All Chapters of DILAMAR ANAKNYA DINIKAHI AYAHNYA: Chapter 81 - Chapter 90
101 Chapters
81. Bari Tak Sadarkan Diri
Bari kembali dilarikan ke rumah sakit setelah tak sadarkan diri di depan pintu kamar mandi Tiara. Semua orang panik, termasuk Oma Bulan, Angkasa, dan juga beberapa orang pembantu yang ada di rumah itu.Dua orang lelaki pekerja Bulan, bahkan mengalami kesusahan mengangkat tubuh Bari yang menurut mereka sangat berat, padahal tubuh lelaki itu tidaklah gemuk ataupun gendut. Seakan tubuh itu enggan beranjak dari depan kamar mandi."Bisa diceritakan kronologi yang menimpa Mas Bari ini? Apa beliau terpeleset?" tanya seorang dokter muda pada Bulan dan juga Tiara."Cucu saya ditemukan di depan pintu kamar mandi mantan istrinya, Dok, saat itu Mbak Tiara ini sedang mandi, benar begitu Tiara?" tanya Bulan sembari menoleh pada Tiara. Tak ada yang bisa dilakukan Tiara selain mengangguk dengan perasaan sangat malu."Mm ... jadi seperti itu. Apa berpisahnya sudah lama?" tanya dokter lagi."Maaf ya, Dok, m
Read more
82. Mengurus Bari
Tiara tersentak dari tidurnya. Lehernya yang miring ke kanan saat tidur cukup lama, menjadi kaku dan sedikit nyeri, bahkan untuk beberapa saat ia harus berdiam diri dahulu tanpa bisa menoleh ke kiri. Saraf lehernya begitu kaku sehingga Tiara merasa sangat tidak nyaman.Tangannya meraba leher belakangnya, lalu melakukan pijatan ringan agar rasa kaku itu hilang. Bari masih terlelap seakan tidurnya terlalu nyenyak."Kamu mau sampai kapan tidur seperti ini? Aku harus bekerja pada Oma Bulan. Cepatlah sadar! Kenapa selalu saja menyusahkanku? Aku akan panggilkan Helena ke sini jika kamu masih tidak sadar juga!" ancam Tiara dengan kesal.Telinga Bari menangkap sinyal tidak baik ketika mendengar nama Helena. Sontak ia membuka mata dengan lebar, lalu memeriksa keadaan ruangan dengan matanya yang sedikit sayu."Akhirnya kamu buka mata juga. Masa harus aku sebut nama wanita itu baru kamu sadar," ujar Tiara seraya menc
Read more
83. Mimpi Terlarang
Tiara mencoba membuka mata saat hidungnya mencium aroma yang sangat pedas. Ia mengerjap beberapa kali; berusaha mengumpulkan kesadaran serta kejelasan penglihatannya."Ya ampun, saya pingsan ya," lirih Tiara saat menyadari ada Rumi di dekatnya dan menatap lekat dirinya dengan penuh khawatir."Mbak pingsan tadi di dekat brangkar Bari. Udah satu jam yang lalu. Ini, minum dulu!" Rumi memberikan gelas yang berisi teh manis hangat. Dengan bantuan sedotan, Tiara menyeruput teh hangat yang baru saja membasahi tenggorokannya yang sangat kering.Tiara baru sadar jika tangan kirinya tertancap jarum infus."Kenapa aku diinfus? Memangnya aku sakit apa?" tanya Tiara masih dengan suara lemah."Darah rendah dan stres. Padahal baru diminta tolong menyeka Bari saja sudah stres, bagaimana kalau disuruh duduk di atasnya," ledek Rumi sambil menggigit bibirnya. Ia teringat kejadian semalam bersama Angkasa yang
