All Chapters of Garis Pikat Sang Arsitek: Chapter 111 - Chapter 120
144 Chapters
Bab 110
Jam sudah bergerak menuju dini hari ketika Reni tiba di apartemennya. Kedua tangannya menenteng banyak sekali kantong kresek berisi makanan. Rendi mentraktirnya jajanan yang mereka temui di jalan. Semuanya dibeli, tanpa terkecuali. Tentu saja Reni senang bukan main. Setelah berhasil membuka pintu apartemennya dengan susah payah, Reni meletakkan semua jajanannya di meja. Meja itu jadi tak terlihat lagi bentuknya. "Ini kita bisa habisin nggak ya?" tanya Reni setelah melihat bahwa yang mereka beli terlalu banyak. "Ya dimakan aja dulu. Kalau emang nggak habis masih bisa dimakan besok pagi atau dibawa ke galeri. Pasti yang lainnya juga mau kok!" Saran Rendi sangat tepat. Akhirnya Reni duduk di bawah lesehan dan menikmati satu per satu makanannya. Untungnya tadi Rendi selalu memesan setengah porsi meskipun dimakan berdua. Kata Rendi, 'takut kalau tidak habis'. "Eh, ini crepesnya enak banget, Ren!" seru Reni kegirangan. Perempuan itu seperti baru pertama kali saja mem
Read more
Bab 111
Minggu pagi memang lebih nikmat jika digunakan untuk bersantai. Tak lain halnya dengan Arjuna. Lelaki itu sudah bangun sedari subuh. Sebenarnya ia hendak melanjutkan tidurnya, tetapi matanya sulit sekali terpejam. Akhirnya ia hanya merebahkan diri setelah selesai sarapan. Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu membuat Arjuna meletakkan ponselnya. Ia segera bangkit dari tidurnya dan membuka pintu. "Ada apa, Ma?" tanyanya setelah pintu terbuka dan menampakkan Mamanya bersandar di daun pintu. "Kamu hari Minggu kok malah males-malesan sih, Jun!" Andini mengelus rambut Arjuna yang sudah semakin memanjang. Setelah membukakan pintu, Arjuna kembali merebahkan dirinya di kasur. "Ya nggak apa-apa, Ma. Mau ngerecharge energi soalnya akhir-akhir ini sering banget lembur! Jadinya capek banget!" Andini tersenyum. "Kamu tuh emang kebiasaan! Dibilangin jangan terlalu keras kalo kerja nggak pernah mau dengerin! Nanti kalau udah kecapekan baru tuh berhenti kerjanya!" Arjuna
Read more
Bab 112
Kali ini Reni dan Rendi tidak pulang dini hari. Tepat setelah selesai dari galeri, mereka mampir ke kedai yamin yang masih buka dan segera memesan makanan lalu makan. Mereka memilih segera pulang agar tidak terlalu malam karena besok, jam magang mereka dimulai pukul delapan. "Akhirnyaaaa!!" Rendi menghempaskan tubuhnya di sofa milik Reni. Hari ini ia benar-benar sibuk berkeliling galeri untuk menjadi guide berkali-kali. Sebenarnya ada teman yang lain yang bisa membantunya. Tetapi, para tamu malah memilih ditemani Rendi dengan alasan penampilan Rendi jauh lebih menjanjikan. "Mandi dulu gih!" seru Reni setelah ia menyalakan kran air panas di kamar mandi. "Langsung tidur aja, Ren!" tukas Rendi sembari memejamkan matanya. "Ih, jangan dibiasain nggak mandi deh! Kamu tuh seharian habis keliling galeri nggak berhenti-berhenti. Pasti keringetan! Belum lagi kena debu di jalan. Duh, udah deh buruan mandi. Tinggal mandi doang juga!" Rendi bangun dan langsung memeluk Reni.
