All Chapters of Asisten Pribadi Tuan Muda: Chapter 71 - Chapter 80
125 Chapters
71. Comblangan Farhan
"Mit, kamu nggak ada kenalin calon ke rumah?" Atas pertanyaan yang tiba-tiba dilayangkan oleh Ibu Sri membuat Mita menolehkan kepalanya. Awalnya dia sedang asyik bermain ponsel sembari menonton acara televisi di ruang tengah. Namun tiba-tiba Ibu datang dan mengacaukan pikiran fresh Mita di pagi hari. "Kan lagi fokus kerja Bu," sanggah gadis itu dengan malas-malasan. "Iya Ibu juga tau." Nah, kalau tau mengapa Ibu akhir-akhir ini merecoki Mita dengan selalu menagih calon atau calon mantu. Harusnya wanita Jawa tulen itu kan mengerti. "Tapi kemarin si Rika anak kedunya Bu RT yang kerja di pabrik itu udah lamaran, padahal dia masih kuliah juga kan?" Mita nggak bisa untuk nggak mendengus atas ucapan Ibu. Ternyata Ibu Sri termakan dengan omongan-omongan tetangga sekitar. Tapi memang ya, lebih baik memiliki Ibu yang banyak diam di rumah saja ketimbang memiliki Ibu yang rutin berkumpul dengan Ibu-Ibu tetangga sekitar. Bukannya gimana, g
Read more
72. Saling kenal?
Kali pertama malam minggu Mita keluar lagi setelah sekian lama. Dulu terakhir gadis itu keluar saat malam minggu yaitu ketika bertemu dengan Bianca dan Billy saat membahas lowongan pekerjaan. Dan seperti biasa yang menjadi kekhasan di malam minggu. Jalanan padat serta banyak muda-mudi yang menghabiskan malam dengan berkumpul bersama teman-teman, ajang keluarga untuk jalan-jalan serta malamnya sepasang kekasih untuk memadu kasih. Mita yang kini berpenampilan kasual, celana kulot jeans yang menjadi ciri khasnya dipadukan dengan kemeja serta rambutnya yang tergerai dengan rapih. Gadis bermata sipit itu terlihat manis dan santai. Wajahnya yang memiliki karekter baby face nggak mencerminkan jika dia sudah berusia dua puluh empat tahun. Orang-orang yang melihatnya merasa bahwa Mita masih seperti remaja atau anak kuliahan, terlebih dengan dandanan natural nggak seperfek saat dirinya bekerja. Imut manis dan bikin gemes secara bersamaan. Bahkan semakin terlihat imut s
Read more
73. Ter-Gilang-Gilang
"Lo berdua kenal?" Farhan membeo sembari menatap kedua temannya dengan ekspresi bingung. Sebagai mak comblang mengapa dirinya yang seperti orang bodoh yang nggak tau apa-apa. Sedangkan itu baik Mita maupun Gilang masih merasa nggak percaya dengan pertemuan kebetulan. Maksudnya kebetulan karena mereka awalnya sama-sama nggak tau jika teman wanita Farhan adalah Mita serta teman laki-laki Farhan adalah Gilang. Pertanda apa lagi ini, mengapa banyak sekali kebetulan antara Mita dan Gilang. "Kenal lah, kita satu univ," jawab Gilang atas pertanyaan sahabatnya itu. Kemudian dia mengambil duduk di sebelah Mita. Laki-laki manis berlesung pipi itu kembali menampilkan senyumnya pada Mita. Dia hanya masih belum percaya saja dengan apa yang terjadi. "Yaelah ... nggak seru dong," keluh Farhan menjadi kurang bersemangat. Padahal niatnya, dia ingin surprise baik dengan Mita maupun Gilang. Namun kedua temannya sama-sama saling mengenal. Alhasil acara percomblan
Read more
74. Mulai jujur
