Semua Bab Garis Pikat Sang Arsitek: Bab 101 - Bab 110
144 Bab
Bab 100
    Reni masuk ke dalam kamarnya. Ia segera menghempaskan tubuhnya ke kasur. Hari ini cukup melelahkan buatnya. Namun, ia juga sangat bahagia hari ini. Ternyata begini rasanya bekerja dengan hati. Menyenangkan, batinnya.    Perlakuan tak terduga Rendi tadi benar-benar membuatnya terkejut, sekaligus tersanjung. Ia tidak pernah melihat ada seorang lelaki, di masa seperti ini bisa sesopan Rendi. Dulu, ketika ia masih sering nongkrong di semester awal, teman laki-lakinya tak pernah sampai harus memohon maaf pada kedua orang tuanya hanya karena Reni terlambat pulang.    "Kamu emang beda, Ren!" gumam Reni seraya tersenyum simpul.    Ia segera meraih ponselnya. Ada puluhan panggilan tak terjawab dan pesan belum terbaca dari Arjuna. Reni langsung terduduk dan membacanya.    "Astagaaa! Kok aku bisa nggak tau sih kalo Arjuna telpon!" Reni merutuki kebodohannya. Ia segera mengetikan pesan balasan.  &
Baca selengkapnya
Bab 101
Tadi malam Reni benar-benar tidak bisa tidur. Bukan karena menunggu balasan dari Arjuna. Ia malah tidak bisa tidur karena memikirkan apa yang akan terjadi pagi ini. Ya, pagi ini Rendi akan sarapan bersama Mama Papanya. Padahal, mereka baru saja bertemu. Sepertinya kedua orang tua Reni benar-benar tersanjung dengan sikap jentelmen yang Rendi tampilkan semalam. Sebelum subuh Reni sudah tidak bisa diam di dalam kamarnya. Ada saja yang ia lakukan, meskipun hanya sekedar menata kamarnya ataupun membersihkan apapun yang berserakan. Sepertinya kali ini debu tak ada satupun yang menempel di kamar bernuansa sage green tersebut. Reni terus menyisir rambutnya, padahal sudah hampir setengah jam. Rasa gugupnya benar-benar membuat kinerja otaknya melambat. Ia sampai bingung apa yang harus ia lakukan. Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu membuatnya terkejut. "Masuk!" Ketika pintu terbuka, ternyata Mamanya. "Kenapa harus ketuk pintu,
Baca selengkapnya
Bab 102
Rendi menunduk ketika Reni dan Mamanya bergabung di meja makan. Ia memang sering main-main ke rumah teman-temannya dan diajak makan bersama seperti ini. Tapi makan bersama dengan keluarga Reni? Tentu itu lain hal. "Tante kira tadi Reni masih tidur, ternyata sudah dandan cantik Nak Rendi!" goda Santi pada putrinya. "Ih, Mamaaa!" serunya tertahan. Ia paling tidak suka ketika Mamanya sudah mempermalukan dirinya di depan temanny begini. "Sudah sudah! Lebih baik kita makan saja!" sergah Lesmana yang sudah tampak lapar. "Kamu ada alergi makanan, Rendi?" tanya Santi ketika mengambilkan nasi untuk suaminya. "Anak kosan mah, nggak mungkin ada alerginya, Tante. Kalau sampai alergi ya, rugi dong!" seloroh Rendi membuat seluruh anggota keluarga Reni tertawa. "Untunglah! Tante takut kalau punya alergi sama salah satu masakan Tante. Kan nantinya jadi nggak kemakan." Rendi meringis, menampilkan deretan giginya yang memiliki satu gingsul.
