All Chapters of Cinderella Hot Story: Chapter 71 - Chapter 80
160 Chapters
Move On
“Sertifikat?”Sambil terus menggamit jemari Rindu dengan erat, keduanya berjalan keluar lobi apartemen dan terlihat mesra. Dewa sudah tidak segan menunjukkan kepada semua orang, kalau Rindu adalah wanita yang saat ini tengah menjalin kasih dengannya. Untuk apa lagi disembunyikan kalau sang mama sudah tahu semuanya. Jadi, lebih baik ia jalani saja semua ini dengan santai dan tidak perlu lagi menunggu waktu yang tepat.“Senin, siang,” lanjut Dewa masih berbicara dengan Reno melalui ponsel pintarnya. “Nanti aku suruh Riko ambil ke rumah, karena aku ada di apartemen dua hari ini dan nggak akan pulang ke rumah.”Seraya terus berjalan keluar dari kompleks gedung apartemen dan menyusuri trotoar, Rindu hanya bisa menyimak obrolan Dewa dengan lawan bicaranya di telepon. Mengingat rumah Dew
Read more
Seorang Anak
Ketika langit mulai bergemuruh dan titik hujan mulai luruh, Dewa bergegas mempercepat suapannya. Ia tidak ingin sampai Rindu kehujanan, hingga membuat gadis itu sakit nantinya. Mereka pernah kehujanan satu kali, di hari Rindu menyerahkan tubuhnya pada Dewa, dan hari itu, benar-benar hari yang tidak akan terlupakan oleh Dewa sama sekali.Sebuah penyatuan, yang akhirnya membuat Dewa selalu memikirkan Rindu dan tidak menginginkan tubuh polos itu dijamah oleh siapa pun, kecuali dirinya sendiri.“Ayo, Rin,” ajak Dewa setelah menghabiskan satu porsi sate kambing. Dengan tergesa pula, Dewa berdiri sambil mengeluarkan dompet dari saku celana, lalu mengeluarkan lima lembar uang kertas berwarna merah. “Nanti kamu kehujanan lagi.”Sebenarnya, Rindu masih ingin berada bersama Arman untuk mendengar semua
Read more
Menuntaskan Rasa Penasaran
Sejak sore hari, langit sudah berubah gelap dan mulai meneteskan tangisnya ketika malam akan menjelang. Jika begini, Rindu yakin kalau Arman tidak akan berjualan di ujung jalan seperti tadi malam, Untuk itu, Rindu harus kembali bersabar untuk bisa menemui pria itu dan bertanya tentang semua hal.Seharian penuh berada di apartemen bersama Dewa, sungguh membuat tubuh Rindu terasa sangat lelah. Rindu rasa, esok ia benar-benar membutuhkan seorang tukang pijat agar tubuhnya merasa segar kembali.“Mau makan di bawah, atau delivery?” tawar Dewa yang baru keluar dari kamar mandi sambil mengusap surai basahnya dengan handuk kecil. Sementara Rindu, masih tergeletak dengan tubuh polosnya di atas tempat tidur dan masih meringkuk di dalam selimut.Rindu berguling, untuk bertelungkup untuk meregangkan punggungnya. Ia
Read more
Nikah Beneran
Baru sekitar lima belas menit yang lalu mereka sampai di rumah Dewa, dan pria itu, kini sedang memasukkan mobilnya langsung ke garasi. Sementara Rindu, ia beralasan hendak segera ke kamar mandi, hingga Dewa membiarkannya masuk terlebih dahulu.Rindu hanya ingin memasuki kamar Dewa seorang diri, dan melihat lagi ruangan tersebut dari dekat.Rindu memegang handle pintu tersebut lalu menekannya dan … terkunci. Rindu lantas menunduk, untuk memperhatikan rumah kuncinya dengan seksama. Ia hanya butuh kunci L dan seutas kawat atau untuk membuka pintunya. Meskipun Rindu hanya pernah mempraktekkan hal tersebut satu kali dahulu kala, dan ia berhasil. Tidak ada salahnya jika Rindu mencoba peruntungan tersebut, ketika Dewa sedang tidak ada di rumah.Masalahnya sekarang, darimana Rindu mendapatkan kunci L dan seutas kawat
Read more
Melepas Semua Beban
“Aku belum siap kalau kita harus …” Rindu betul-betul bingung ketika harus mengungkapkan penolakannya pada Dewa. Ia khawatir, kalau pria itu akan kembali marah dan akan berubah mengerikan seperti yang sudah-sudah. Namun, jika tidak dikatakan sekarang, Rindu khawatir tidak akan ada lagi kesempatan lain, dan pada akhirnya ia sendirilah yang dirugikan. “Waktu … habis, ketemu sama tante Maria waktu itu, aku ngerasa … kalau sebenarnya aku nggak pantas jadi istri kamu,” ungkap Rindu dengan sangat hati-hati agar tidak menyinggung Dewa dan membuat pria itu marah. “To-tolong jangan marah dulu, dan dengarkan aku sebentar.” Rindu memilih bangkit menjauh dari Dewa untuk menormalkan detak jantungnya. Duduk tegak pada sofa dan menyimpan semua rasa gugupnya sendiri. “Aku bukannya nggak mau nikah beneran di KUA, tapi … begini, aku ngerasa, kalau mentalku nggak sekuat yang ak
Read more
Siapa Gerangan
