Semua Bab Garis Pikat Sang Arsitek: Bab 51 - Bab 60
144 Bab
Bab 50
    Arjuna baru saja menyelesaikan meetingnya pagi ini. Hari ini, jadwalnya tidak terlalu padat sehingga ia bisa sedikit bersantai.    "Ngopi dulu bisalah, bos!" seru Rayhan, rekan kerjanya yang ada di Makassar.    Arjuna tertawa. "Boleh deh! Dua hari ini sibuk terus gue. Butuh penyegaran juga nih!"    Akhirnya kedua lelaki itu meninggalkan ruangan meeting dan melaju ke salah satu coffee shop teedekat, rekomendasi dari Rayhan yang memang dari dulu adalah pecinta kopi. Tiada hari tanpa meminum kopi.    "Caramel macchiatonya satu!" ujar Rayhan tanpa melihat daftar menu. "Lo mau pesen apa, Jun?"    "Gue affogato aja deh!" seru Arjuna setelah memilih minuman kemudian mereka mencari tempat duduk sembari menunggu pesanannya jadi.    "Tumben lo nggak espresso atau americano?" Arjuna membuka obrolan diantara keduanya.    "Masih siang nih, bos! Butuh yang se
Baca selengkapnya
Bab 51
    Reni menjemput Sandra di depan apartemennya. Sebenarnya Sandra mengajak bertemu di tempat, tetapi Reni menolak dan memilih untuk menjemput perempuan itu.    "Nunggu lama ya, Kak?" tanya Reni saat Sandra sudah masuk ke dalam mobilnya dan sedang memasang seat belt.    "Ada lah ya seabad!" seru Sandra seraya tertawa. "Nyantai aja kali. Kayak sama siapa aja!"    Reni menjalankan mobilnya ke tempat penata rias yang direkomendasikan Sandra. Sandra meletakkan ponselnya di dashboard mobil untuk menunjukkan arah pada Reni. Tempatnya agak rumit menurut Reni karena harus melewati banyak sekali belokan. Mungkin jika ia sendirian ke sini akan kesasar.    "Tempatnya lumayan terpencil, ya!" gumam Reni sembari menoleh ke spion kiri dan kanan. "Temen Kak Sandra ini nggak berniat beli rumah di pinggir jalan gitu apa?"    Sandra tertawa. "Udah banyak orang yang menyarankan kayak gitu, Ren. Tapi kata
Baca selengkapnya
Bab 52
    Hari sudah gelap saat Reni mengantarkan Sandra ke apartemennya. Seharian ini mereka benar-benar menghabiskan waktu untuk merawat diri.    "Makasih banyak ya, Kak! Udah diajakin perawatan seharian ini!" ujar Reni sebelum Sandra turun dari mobilnya.    "Anytime! Lagian ini juga buat kamu sendiri. Kalau bituh apa-apa jangan malu apalagi sungkan minta tolong ke Kakak, ya. Pasti bakalan Kakak bantuin. Oke!" Sandra tersenyum. "Ya udah aku turun dulu ya! Byeee!"    Setelah Sandra turun, Reni melambaikan tangannya pada Sandra. Ia kembali melanjutkan perjalanan pulang. Kali ini ia harus pulang ke rumah karena sedari tadi Mamanya sudah meneror Reni untuk memintanya tidur di rumah malam ini.    Ketika masih di jalan, ponsel Reni berbunyi. Ia segera menyambungkan earphone untuk menjawab panggilan.    "Halo!" seru Reni terlebih dahulu.    "Masih dimana?" suara Arjuna di seber
Baca selengkapnya
Bab 53
    Selesai sudah ujian akhir semester kali ini. Reni mengumpulkan ujian tulis terakhirnya di hari ini dengan perasaan lega. Ia sudah mengusahakan apapun semampunya. Reni yakin, pasti ia mendapatkan hasil yang terbaik.    "Ren, ini kan hari terakhir ujian. Kan udah nggak ada beban lagi nih..." kalimat Nadya tiba-tiba saja jadi menggantung.    Reni yang masih menunggu lanjutan kalimatnya sembari chattingan dengan Arjuna mendongak. "Lo kalo ngomong jangan suka nanggung dong! Gue dengerinnya serius kayak gini malah digantungin."    Nadya tertawa melihat ekspresi cemberut Reni. Hampir seminggu belakangan ini ekspresi yang ditampilkan sahabatnya itu hanyalah ekspresi tegang dan penuh pikiran. Reni terlihat suntuk sekali selama pekan UAS. Maka dari itu Nadya ingin mengajak Reni jalan-jalan hari ini agar pikiran Reni lebih fresh dan tidak tegang lagi.    "Kita jalan-jalan yuk! Ngemall atau kemana gitu, biar l
Baca selengkapnya
Bab 54
    Ruangan itu sudah gelap sedari beberapa menit yang lalu. Namun lampu meja masih menyala. Menerangi sedikit bagian meja. Arjuna masih tenggelam dalam dalam garis-garis yang ia bentuk di atas kertas berukuran besar. Ia benar-benar larut dalam pekerjaannya sampai lupa waktu dan tidak tahu bahwa ini sudah larut malam.    Keheningan malam itu pecah karena ada nada dering pengingat. Besok pagi ia harus kembali ke Jakarta. Arjuna mengangkat kedua sudut bibirnya untuk tersenyum.    "Besok bakalan ketemu Reni." Arjuna mematikan alarmnya. "Lagi apa ya dia?" melihat jam yang sudah larut malam, rencana untuk menelepon calon tunangannya itu ia batalkan. Pasti udah tidur, batin Arjuna. Ia memilih untuk menyelesaikan rancangannya yang terakhir sebelum bertolak ke Jakarta.    Padahal, puluhan kilometer darinya, ada perempuan yang begitu menunggu kabar darinya.    ***    Reni sedari tadi berkali-k
Baca selengkapnya
Bab 55