Baca selengkapnya
Bab 103
Selepas dari kantor Arjuna, Sandra sempat mencari sarapan di sekitar wilayah kantor Arjuna. Meskipun kesal karena dibentak-bentak oleh lelaki itu, tetapi Sandra senang karena semalam Arjuna menginap di apartemennya. "Gue harus ngapain lagi ya biar Arjuna mau nginep di apartemen gue lagi? Kan lumayan bisa melukin dia lagi!" gumam Sandra gemas. Ia kembali mengingat kejadian semalam. Sandra baru saja selesai mencuci piring dan membereskan dapurnya. Ketika akan ke ruang tamu, di sana kosong tak ada siapapun. Ia pikir Arjuna langsung pulang karena mungkin sudah terlalu lelah. Betapa terkejutnya Sandra ketika ia masuk ke dalam kamarnya, lelaki yang ia cari sudah tertidur dengan pulas di sana. Melihat Arjuna yang kelelahan, Sandra tidak berani untuk membangunkan. Ia memilih untuk membiarkan lelaki itu terbangun dengan sendirinya. Toh, dulu Arjuna juga sering tidur di sini. Sandra menatap wajah Arjuna lekat-lekat. Napasnya yang teratur memperlihatkan bahwa lelaki itu nyama
Baca selengkapnya
Bab 104
Hari ini, Arjuna akan melakukan presentasi di depan klien barunya yang ia dapatkan dari Sandra. Dari semalam ia tidak bisa tidur dengan tenang karena harus berlatih presentasi dengan baik dan meyakinkan kali ini. Sudah seminggu ia tidak bertemu dengan Reni. Ia hanya sesekali bertukar pesan karena keduanya sama-sama memiliki kesibukan. Arjuna berjanji bahwa malam nanti ia akan mengajak Reni makan malam apabila proyeknya ini berhasil. "Gimana, Fin? Semuanya sudah siap?" tanya Arjuna setelah keluar dari ruangannya. Semua keperluan untuk presentasi disiapkan oleh Fina. Kemarin Fina menyerahkan hard copy file presentasi pada Arjuna untuk ia pelajari. Kemarin sore juga Fina memastikan bahwa tidak ada satupun yang terlewat. "Sudah, Pak. Saya dan Rinda saja yang akan ikut bapak untuk presentasi karena tim lain sedang fokus mengawasi proyek lain hari ini." Arjuna mengangguk. "Nggak masalah. Sekarang kita berangkat ya?" Fina dan Rinda mengangguk. Arjuna berjalan lebi
Baca selengkapnya
Bab 105
Hari ini benar-benar hari kebahagiaan untuk Arjuna. Senyumnya tak pernah sirna dari bibirnya sejak tadi pagi selesai meeting. Perasaan bahagia Arjuna ini menular pada seluruh karyawannya yang ia temui hari ini. Ia bahkan mentraktir kopi seluruh karyawannya. "Pak Arjuna baik banget yaa. Meskipun cuma kopi tapi yang ditraktir sekantor!" seru salah seorang karyawan yang sedang menikmati kopinya. Ia baru setahun terakhir bekerja di kantor Arjuna. Ia baru mengerti bagaimana suasana kantor yang begitu menyenangkan ini. "Pak Arjuna kalau dapet proyek gede emang gitu. Suka bagi-bagi rejeki ke karyawannya." "Yaa emang siih perusahaan ini ngga gede, tapi nyaman banget!" "Beneerr! Makanya gue mau di sini sampe pensiun aja!" Arjuna tentu senang mendengar celetukan karyawannya. Ia memang ingin membagikan kebahagiaannya pada banyak orang hari ini. Dan nanti malam, ia akan membaginya dengan orang yang ia cintai; Reni. *** Arjuna datang tepat ketika Reni baru saja turu
Baca selengkapnya
Bab 106
Mobil Arjuna memelan ketika mendekati apartemen Reni. Reni mengernyitkan kening. "Kenapa pelan-pelan? Emang mau kemana?" Arjuna tersenyum jahil. "Mampir apartemen kamu yuk!" Reni menoleh ke arah Arjuna. Ia melihat dengan seksama tatapan lelaki di depannya ini. Setelah sekian detik, Reni baru memahami tatapan itu. Mendadak, ia merasa letih. "Kita pulang aja, yuuk! Aku capek!" jawab Reni seraya mengelus tengkuknya. "Bentar aja!" bisik Arjuna manja. Reni menggeleng. "Aku pingin tidur!" Tiba-tiba saja Arjuna mengegas mobil membuat Reni yang tadinya menyenderkan punggung terhentak sedikit ke depan. Sepertinya Arjuna kesal. *** Sesampainya di depan rumah, Arjuna hanya diam. "Nggak mampir dulu?" tanya Reni seraya melepas sabuk pengamannya. "Enggak deh! Nitip salam aja sama Mama Papa kamu!" "Salam apa? Salam kalau calon menantunya ini nggak mau mampir karena ngambek?" Arjuna langsung menoleh. Belum sempat ia menjawab Reni sudah membuka p