Read more
Bab 113
Hari ini Reni libur magang. Semalam, ia sudah janjian dengan Arjuna akan bertemu. Reni akan menyusul Arjuna ke kantornya sembari menunggu lelaki itu menyelesaikan pekerjaannya. "Kamu nggak mau bawain Arjuna makanan, Ren?" tanya Mamanya saat mereka sarapan bersama. Reni meneguk air putihnya sampai tandas. "Kita rencananya pengen lunch di luar, Ma. Makanya aku nggak bawain Arjuna makan siang. Kan nanti jadinya malah piknik, bukan lunch di luar!" Lesmana tertawa mendengar penuturan putrinya tersebut. "Ya udah. Pokoknya kamu jangan pulang malem-malem. Meskipun besok magang siang, kamu harus banyak istirahat. Oke, sayang?" "Siap, Pak Bos!" Reni melakukan sikap hormat membuat Lesmana mengacak rambutnya. "Yah, Papa! Reni udah susah-susah ngaturnya malah diacak-acak!" gerutunya sebelum akhirnya ia menyudahi sarapan dan segera berangkat. *** Arjuna bersiul-siul sejak memasuki kantornya sampai selesai meeting intern dengan seluruh karyawannya. Hal ini tentu saja
Read more
Bab 114
Setelah membereskan beberapa pekerjaannya, akhirnya Arjuna mengajak Reni dari areal perkantorannya. Ketika baru keluar dari ruangan, sebisa mungkin Reni menahan tawa agar ia tak menyinggung perasaan Fina. "Saya mau keluar dulu ya, Fin! Nanti kalau ada yang cari suruh tunggu atau balik ke sini hari Senin." pesan Arjuna sembari merapikan jasnya. Fina mengangguk. "Baik, Pak!" tak lama kemudian ia menunduk, tak mau berkontak mata dengan Reni atau dia akan malu. Rinda yang melihat adegan saling berusaha menghindari kontak mata itu hanya mampu menahan bibirnya agar tidak kelepasan tertawa. Ia melihat bagaimana Reni membuang muka untuk menyembunyikan tawanya. Sementara Fina menunduk agar tidak merasa malu pada Reni. Baru setelah Arjuna dan Reni menghilang dari balik pintu lift, tawa Rinda pecah menggelegar. Bahkan membuat rekan-rekan kerjanya yang lain sampai melemparinya sampah kertas. "Puas banget lo kayaknya ngetawain gue!" desis Fina sembari melempar penghapus cuk
Read more
Bab 115
Hari ini, Reni sangat-sangat bahagia. Ia bisa menikmati waktu liburnya bersama dengan Arjuna, tunangannya. Meskipun kadang ia tak percaya bahwa ia sudah berstatus sebagai tunangan orang, tetapi ia tidak punya pilihan untuk mundur. Tinggal menjalani semuanya menurut garis takdir semesta. "Oh iya, proyek kamu yang di Semarang itu jadi dimulai kapan?" tanya Reni sembari memakan basrengnya yang mereka beli di street food tadi. Arjuna berjalan di depan Reni. Malam ini ia menuruti keinginan Reni untuk datang ke pasar malam yang kata Reni adalah night street food. Entahlah apa itu sebutannya, yang Arjuna lihat memang semua pedagangnya menjajakan makanan. "Ini kemarin aku baru aja meeting dan ternyata udah dapet kontraktor besar. Sepertinya dua atau tiga minggu lagi." Arjuna berhenti di ujung jalan. "Dan proyek ini aku sendiri yang menangani, kamu nggak lupa itu kan?" Dengan bibir monyong-monyong karena kepedesan, Reni mengangguk. "Kamu pasti lama di sana, kan?" "T
Read more
Bab 116