"Bisa tebak nggak? Kenapa gue ajak ngobrol berdua?" tanya Gilang menatap gadis yang duduk di depannya. Mereka kini sudah berada di depan indo*art setelah membeli beberapa cemilan hanya semata untuk alasan agar bisa duduk di bangku yang disediakan. "Wah, main tebak-tebakan nih ceritanya?" balas Mita. Gilang pun terkekeh. "Tebak aja," ucapnya sekali lagi. Atas perintah Gilang, Mita menampilkan ekspresi berpikir sembari bergumam, membuat laki-laki di depannya tersenyum menikmati ekspresi yang ditampilkan. Mita dan segala kelucuannya siapa yang nggak gemas coba. Bahkan Gilang nggak bisa untuk nggak terpesona dengan segala tingkah dan ekspresi gadis itu atas respon suatu hal. Lalu dengan tiba-tiba seperti sekarang, dia bertemu lagi dengan Mita tanpa sepengetahuan apapun. Gilang menerima tawaran ajakan Farhan untuk mempertemukan dengan sosok perempuan yang kata sahabatnya itu cocok, sebenarnya hanya semata iseng belaka. Dia nggak ada niatan berjodoh
Read more
75. Sedang jatuh cinta
Menurut Titiek Puspa, jatuh cinta itu berjuta rasanya. Adapun fakta yang menyebutkan bahwa saat sedang jatuh cinta, orang cenderung lebih sering merasakan kestabilan emosional dan fisik. Seperti merasakan hari-hari yang membahagiakan dan terasa warna-warni. Dan satu hal lagi yang Mita sadari, yaitu tentang penelitian yang menyebutkan jika orang yang sedang jatuh cinta akan menghabiskan rata-rata lebih dari 85 persen waktu bangun untuk merenungi si dia. Ternyata semua itu benar ya. Kebahagiaan dan rasa semangat di pagi hari semakin meningkat. Inginnya tersenyum terus dan mengingat-ingat kejadian tadi malam. Mita memang nggak pernah mengalami sesenang itu yang bisa disebut efek jatuh cinta. Gelagat bahagianya terlihat mencurigakan terutama menurut Hansel. Remaja laki-laki itu sedari tadi nggak fokus dengan acara kartun yang dia tonton, melainkan terus memicing curiga kepada sang kakak yang sedang mengepel lantai sembari bersenandung dan tersenyum-senyum sendiri
Read more
76. Reflek
“Berkas laporan laba kerjasama dengan InaFood dimana, Mita?” “Saya coba tanyakan ke Pak Billy, Pak,” sergah Mita dengan cekatan. “Cepat! Itu harus saya cek dan ditandatangani hari ini untuk pelaporan dalam rapat siang nanti.” Mita hanya mengangguk menjawab semua keluhan bosnya pada hari senin yang begitu sibuk. Hari masih pagi, baru akan menjelang siang. Namun bagi para pekerja terutama pekerja kantoran, hari senin begitu sibuk nggak mengenal apa itu pagi, siang atau pun sore. Semua sama saja, sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing seolah tanpa bernafas. Baik petinggi hingga bawahan seperti Mita. Gadis itu sejak tadi sudah sangat sabar dengan celotehan bosnya, menyuruh ini itu dan menanyakan ini itu. Padahal Mita saja nggak tau dan bahkan kadang apa yang diperintahkan bosnya nggak mencangkup tugasnya. Seperti halnya mengenai laporan laba. Mita nggak tau menahu. Namun karena dirinya mencari jalan aman, sehingga lebih baik dia menanyakan pada Bi
Read more
77. Dasar nenek sihir
Hujan rintik-rintik di luar membasahi kaca jendela sebuah cafe mewah pinggir jalan raya. Seorang perempuan dengan gaya glamor duduk di pojok sembari menatap pada kaca yang berembun. Perempuan itu begitu menarik perhatian dengan penampilannya yang mencolok. Dia memakai dres bulu-bulu dengan topi baret dan boot menutupi betis. Beberapa jam yang lalu dia bertemu dengan seorang produser iklan bersama dengan manajernya. Namun karena ingin menetap lebih lama, Bunga membiarkan manajernya untuk pulang lebih dulu. Sehingga sekarang dia hanya duduk sendiri, melamun, menatap jalan raya yang sibuk dengan kendaraan, kemudian melihat hujan yang mulai turun membasahi bumi. Perempuan yang selalu cantik, agresif dan memiliki kepercayaan yang sangat tinggi seperti Bunga tentu akan sangat aneh terlihat diam merenung dan juga terlihat menyedihkan. Namun itulah kebenarannya. “Tante Gina dan Om Iskandar memang nggak pernah memaksa kelanjutan perjodohan kamu dan Vano, tapi Mama