    Rumah kediaman Lesmana sudah ramai sejak pagi. Banyak sekali orang berlalu lalang keluar masuk ke dalam rumah tersebut. Dekorasi untuk pertunangan Reni dan Arjuna memang dibuat sederhana sehingga baru dipasang pagi ini.    Sementara itu, Reni sedang sangat gelisah di dalam kamarnya. Pasalnya, Arjuna sama sekali tidak memberinya kabar. Hanya satu pesan tadi Subuh yang berisi:    Sampai nanti.    Sudah. Hanua itu saja dan tidak ada kelanjutannya. Reni semakin diliputi kecemasan saat ponsel Arjuna tidak aktif.    "Sayang, Mama cariin dari tadi kirain di mana. Ternyata di dalam kamar. Kenapa kok wajahnya khawatir gitu sih? Hm?" Santi mengelus lengan putrinya.    "Ini loh, Ma. Arjuna nggak ngabarin aku sama sekali. Cuma tadi subuh doang bilang sampai nanti. Habis itu sampai jam segini nggak ada kabar sama sekali. Dia bisa nggak sih ngasih kabar bentaran aja!"    "Saya
Baca selengkapnya
Bab 56
    Sore hari Arjuna sudah tiba di Jakarta. Ia segera keluar area bandara dan mencari taksi yang sudah berjejer dengan rapi menunggu penumpang. Arjuna menelepon sang Mama.    "Haloo, Ma! Ma, Juna udah di Jakarta. Ini udah naik taksi kok."    "Syukurlah, Sayang. Segera sampai rumah ya, kamu istirahat dulu sebelum acara nanti malam!" suara Mamanya terdengar begitu antusias. Seperti sangat merindukan putra semata wayangnya itu.    "Iya, Ma. Sampai ketemu di rumah, ya!" Arjuna memutuskan sambungan. Ia tersenyum mengamati sekeliling. Kota yang penuh kemacetan di mana-mana ini, begitu ia rindukan ketika sudah satu minggu pergi ke Makassar. Tentu saja ia juga merindukan salah satu penduduk ibukota ini.    "Reni udah uring-uringan belum, ya? Gue tanya Ryo aja deh!"    Akhirnya Arjuna memilih menghubungi calon kakak iparnya itu. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya panggilan itu diangkat juga
Baca selengkapnya
Bab 57
    Reni membuka matanya setelah seluruh make upnya selesai. Tepat ketika adzan maghrib berkumandang, riasannya sudah selesai.    "Cantik banget niih!" seru Ryo yang masuk ke kamar Reni. Ia melihat adiknya berbeda dari biasanya yang selalu mengenakan kaus dan celana jeans belel.    "Ih, Kakak jangan usil ya!" peringat Reni. Ia sendiri pangling melihat pantulan wajahnya di cermin. Benar-benar berbeda dari dirinya yang biasanya.    "Nah, ini karena kamu nggak mau dibikin aneh-aneh rambutnya, jadi cuma aku cepol dikit aja. Yang penting nggak pakai konde besar, kan?" bisik Saras sembari mengkeriting anak rambut Reni.    Reni benar-benar puas dengan hasilnya. Sama persis seperti apa yang dia bayangkan, tidak menor dan tidak mentereng.    "Ya udah aku ganti baju dulu, ya!" seru Reni sekaligus menginterupsi semua orang yang ada di dalam kamarnya untuk keluar.    Ketika semu
Baca selengkapnya
Bab 58
    Mata Arjuna tidak sedikitpun berpaling dari Reni. Ia melihat Reni sejak gadis itu turun dari lantai dua digandeng pacar Ryo dan juga Mamanya. Reni begitu cantik. Ralat, benar-benar cantik malam ini. Dengan balutan gaun dengan sedikit motif batik, flat shoes berwarna abu-abu dan juga riasan yang pas di wajahnya. Tidak lupa cepolan rambutnya yang menjadi ciri khas seorang Reni. Padahal hanya seminggu keduanya tidak bertemu, tetapi perubahan Reni yang Arjuna lihat, seakan-akan mereka telah berpisah bertahun-tahun.    "Cantik ya, adek gue!" bisik Ryo yang tiba-tiba saja sudah berada di sebelah Arjuna.    Arjuna mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari Reni. Dia seperti tidak mau kecolongan secuil saja momen ketika Reni melangkah menghampirinya.    "Hai!" sapa Arjuna setelah Reni berada di depannya.    Bukannya membalas, perempuan itu malah meninju pelan dadanya dengan menampilkan wajah
Baca selengkapnya
Bab 59
    Para tamu undangan dipersilakan menikmati hidangan yang telah disediakan. Ada aneka macam jajanan tersedia di meja. Selain itu, juga ada banyak makanan utama di meja dekat kolam. Kerabat dekat Lesmana bergantian mengucapkan selamat atas terselenggaranya pertunangan Reni pada pasangan Lesmana dan Santi.    Arjuna yang melihat Sandra ada di sini segera mengikuti perempuan itu yang berjalan ke belakang. Ia setengah berlari agar mampu mensejajari langkah Sandra.    "Sandra, tunggu!" Arjuna menggamit tangan perempuan itu. Sandra berhenti dan berbalik menatap Arjuna.    "Kamu ngapain ada di sini?" tanya Arjuna penuh tanda tanya. Ia benar-benar bingung dengan situasi saat ini. Bagaimana bisa perempuan dari masa lalunya itu berada di pertunangan Arjuna?    "Ya aku memang harus di sini, Juna," panggilan itu membuat Arjuna sempat tercekat. Ia tidak menyangka nada sapaan Sandra tidak pernah berubah untuknya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status