All Chapters of Call Me, Reyn: Chapter 11 - Chapter 20
23 Chapters
Terjebak Rasa Bersalah
Drrttt! Aku mengambil ponsel disaku celanaku dan melihat siapa yang meneleponku. Tertera nama tuan Jeff dilayar ponselku yang menyala terang. “Mau apa si tua bangka ini,” gerutuku. “Halo, ada apa, Tuan?” “Bodoh! Kenapa dia bisa celaka. Dia adalah asetku untuk menghancurkan Coudry Limantara.” Aku berpikir sejenak mengapa tuan Jeff bisa mengetahui kejadian yang menimpa Rafael. Aku pun teringat pada CCTV yang terpasang diseluruh penjuru rumah. “Mengapa diam?” “Baiklah, aku akui itu memang murni kesalahanku. Aku yang telah lalai menjaga dia.” “Kali ini aku maafkan, tetapi jangan sampai aku tahu anak itu celaka lagi. Kecuali itu perintahku.” “Maksudnya?” “S
Read more
Awkward Moment
 Hari ini Rafael sudah dibolehkan pulang dari pihak rumah sakit. Keadaan Rafael pun sudah berangsur membaik setelah tiga hari ia dirawat di rumah sakit. “Kak Reyn, aku mau es krim,” pintanya padaku yang sedang merapikan pakaian Rafael ke dalam tas ranselnya. “Iya Reyn, aku juga mau es krim,” sambung Umar. “Tidak boleh, kamu masih sakit,” ucapku dengan raut wajah datarku yang sudah kembali seperti semula. “Kak Reyn, bukankah kau sudah berjanji padaku, ayolah aku sangat ingin es krim,” ujar Rafael dengan wajah memelasnya. “Kapan aku berjanji? Sudahlah ayo pulang!” ucapku yang pura-pura lupa dengan perkataanku waktu itu. “Reyn, tidak apa-apa kalau Rafael ingin es krim. Keadaannya juga sudah sangat membaik, yang terpenting jangan terlalu banyak.” Aku hanya pasrah saat Dania mengi
Read more
Dugaan Yang Tepat
 Breaking News! Telah terjadi kecelakaan maut di kilometer 17 tol Jagorawi yang telah memakan tiga korban jiwa sekaligus. Dua diantaranya meninggal dunia di tempat. Satu korban lainnya dilarikan ke rumah sakit terdekat. Korban yang masih hidup adalah pengusaha ternama di Indonesia yang berinisial CL. Korban dilarikan pada dini hari pukul 00.05 wib di rumah sakit Cenita Medika. Kondisi terkini dari pihak keluarga mengatakan bahwa korban tengah mengalami kritis. Sampai saat ini belum juga diketahui penyebab dari kecelakaan lalu lintas tersebut, polisi masih menyelidiki lebih lanjut mengenai kasus ini. Klik! Aku mematikan siaran berita ditelevisi. Aku memang sedang tidak ada kegiatan, sehingga aku memilih meluruskan kakiku disofa sembari menggonta-ganti program televisi. Namun, tid
Read more
Kala Rindu Lalu Bertemu
Grekk! Rafael menarik salah satu kursi di ruang makan dan ia mulai mendudukinya. Rafael menatapku yang sedang memakan makananku dengan seulas senyum kecil dari sudut bibirnya. "Kenapa kau senyum-senyum seperti itu padaku?” Rafael tak menjawab pertanyaanku, ia meraih piring yang sudah tersedia di atas meja makan serta mengambil nasi dan lauk pauknya. Lalu ia memakannya dengan santai tanpa menghiraukan pertanyaanku. Aku pun sama, tidak menghiraukannya juga. “Kak Reyn, untuk apa kau menculikku? Apa aku begitu berharga bagimu? Padahal aku ini tidak punya apa-apa.” Aku yang sedang menikmati makananku tiba-tiba dihadiahkan dengan pertanyaan Rafael yang tidak bisa aku jawab. “Makanlah! Kau tak perlu banyak bertanya. Kau harusnya bersyukur karena aku tidak menyakitimu. Jarang sekali penculik sepertiku, bukan?” “Tapi aku sangat yakin jika kakak
Read more
Restu Yang Menjauh
“Ja-jadi kau tetangga baruku,” ucapku seraya menetralkan suasana hatiku yang benar-benar terkejut melihat Dania kini telah menjadi tetanggaku.   “Iya sesuai yang aku katakan waktu itu kalau sebentar lagi aku akan pindah, tapi aku tidak menyangka jika kau adalah tetanggaku. Maaf ya kalau aku jadi mengganggu istirahat kalian karena baru sempat hari ini,” jelas panjangnya.   Aku menjadi merasa tidak enak hati karena telah meneriaki Dania seperti tadi. Jika dari awal aku tahu tetangga baruku adalah Dania, sudah pasti aku membantunya bukan justru memarahinya. “Tidak apa-apa kok, aku yang harusnya minta maaf. Aku kira kau ini tetangga-tetangga menyebalkan yang selalu berjoget dangdut di depan rumahku,” jawabku sembari menggaruk tengkukku.   Keempat anak buahku menatap lekat kearahku, sepertinya mereka merasa tersindir atas ucapanku tadi.   “Asyik, ada kak Dania sekarang, yeah nanti beli es krim lagi,” ujar
Read more
Pertanyaan Yang Mudah, Jawaban Yang Sulit