Read more
84. Perubahan Sikap Bari
Hari ini Bari sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Dokter berpesan padanya untuk selalu rutin medical check up per enam bulan untuk mengetahui perkembangan jantung, hati, dan juga levernya.Angkasa menjemput putranya ditemani oleh Rumi. Wajah lelaki itu masih sedikit pucat, tetapi tenaganya sudah cukup baik."Kamu mau pulang ke mana?" tanya Angkasa saat mengendarai mobil keluar dari area rumah sakit."Ke rumah Oma saja, Pa," jawab Bari sambil menyeringai."Mau ketemu Tiara setiap hari? Yakin gak bikin kamu jadi sering pingsan?" ledek Angkasa pada putranya. Sontak Bari dan Rumi tergelak. Ekspresi Angkasa yang datar membuat keduanya tak tahan untuk tidak tertawa."Masih lebih baik daripada harus pulang ke rumah Papa. Ada Helena di sana. Bisa-bisa aku bukan cuma sering pingsan, tetapi juga langsung mati kali, gara-gara kelakuan manjanya. Pa, tolong cari info soal malam aku dijebak Helena. Juj
Read more
85. Menjalankan Misi
Rencana pertama dimulai. Bari tidak keluar kamar sama sekali saat Tiara masih berada di dalam rumah. Hal ini sudah terlebih dahulu ia sampaikan pada Omanya, agar Bulan tidak khawatir dan merasa aneh.Bibik yang bertugas mengantarkan makanan dan juga mengambil bekas makanan dari dalam kamar lelaki itu. Seperti biasa, Tiara fokus pada Bulan. Menemani wanita berusia senja itu berbincang dan mengerjakan sedikit laporan berkaitan dengan usahanya.Untung saja ia pernah kursus komputer sehingga dapat melaksanakan tugas dari Bulan dengan cukup baik."Apa Bari masih di dalam kamar, Bik?" tanya Bulan saat bibik mengantar pisang goreng di saung belakang, tempat Bulan mengajarkan Tiara membuat laporan."Masih, Nyonya," jawab Bibik. Tiara nampak menghentikan sejenak ketikan pada keyboard laptop begitu mendengar nama Bari."Saya lihat juga tengah berkemas," tambah bibik lagi sambil mengedipkan matanya p
Read more
86. Tiara Sakit
Sudah dua hari ini Tiara tidak bersemangat bekerja. Wanita itu tidak cerewet seperti biasanya, walau ia cukup komunikatif saat berada di depan Bulan. Namun ketika sedang sendirian, maka Tiara akan diam dan banyak melamun.  Seperti sore ini, ia baru saja selesai menemani Oma Bulan dan Opa Xander mengunjungi salah satu gerai food court di mal yang letaknya tidak jauh dari rumah mereka. Sehabis mandi, Tiara biasanya duduk di taman belakang sambil memberi makan kelinci dan kura-kura peliharaan Bulan, tapi sore ini ia memilih berbaring di kamar.  Tidak ada yang bisa ia kerjakan jika Bulan sudah beristirahat di kamar. Pekerjaan yang sebenarnya sangat ringan untuknya sebagai asisten Bulan.  Tok! Tok! "Mbak Tiara, ini obatnya," seru Bibik dari balik pintu. Tiara turun dengan malas dari ranjangnya, lalu berjalan untuk membukakan pintu. 