“Jangan bodoh.” Dewa masih berada di tempat yang sama, begitu pun dengan posisi duduknya. “Apa kamu pernah berpikir, kalau kamu tiba-tiba hamil? Yakin, keluargamu mau nerima kamu, yang tahu-tahu datang terus hamil tanpa ada ayahnya?” “Itu …” Rindu tidak bisa menebak-nebak masa depan yang ada. Namun, bukankah saat pertama kali berhubungan dengan Dewa, Rindu ternyata tidak hamil. “Belum tentu hamil juga, kan?” “Dan, bagaimana kalau hamil?” “Aku …” Rindu tidak bisa berpikir jernih, di antara semua tekanan yang menghimpitnya sekaligus seperti ini. “Apa kamu sadar, Rin. Sejauh apapun kamu melangkah, kamu nggak akan bisa lepas dariku.” “Itu …” telunjuk Rindu mengarah pada Dewa sembari berdiri untuk mengalihkan rasa gelisahnya. “Itu salah satu yang bikin aku tertekan. Kamu selalu ngawasi aku.” “Tapi kamu bisa bebas melakukan apapun yang kamu mau.” Rindu bergerak mondar mandir di depan sofa. Sekali lagi, semua yang dikatakan Dewa adalah benar, dan Rin
Read more
Lihat Saja
“Berhenti di situ, kalau kalian masih ingin pulang menemui keluarga di rumah hidup-hidup.” Dewa berjalan santai menuruni tangga, sembari mengarahkan telunjuknya pada dua orang bodyguard, yang hendak menaikkan kakinya ke arah tangga. “Berani naik ke lantai atas, siap-siap kehilangan salah satu anggota tubuh kalian,” tambah Dewa sambil melewati dua pria berbadan tambun, yang hanya bisa terdiam dengan ancaman Dewa. “Kalian tinggal pilih, mau tangan, atau kaki yang duluan hilang.” Dewa terus melangkahkan kakinya ke depan, karena ia tahu, seseorang telah menunggunya di luar sana. Dewa sudah memperingatkan Reno agar tidak menemuinya, karena masalah Rindu. Namun, kali ini Dewa ceroboh, karena tidak menduga kalau hal seperti ini akan terjadi. “Apa ada arisan sosialita sepagi ini?” Dewa menghempaskan tubuhnya pada sudut sofa panjang yang berseberangan dengan sang mama. Melirik sebentar, pada seorang bodyguard, yang berdiri di samping Maria. Sebenarnya
Read more
Jangan Sampai Lengah
“Dengar baik-baik.” Dewa menunjuk ke empat bodyguard yang dibawa sang mama satu per satu, dengan mengacungkan berettanya. Keempat orang itu tengah berdiri tegap di carport, sementara Dewa berdiri santai di ujung teras, bersama Riko. “Ini pertama dan terakhir kalinya, kalian semua masuk ke sini, tanpa izin dari saya.”Dewa kembali menatap keempat pria bertubuh kekar itu, dengan pelan sembari mengingat wajah mereka. “Kalau salah satu dari kalian, masih ada mau yang cari masalah sama saya, mulai dari sekarang siapkan surat wasiat buat keluarga masing-masing dan uang pesangon yang cukup buat mereka hidup. Paham kalian?”“Sudah, sudah!” seru Maria sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Maria tahu, kalau Dewa tidak akan menembakkan satu peluru pun, karena bodyguard yang dibawanya tidak melakukan apa-apa. “Buka pagar,
Read more
Cari Istri Lagi
Kalau bukan sang papa yang meminta untuk datang ke rumah, Dewa mana mungkin mau menginjakkan kakinya untuk pergi ke sana. Karena Dewa tahu, Abraham memintanya datang pasti karena aduan Maria. “Papa, sebenarnya sudah nggak mau ikut campur dan angkat tangan.” Abraham benar-benar mengangkat kedua tangannya sejenak. Ia melirik pada sang istri dan putranya, yang saat ini duduk di hadapannya dengan gelengan. Kedua ibu dan anak itu duduk saling bersebrangan, dan belum bertegur sapa sedari tadi. “Tapi, karena Papa capek dengar Mamamu ngomel seharian ini. Jadi, mari kita selesaikan.” Tatapan Abraham tertuju pada putranya terlebih dahulu. “Gimana, Wà? Bisa-bisanya kamu ngancam Mamamu pake beretta?” “Tanya sama Mama, bisa-bisanya datang ke rumahku dan langsung masuk tanpa permisi?” Dewa bersandar santai dengan satu tangan b
Read more
Siapkan Mental
Rindu belum bereaksi ketika Dewa mengatakan, bahwa ia sudah bisa pergi ke mana pun mulai hari ini. Tidak sampai dua minggu, tapi sepertinya Dewa sudah memutuskan untuk mengakhiri masa hukuman itu untuk Rindu. Bukannya senang, tapi Rindu semakin dibuat curiga oleh pria itu. Dewa pasti melakukan hal ini, karena Rindu memintanya untuk mengakhiri hubungan yang ada, Setelah Rindu mengatakan bahwa dirinya sangat tertekan dengan hubungan yang terjalin di antara mereka, Dewa mendadak langsung memberinya kelonggaran seperti saat ini. “Tapi tetap, kamu ke mana-mana harus pergi sama sopir,” tambah Dewa setelah berbicara panjang lebar seraya memakai dasinya.  “Capeeek banget ngomong sama temboook.” Rindu yang masih bergelung di dalam selimut, langsung membalik tubuhnya karena sudah malas melihat Dewa. “Aku mau udahaaan.
Read more
PREV
1
...
678910
...
16
DMCA.com Protection Status