Read more
78. Nomor yang anda tuju
"Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi mohon periksa kembali nomor tujuan anda ..." Tut Tut “Nomor yang anda tuju sedang tidak dapat menerima panggilan ..." Tut Tut "Arghh!" seorang perempuan berteriak kesal dan membanting ponselnya ke atas ranjang besarnya. Lalu dia mengambil duduk di tepi ranjang dengan pikiran yang kacau. "Kemana sih kamu Kak?" tanya Bunga dalam kesunyian kamarnya. Hari sudah petang dan seperti biasa perempuan itu selalu berusaha menghubungi kekasihnya. Namun menjadi kebiasaan juga kalau nomor Vano nggak pernah aktif. Dalam permasalahan seperti ini, sebenarnya Bunga sudah paham jika dia ditolak mentah-mentah. Ada ego yang belum menerima dengan ikhlas. Sejak dulu dia bahkan mendapatkan apapun yang dia minta, sehingga saat mendapatkan penolakan mentah-mentah seperti ini, egonya kian terluka. "Kalau aku boleh saran, tapi maaf kalau l
Read more
79. Pelecehan seksual
Malam semakin petang, gemerlap lampu jalanan pun kian menerangi jalanan kota yang semakin padat. Di dalam mobil Mercedes-Benz GLB-Class seorang gadis tampak kesal dan lebih memilih menatap jalanan luar dari jendela. Mita yang masih berpakaian kerja dengan gurat wajah yang lelah, masih tak habis pikir dengan paksaan Vano beberapa jam yang lalu. Bahkan kunci motornya masih di dalam kantong celana laki-laki kaya itu. Tak memperbolehkan Mita pulang dengan motor kesayangannya yang kini masih terparkir dengan cantik di garasi rumah bosnya. "Kamu mau makan apa? Berhenti kayak anak kecil!" dengus Vano yang ikut menjadi kesal sembari melirik ke sampingnya. Pasti selalu begini. Harusnya yang kesal Mita, namun bosnya selalu ikut kesal jika melihatnya kesal. Memang orang aneh, padahal gadis bermata sipit itu sudah merasa lelah ingin cepat-cepat pulang dan sampai rumah. "Pak Vano ya yang kayak anak kecil, mana kunci motor saya," todong Mita dengan menatap sengit lawan bic
Read more
80. Menjengkelkan
Angin sepoi berhembus mendinginkan suasana yang panas. Hiruk pikuk orang-orang menjadikan suasana malam yang kian ramai. Pekikan atau obrolan menjadi satu padu yang tak jelas di pendengaran. Seorang laki-laki duduk dengan jarak yang cukup untuk nggak mendekati sosok gadis yang masih mengeluarkan permusuhan terhadapnya.Mereka duduk di sebuah bangku panjang yang disediakan, sedangkan van yang telah disulap menjadi warung dadakan itu menyediakan beberapa menu masakan dengan berbahan sate. Setelah kejadian buruk yang menimpa Vano, laki-laki itu memaksa ingin memakan sate. Sebuah gambaran bahwa dia ingin memakan daging hidup-hidup.Bagaimana enggak, selama hidupnya hanya asistennya yang mampu menganiayanya dengan sangat bar-bar. Beruntung ada seorang tukang parkir yang mendengar keributan di dalam mobil sehingga Mita berhenti memukulnya. Dan kalau saja dia nggak mengancam untuk memotong gaji, pasti gadis itu masih meneriakinya sebagai pelaku pelecehan seksual."Perm
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status