Read more
87. Kedatangan Helena
Hari ini, tepat pukul empat sore, sebuah taksi berhenti di depan pagar rumah Bulan. Bari dan Helena yang turun dari sana. Bibik yang sudah menunggu di teras depan sesuai arahan Bulan, langsung berlari untuk membukakan pagar.Tiara dan Bulan berdiri menyambut kedatangan Bari dan juga Helena. Wanita itu berusaha menyembunyikan rasa rindunya pada Bari, sekaligus rasa was-was bertemu Helena. Ia khawatir akan terus bertengkar dengan ibu hamil itu, mengingat terakhir mereka berada di atap yang sama, mereka tidak bisa akur.Helena nampak kesusahan saat berjalan. Lebih tepatnya langkah wanita itu seperti robot. Bibik membantu Helena berjalan ke teras rumah, sementara Bari menutup pagar, lalu menyusul dengan membawa satu buah koper dan juga satu tas jinjing yang berukuran besar."Halo, Oma," sapa Helena sambil tersenyum ramah, lalu mencium punggung tangan Bulan."Halo, Mbak Tiara, kita bertemu lagi," sapa Helena la
Read more
88. Perhatian Tiara pada Helena
Pagi-pagi sekali Tiara sudah merebus air dalam panci berukuran sedang. Di tungku kompor sebelahnya ia merebus tiga butir telur lagi untuk dimakan oleh Helena. Dari artikel kesehatan yang ia baca tadi malam sebelum tidur, ia menemukan terapi yang cukup ampuh dilakukan untuk mengurangi rasa keram kaki dan juga tangan pada ibu hamil yang kekurangan kalium.Bibik juga ia minta ke tukang sayur setelah subuh untuk mendapatkan tomat dalam jumlah banyak dan juga membeli ubi jalar yang akan ia panggang sebagai camilan untuk Helena. Tak lupa labu rebus yang akan ia suguhkan sebagai camilan pengganti."Sibuk sekali di dapur. Masih jam lima loh. Emangnya Bibik ke mana?" tegur Bari yang baru saja keluar dari kamar dengan baju Koko dan sarung."Membuatkan makanan untuk Helena. Ibu anak kamu itu tidak boleh dibiarkan sakit seperti itu terlalu lama. Nanti badannya bisa bengkak semua. Aliran darah juga jadi gak lancar, makanya Helena susah
Read more
89. Permohonan Helena
Tiara merasa tidak ada yang perlu disesali atas keputusannya. Talak yang pernah diucapkan Bari padanya beberapa waktu lalu, memang sudah takdir dari Tuhan. Ini jalan terbaik yang harus ia dan Bari jalani. Namun dengan kejadian itu, Tiara menjadi tahu, bahwa ia tidak pernah bisa menghilangkan Bari dari hatinya.  Lelaki itu seakan separuh dari hati dan semangatnya. Ketika Bari lebih perhatian dan nampak peduli pada Helena, itu semua membuatnya sangat buruk dan menyedihkan.  Apa yang harus ia lakukan untuk menghilangkan Bari dari benaknya? Apakah ia perlu melakukan kencan buta? Yah, mungkin dengan bertemu orang lain, membuatnya bisa melupakan sedikit lelaki itu.  Lalu bagaimana dengan Dion? Jarak yang terlalu jauh membuat hubungan ini seakan terlalu dipaksakan.  Tiara menatap langit-langit kamar memikirkan bagaimana kehidupannya kelak? Apa ia akan te
Read more
90. Helena Melahirkan
"Tolong!" teriak Tiara saat kembali ke dapur dan menemuka Helena hampir pingsan dengan wajah bak seputih kapas."Ya Allah, Helena ... Daddy! Mang Nusi, cepat sini!" teriak Bulan lantang hingga kedua lelaki itu datang sambil berlari menuju dapur."Sakit, t-tolong," lirih Helena dengan lemah."Ayo, cepat diangkat! Saya ambil koper untuk persiapan lahiran dulu!" Tiara berlari menuju kamar Helena, menarik koper berukuran sedang yang sudah disiapkan oleh Helena dan dirinya beberapa waktu lalu. Memang belum banyak pakaian bayi yang dibeli oleh wanita itu, karena mengingat bulannya masih sangat jauh, sehingga Helena bersantai untuk memenuhi keperluan persiapan lahiran.Tiara juga menyambar ponsel Helena yang tergeletak di atas tempat tidur. Ia juga berlari ke kamarnya untuk membawa tas selempang miliknya dan juga shal. Sambil mengangkat koper, Tiara berlari menuju mobil yang sudah siap meluncur ke rumah sakit.
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status