekarang, talak aku Bari! Aku sudah tidak bisa memaafkan kamu lagi! Kita tidak bisa bersama, aku mau pergi!""Tiara tungg
Read more
74. Ke mana Tiara?
"Ya ampun, Mbak, ada apa? Ayo, masuk!" Restu membukakan pintu kontrakannya untuk Tiara, lalu menarik lembut tangan wanita itu agar segera masuk ke dalam rumah.Restu melihat jam di dinding yang sudah pukul dua belas malam. Berarti Tiara entah dari mana berjalan cukup jauh. Bisa ia lihat dari kedua kaki Tiara yang nampak sangat kotor."Maaf, aku mengganggu tidurmu, Res, aku hanya menumpang untuk malam ini saja, besok aku akan mencari tempat lain," kata Tiara dengan sungkan. Air mata masih belum mau berhenti membasahi pipinya, Restu hanya bisa menghela napas, lalu mengulum senyum."Gak papa, Mbak, ayo, cuci tangan dan kaki dulu. Pasti Mbak Tiara habis berjalan jauh. Di lorong itu kamar mandinya, saya biar buatkan teh untuk Mbak Tiara ya," jawab Restu mafhum. Wanita itu berjalan ke dapur, sedangkan Tiara beranjak menuju kamar mandi. Bukan hanya mencuci tangan dan kaki, Tiara juga membasuh wajahnya agar air mata berhenti. Baju
Read more
75. Keputusan Tiara
"Kenapa Mas ada di sini? Bagaimana keadaan Fatiha?" Tiara memperhatikan wajah lelah Dion yang tersenyum tipis di depannya."Sudah tidak panas lagi dan mungkin hari ini sudah bisa pulang. Ada Suri yang menjaga pagi ini, karena saya mau pulang sebentar untuk mandi dan berganti pakaian. Semalam Restu mengirimkan pesan bahwa kamu ada di sini, jadinya saya ke sini sebelum kamu menghilang lagi. Kita masih berteman'kan? Sekarang katakan, apa yang membuat kamu kabur dari rumah? Katakan sejujurnya dan jangan ada yang ditutupi," ujar Dion panjang lebar. Netra hitam pekat lelaki itu menatap Tiara yang menunduk sambil memainkan ujung bajunya. Ia tahu, Tiara pasti akan bingung mau memulai cerita dari bagian mana. Ditambah lagi mereka sedang berada di rumah Restu, pasti Tiara tidak ingin Restu mengetahui yang sebenarnya tentang dirinya."Restu, apa saya tidak dibuatkan teh?" seru Dion berpura-pura membutuhkan segelas air untuk dirinya. Restu yang tengah
Read more
76. Handuk yang Melorot
"Enak saja mau ikut! Bisa heboh semua keluarga besarku kalau tahu aku bawa wanita hamil yang belum jadi istriku. Apalagi mereka tahunya Tiara yang menjadi istriku," gerutu Bari sambil mengendarai mobilnya menuju kantor. Ia memang akan ke Jakarta, tapi bukan berarti ia melupakan tugasnya dengan perusahaan yang baru ia rintis. Ada beberapa tugas yang akan ia titipkan pada Dion sebelum terbang ke Jakarta. Yah, walau ia kesal dan cemburu dengan Dion, tetapi ia juga harus realistis untuk urusan pekerjaan. Dion karyawan yang baik dan berpotensi, juga cerdas, hanya saja keberuntungan belum berpihak padanya.  Bari tiba di kantor lebih awal lima belas menit. Sudah ada beberapa motor karyawannya yang parkir rapi di tempat biasa, tetapi ia belum melihat motor Dion.  "Selamat pagi, Pak Bari," sapa ramah staf bagian front desk.  "Pagi," jawab Bari sambil tersenyum
Read more
77. Kendall Jenner VS Dinar Candy
Rasa kantuk yang luar biasa mendera Tiara. Ini sudah pukul dua pagi dan ia masih terjaga di ruang perawatan kelas tiga Rumah Sakit Hanimun. Bari masih belum sadar sejak pingsan dari rumahnya. Kata dokter yang memeriksanya tadi, detak jantung Bari melemah dan tekanan darahnya juga sangat rendah, hal ini disebabkan karena kelelahan. "Lelah ngapain? Memangnya ada bos kelelahan?" gumam Tiara sambil mencebik. Ia ingin sekali tidur, tetapi tidak bisa dalam keadaan duduk seperti ini.  Cklek! Suara pintu dibuka. Mungkin suster yang tengah mengecek satu per satu, sehingga Tiara tidak membuka tirai.  "Tiara," panggil seseorang yang sangat ia hapal suaranya. Angkasa. Tiara menyibak tirai, lalu sosok yang ia tebak benar adanya. Angkasa sudah berada di dekat bilik perawatan Bari dengan kedua tangan membawa bungkusan. 
