Semua Bab Cinderella Hot Story: Bab 61 - Bab 70
160 Bab
Mencari Tahu
Sejak Dewa pergi, dan mengatakan bahwa pria itu akan berada di luar kota, Rindu lebih banyak menghabiskan waktunya di apartemen. Ia enggan beranjak dari kamar, dan hanya berguling-guling untuk menghabiskan waktu, sembari terus saja mencari jalan untuk menemukan jawaban atas semua pertanyaan yang ada di dalam kepala.Rindu juga sudah bertanya pada sang ibu mengenai alamat lengkap rumah ayahnya dahulu kala. Namun, Tiara tidak pernah membalas, maupun memberitahu Rindu, di mana letak rumah tersebut.Sebuah chat dari Dewa yang mengatakan bahwa pria itu akan datang malam ini, semakin membuat Rindu frustrasi.Rindu sempat bertanya-tanya, sebenarnya, bagaimana perasaan Dewa terhadap dirinya? Jika Dewa memang menginginkan Rindu menjadi miliknya, mengapa sikap Dewa justru terlihat sangat mengerikan, sampai berani mengancamnya
Baca selengkapnya
Kejutan
Rindu membuka pintu kamar hotel dengan perlahan. Melangkah masuk dan kembali dikejutkan dengan tatanan kamar dengan nuansa yang sangat romantis. Ada taburan kelopak mawar merah berbentuk hati, sudah terpajang sempurna di atas tempat tidur. Ditambah, hiasan sepasang kepala angsa yang saling bertemu dan membentuk lambang cinta, membuat Rindu takjub luar biasa. Sebagai seorang wanita yang pada dasarnya selalu butuh perhatian, sudut bibir Rindu jelas saja langsung tertarik lebar. Apa Dewa yang melakukan semua ini? Harusnya, Rindu saat ini tengah berada di rumah Dewa dan fokus terhadap tujuannya. Namun, semuanya menjadi goyah ketika pria itu menyajikan kejutan romantis seperti sekarang. Dengan senyum yang masih mengembang di wajahnya, tatapan Rindu kini berpindah pada sebuah ruangan berada tidak jauh dari samping temp
Baca selengkapnya
Silakan Bunuh Saya
Baru saja datang, dan duduk bersama untuk makan malam dengan beberapa teman sosialitanya, manik Maria menangkap sosok putranya masuk ke dalam resto dan terus keluar menuju sisi outdoor. Yang menjadi perhatian Maria adalah, seorang gadis yang berjalan dalam diam di sisi sang putra.  Dari segi penampilan, gadis itu sungguhlah berbeda jauh dari putranya. Hanya memakai kaos oblong, serta celana jeans yang Maria yakin tidak memiliki merek sama sekali. Tidak ingin membuat teman-temannya curiga, Maria tetap menjaga ekspresinya. Menunggu semua sibuk dengan pilihan menu, barulah ia beranjak dan berpamitan untuk pergi ke toilet sebentar. Untung saja, arah toilet sejalan dengan pintu penghubung antara dua sisi resto yang berbeda. Oleh sebab itu, Maria bisa berjalan dengan tenang. Lalu dengan cepat, ia membuka pintu dan langsung dicegat oleh seorang pelayan ketika M
Baca selengkapnya
Bibit, Bebet, Bobot
Dengan menahan isak sambil menenangkan dirinya sendiri, Rindu melepas cincin yang melingkar di jari manisnya. Ia meletakkan benda tersebut di meja, lalu menyodorkan ke hadapan Dewa. Rindu ingin mengakhiri semua dan kembali menjadi dirinya seperti dahulu kala. Rindu yang bebas, ceria, dan tidak berada di bawah kendali seseorang.Jalan hidup yang diambilnya mungkin sudah salah. Namun, Rindu masih bisa memperbaiki itu semua, jika setelah ini Dewa masih memberinya napas untuk tetap bertahan hidup. Tidak banyak yang diminta Rindu setelah ini, ia hanya ingin menjalani hidup dari awal, dari nol, dan menggunakan semua kemampuan yang dimilikinya untuk meraih semua mimpi,“Silakan talak saya.” Sekali lagi, Rindu mengusap kasar kedua matanya sekaligus. Mengatur napasnya berulang kali, agar isak tangis itu mereda dengan segera.