“Hei! Anak kecil! Kau sedang apa?” tanyaku pada Rafael yang terlihat sangat sibuk dengan buku gambar yang baru dibelikan Marco kemarin. Rafael hanya menoleh kearahku lalu ia kembali melanjutkan kegiatannya tanpa menjawab pertanyaanku. Aku menjadi penasaran dengan apa yang sedang ia lukis. Aku diam-diam mengambil buku gambar tersebut saat ia sedang sibuk memilih pensil warna yang menurutnya cocok.   Ternyata ia sedang menggambarkan diriku bersama Dania serta keempat anak buahku. Aku tahu itu aku dan yang lainnya karena Rafael menuliskan nama-nama kami di atas gambarnya.   “Kemarikan gambarku!”   Rafael merebut kembali buku gambar yang ada ditanganku. “Ck, jelek sekali gambarmu, apalagi mukaku terlihat bulat sekali di sini. Kepala Umar yang bulat justru terlihat lonjong. Kau ini memang tak pandai menggambar ya,” ledekku padanya. Sementara Rafael mendengus kesal mendengar gambarnya aku katakan jelek, pada kenyataannya tidak
Read more
Menjelma Menjadi Nyamuk
Uhuk! Uhuk! Aku sangat terkejut sampai-sampai aku tersedak air yang sedang ku minum ketika mendengar pekerjaan baru yang tuan Jeff berikan. Aku tahu profesiku dulu memang pembunuh bayaran dan untuk membunuh Coudry Limantara itu sangatlah mudah, tetapi aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasa sedihnya Rafael jika mengetahuinya. Sedangkan tadi pagi Rafael baru saja mengatakan bahwa dirinya sangat menyayangi ayahnya. Aku benar-benar tidak tega melakukannya. “Aku tidak mau melakukannya!” Bimo menautkan kedua alisnya heran mendengar jawabanku. “Kenapa tidak mau? Bukankah itu pekerjaanmu? Bahkan dikalangan para penjahat-penjahat dan mafia, kau terkenal sebagai pembunuh bayaran yang paling berbahaya, bukan?” “Iya, tapi kali ini aku tidak bisa.” “Kenapa tidak bisa? Ini adalah perintah tuan Jeff dan kau sud
Read more
Partner Satu Hari
Selama di perjalanan pulang, kami sama-sama terdiam. Suasana di dalam mobil sangat sunyi tanpa satu patah kata yang terucap, yang terdengar hanya bisingnya kemacetan di ibukota karena hari yang semakin gelap. Aku mengedarkan pandanganku ke mereka yang sedang berjalan kaki beramai-ramai di bahu jalan. Mereka adalah para pekerja yang ingin segera pulang ke rumah masing-masing untuk berkumpul kembali bersama keluarga tercinta mereka. Aku kembali fokus mengendarai mobilku yang terjebak diantara mobil-mobil lainnya. Aku hanya bisa melajukan mobilku perlahan-lahan dan hanya bergerak beberapa meter dalam lima menit. Kemacetan sore ini semakin parah dan biasanya akan lebih ramai bila menjelang petang. Sementara aku masih bingung harus mengatakan apa pada Dania untuk membuka pembicaraan diantara kita dan sepertinya Dania juga begitu. “Reyn.” Akhirnya Dania-lah yang memulai per
Read more
Mengabulkan Permintaan
Aku dan Ganan sedang menonton pertandingan sepak bola di ruang tengah karena ada tim kesukaan kami. Tak sengaja aku dan Ganan mendengar suara rintihan Rafael yang cukup keras hingga terdengar sampai ruang tengah. Aku buru-buru ke kamar Rafael yang diikuti oleh Ganan di belakangku. Aku takut terjadi apa-apa dengannya. Ternyata Rafael sedang tidur, sepertinya ia sedang bermimpi buruk tentang ayahnya. Aku dan Ganan menghampiri Rafael dan menggoyangkan tubuhnya agar terbangun. “Rafa, bangun.” Rafael terus meronta-ronta dalam tidurnya dan menyebut-nyebut ayahnya. Aku dan Ganan menjadi bingung. Ganan terus menggoyangkan tubuh Rafael. “Jangan tinggalkan aku, Ayahhhhhh ... ” Rafael tersentak dari tidurnya. Napasnya memburu tak beraturan. Aku menyuruhnya duduk agar menetralkan suasana hatinya. Ku lihat keringat yang m
Read more
Siapapun, Tolong Reyn
 “Paman! Lepaskan kak Reyn, dia tidak jahat,” ujar Rafael yang memelukku erat. Sementara aku tak bisa membalas pelukannya karena kedua tanganku sibuk dipegangi oleh bodyguard-bodyguard itu. “Tuan muda, ini adalah perintah untuk menangkap siapapun yang menculikmu,” ucap salah satu dari mereka. Bodyguard-bodyguard itu terus saja mencekal tanganku. “Sudahlah tidak apa-apa, bukankah kau ingin melihat ayahmu. Sana masuk! Jangan hiraukan aku,” ujarku kepada Rafael. Namun, anak itu menggelengkan kepalanya cepat. “Aku tidak mau meninggalkanmu, aku takut mereka menyakitimu,” jawabnya. “Ck, cepatlah masuk!” Aku pun akhirnya memberontak dan menghajar para bodyguard-bodyguard itu. Lima melawan satu, tidak masalah bagiku. Aku pikir dengan aku menyerahkan diri kepada mereka, lalu Rafael bisa menemui ayahnya. Namun, Rafael justru ingin menemui
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status