Baca selengkapnya
Bab 107
Sandra membawa Arjuna ke dalam apartemennya. Dibantu security di sana, Arjuna berjalan terseok-seok menuju apartemen Sandra yang berada di lantai tujuh. "Terima kasih ya, Pak! Ini untuk Bapak!" Sandra memberikan salam tempel kepada security yang sudah membantunya. "Sama-sama, Non. Aduh, jadi ngerepotin!" Security yang bernama Ilman itu tersenyum kegirangan karena mendapatkan bonus yang tak terduga hanya karena membantu membopong lelaki yang sedang mabuk. "Enggak ngerepotin kok, Pak. Sekali lagi makasih, ya!" Sandra segera menutup pintu ketika security tersebut berbalik. Ia mengunci pintu kemudian melepaskan high heels yang tadi ia kenakan. Ia memang sengaja datang ke Chuky Bar tadi untuk menghadiri party pemilik bar tersebut. Tidak ia sangka jika akhirnya bertemu dengan Arjuna. Lelaki itu sudah tergeletak tidak berdaya di kasur milik Sandra. Penampilannya benar-benar kacau malam ini. Sandra mendekat dan menyingkirkan rambut yang menutupi wajah tampan Arjuna.
Baca selengkapnya
Bab 108
Rendi baru saja hendak membelokkan motornya memasuki pekarangan rumah Reni, ketika sebuah mobil akan keluar. Segera pria itu mengerem motornya agar tidak sampai menabrak badan mobil. "Eh, Nak Rendi! Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Lesmana setelah menurunkan kaca mobilnya. Rendi segera melepas helmnya dan turun. Lelaki itu mencium bahu tangan Lesmana. "Nggak apa-apa kok, Om. Ngeremnya tadi tepat waktu, nggak dadakan. Hehehe." Lesmana ikut tersenyum. "Ya sudah, saya mau keluar karena ada urusan sebentar. Kamu langsung masuk aja tunggu Reni di dalam ya!" "Siap!" serunya seraya melakukan sikap hormat. Rendi kembali ke motornya dan membawanya masuk. "Lah, Mas Rendi sudah datang! Nih, Mas! Ada pisang goreng tadi dibuatin sama si Mbok e!" pekik Mang Ujang. Rendi segera menghampiri pria yang mulai menua itu. "Enak nih, Mang! Anget anget!" Rendi mencomot satu buah pisang goreng. Lumayan untuk mengisi perutnya yang masih kosong hanya terisi segelas air galon saja
Baca selengkapnya
Bab 109
Arjuna pulang seperti orang linglung. Ia benar-benar merasa bersalah pada semua orang, terutama pada Reni. Bagaimana jika Reni sampai tau kejadian tadi malam? "Enggak! Reni nggak boleh tau. Kalau sampai Reni tau, bukan hanya pertunangan ini saja yang putus. Bisa-bisa leherku juga putus digorok sama dia!" gumam Arjuna seraya bergidik ngeri. Ia benar-benar tidak bisa membayangkan sesuatu yang buruk terjadi padanya ketika ia jujur pada Reni. "Aku harus baik-baikin Sandra. Agar, jangan sampe dia ngirim video itu ke Reni." gumam Arjuna lagi. Ia mengangguk pada dirinya sendiri untuk memastikan bahwa itu ide terbaik. Ia tidak menyangka, jika keinginannya untuk melepaskan beban pikiran sejenak dengan meminum alkohol. Malah berujung pada petaka selama ini. *** Reni tersenyum sepanjang hari ini. Semenjak berangkat tadi, ia sangat senang. Malam minggu kali ini galeri begitu ramai. Kedatangan banyak orang membuat energi Reni serasa terisi kembali. Pandangan Rendi tak p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status