Read more
78. Kesialan Tiara
Tiara menatap tak sabar jam di dinding. Ini sudah pukul sepuluh pagi menjelang siang dan belum ada satu orang pun yang datang menggantikannya untuk menunggui Bari.Baju yang ia kenakan sudah tidak nyaman. Tubuhnya sangat terasa gerah sehingga ia butuh mandi. Memang Bari masih saja tidur, ia cukup bersyukur dengan itu, tetapi tetap saja tubuhnya tidak nyaman dan ingin segera mandi di air dingin, sambil membasahi rambutnya.Tiara memanjangkan leher untuk mengintip ke brangkar Bari yang masih saja senyap. Pria itu tidak kunjung sadar setelah pingsan dan tidur begitu lama.CklekDua orang perawat masuk, lalu tersenyum pada Tiara."Bagaimana keadaan Pak Bari, Mbak?" tanya perawat itu dengan ramah."Udah mati kali, Sus, coba aja cek. Masa ada orang pingsan dan tidur gak bangun-bangun, padahal harus minum obat. Gak makan, gak ke kamar mandi. Mana ada orang yang masih bernapas tid
Read more
79. Mencari Pekerjaan
"Pak, mohon maaf banget ini, saya beneran ngantuk berat. Tugas menjaga buaya pingsan membuat saya tidak bisa tidur semalaman. Jadi saya mohon Bapak balik lagi aja besok ya," ujar Tiara dengan mata setengah terpejam karena sedang merasakan kantuk yang luar biasa.Mendengar kata buaya pingsan, membuat Pak RW Ismoko atau yang biasa dipanggil Pak Moko itu menelan ludah. Apakah calon istrinya pawang buaya?"Udah ya, Pak, saya masuk dulu. Pakde jangan lupa tutup pintunya ya. Saya beneran gak tahan." Tanpa menunggu lagi, Tiara berbalik dan segera masuk ke dalam kamarnya dengan sempoyongan. Tak lupa pintu kamar ia kunci agar tidak terjadi hal-hal yang tidak ia inginkan.Cukup dua kali keteledoran lupa mengunci pintu rumah ataupun kamar menyebabkan dirinya selalu diikuti masalah yang sangat pelik.Tiara menghempaskan tubuhnya kembali ke tempat tidur, memeluk guling kesayangannya dengan erat, lalu terbang bersama mi
Read more
80. Asisten Bulan
"Oma, maaf, ini ada apa?" Tiara merasa sangat malu duduk di hadapan wanita sepuh yang masih terlihat sangat cantik dan sehat."Kamu dikirim dari CV tenaga kerja 'Maju Bersama Cinta' bukan?" tanya Bulan sambil tersenyum hangat."B-betul, Oma." Bulan masih menyunggingkan senyumnya. Memperhatikan Tiara dari ujung kepala hingga kaki. Keadaan yang tumpang-tindih dengan Rumi; menantunya, sekaligus adik dari Tiara.Rumi memiliki kehidupan yang sangat layak dan penuh cinta dari Angkasa, anak mereka juga tumbuh dengan sehat serta lucu. Namun Tiara, wanita yang begitu berbesar hati memaafkan semua kesalahan cucu lelakinya takkan mampu ia tukar hal itu dengan uang. Belum lagi kenyataan rahim yang harus diangkat karena keracunan obat akibat perbuatan Bari.Bulan memijat pelipisnya dengan kuat bila mengingat kelakuan Bari yang diluar nalarnya sebagai manusia, sekaligus anggota keluarga yang cukup dengan cucunya.
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status