Rendi sedang merebahkan diri di dalam kamarnya, ketika Andre, teman satu kosnya tiba-tiba saja masuk. "Weeiits! Ada jomblo layu niih!" pekiknya kemudian menghempaskan diri di sebelah Rendi. "Apaan sih lo? Dateng-dateng bukannya bawain makanan malah berisik!" ujar Rendi kesal. Ia sedang asyik bermain game online. Andre terkikik. "Sesama anak kos mana mungkin saling ngasih makanan? Yang ada ya dimakan sendiri-sendiri lah!" Rendi terbangun dari rebahannya saat game yang ia mainkan usai dan memberikan hasil kemenangan bagi timnya. "Ngapain lu? Tumben masih sore udah cari temen ghibah. Biasanya jam segini masih berduaan sampe kuping gue panas denger desahan kalian!" Andre sontak tertawa terpingkal-pingkal. "Jadi kedengeran sampe sini?" "Ya iya lah, beegooo!" Rendi menoyor kepala Andre yang semakin keras suara tawanya. "Ayang lagi datang bulan, jadinya nggak dikasih jatah deh!" "Ceilaah, kasian merana nggak dikasih jatah!" Rendi menatap Andre penuh ib
Read more
Break up
haalooo!!bagaimana keseruan cerita Reni dam Arjuna? apakah kalian tertarik? maaf yaa jika konfliknya masih kurang ekstrem.mohon maaf pembacaku, kali ini jadi mulai tidak konsisten update lagi. karena ada banyak hal yang harus kuurus. sebenarnya sangat ingin konsisten menulis dan up bab baru setiap harinya. tapi apalah daya, karena belum menjadi penulis full time, banyak hal yang harus dikerjakan kali ini.doakan saja teman-teman, semoga suatu saat bisa menjadi full time writer. aamiin, hehehesemoga kalian tetap dalam lindungan-Nya dan bahagia yaaa :)tetap baca cerita Reni dan Arjuna yaa :)salam hangat dariku, author yang tak pernah memberikan sapaan pada pada pembaca.Reya 🤍
Read more
Bab 117
Hari ini adalah hari keberangkatan Arjuna dan timnya ke Semarang. Reni mengambil cuti magang hari ini, demi bisa mengantar Arjuna ke bandara. Pagi-pagi ia sudah ribet sendiri di kamarnya membuat sang Mama masuk ke sana. "Cuma mau nganterin Arjuna ke bandara doang kenapa seribet ini sih, kamu?" Santi melihat berbagai alat make up berserakan di kasur Reni. Tidak hanya itu, juga ada banyak sekali printilan yang menurut Santi tidak berguna ada di sana. "Udah lama nggak dandan, Ma. Tapi Arjuna tadi malem minta Reni buat dandan. Kan jadinya ribet gini!" sahut Reni seraya memulas wajahnya dengan make up yang ia miliki. Meskipun jarang sekali memakai make up, tetapi Reni memiliki semua toolsnya dengan sangat lengkap. Toh, masa kadaluarsanya juga masih lama. Perempuan itu juga menyimpan dan merawatnya dengan baik sehingga tidak sampai ada jamur yang tumbuh di perlengkapan make upnya meskipun lama tidak dipakai. "Arjuna yang minta?" dahi Santi berkerut. "Kenapa minta?" R
Read more
Bab 118
Reni sudah tiba di lobi bandara. Ia sudah menelepon Arjuna sebelum sampai sini, bahwa mereka akan bertemu di lobi bandara. "Arjuna belum nyampe, Ren?" tanya Mamanya. Reni menggeleng. "Katanya sih bentar lagi nyampe, Ma. Kita tunggu bentar aja ya!" Tak lama kemudian, Arjuna datang. Ia membawa satu koper besar yang memuat seluruh pakaian dan juga dokumen yang dimilikinya. Ia tidak mau ribet membawa banyak tas jika kopernya bisa memuat semua barang yang ia butuhkan. "Selamat pagi, Om Tante!" sapa Arjuna seraya mencium tangan orang tua Reni. Begitu pula sebaliknya, Reni juga mencium tangan Wirawan dan Andini yang kemudian ia ditarik ke dalam pelukan Andini. "Kamu makin lama makin cantik aja! Perawatannya pake apa?" bisik Andini kepada Reni. "Cuma skin care rutin aja sih, Te. Tapi emang makin kompleks skin carenya, hihihi." Keduanya asyik tertawa bersama sampai suara Arjuna menginterupsi. "Om, Tante, saya mau pamit ke Semarang selama kira-kira tiga sampa
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status