Baca selengkapnya
Dalam Setiap Penyatuan
Lidah Rindu begitu kelu. Tidak ada kalimat yang mampu terucap, ketika dirinya dan Dewa sudah keluar dari resto. Pria itu langsung membawa Rindu menuju lift, untuk segera kembali ke kamar. Apa yang disaksikannya tadi, sungguh membuat jantung Rindu tidak henti-hentinya memberi dentuman hebat, sampai seluruh tubuhnya menegang beku di samping Dewa.Tatapan yang diberikan Maria, sangatlah menusuk, kendati gestur tubuhnya wanita itu benar-benar terlihat santai. Wanita paruh baya itu, terlihat sangat paham dengan situasi yang ada. Sehingga, Maria tahu kapan harus bertahan, dan kapan harus menyerang.Setelah Dewa menutup pintu kamar, ia langsung memeluk tubuh Rindu dari belakang. Menunduk di telinga Rindu kemudian berkata, “Masih ragu?”“Tante Maria … pasti tambah marah.”
Baca selengkapnya
Sebuah Kesempatan
Seperti biasa, setiap harinya Dewa akan selalu bangun lebih dahulu daripada Rindu. Melihat gadis itu tertidur pulas karena kelelahan, Dewa pun tidak ingin mengganggunya sama sekali. Ia lantas langsung beranjak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Setelahnya, Dewa mengambil ponsel yang masih berada di dalam saku jas, yang sudah tergeletak di lantai. Dewa mengaktifkannya dan beberapa saat kemudian, ia melihat banyak sekali rentetan misscall, serta chat dari Maria. Di antara daftar nama Maria yang memenuhi ponselnya, ada terselip nama Reno di sana. Untuk itu, Dewa yang masih menggunakan bathrobe seusai mandi, keluar menuju private pool dan menutup rapat pintunya. Ia tidak ingin, jika Rindu tiba-tiba mendengar percakapan yang akan dilakukannya dengan Reno.“Ada apa, Ren?” tanya Dewa begitu Reno mengangkat telepon darinya.
Baca selengkapnya
Jangan Coba-coba
Sejak mobil yang ditumpanginya berhenti di depan klinik yang pernah Rindu datangi, tubuhnya seketika langsung menegang. Rindu kira, mereka berdua akan datang ke dokter umum untuk berkonsultasi lalu medical check up secara general. Namun Rindu salah, mereka berdua saat ini tengah mendatangi dokter kandungan.Rindu menduga, ini pasti ada kaitannya dengan jadwal bulanan yang baru saja di dapatnya kemarin.Apa itu artinya, Dewa memang menginginkan seorang anak dari Rindu?Semua ini sangatlah membingungkan untuk Rindu. Bagaimana bisa Rindu memiliki seorang anak dari pria yang bahkan tidak mencintainya sama sekali. Hubungan mereka saat ini hanya seperti simbiosis mutualisme. Dewa membutuhkan tubuhnya untuk menyalurkan semua hasrat pria itu, sementara Rindu membutuhkan uang Dewa untuk mewujudkan semua mimpinya.
Baca selengkapnya
Hubungi Aku
Rindu menghempas bokongnya di sofa panjang yang ada di depan teve. Sejurus kemudian, Rindu mengambil remote teve, lalu merebahkan diri sambil menyalakan benda berlayar datar tersebut. Tidak ada acara yang menarik menurutnya, setelah Rindu berkali-kali mengganti channel teve berulang kali. Sehingga Rindu membiarkan saja teve itu menyala dan menontonnya.“Bu Rindu, makan siangnya sudah siap.”Sudah dua hari ini, Dewa mempekerjakan seorang wanita paruh baya untuk mengurus rumah dan memasak setiap harinya. Dari sarapan, makan siang, sampai makan malam pun, Rindu tidak diperkenankan mempersiapkan sendiri. Wanita yang bernama Sri itu, juga menyiapkan beberapa camilan sehat untuk dikonsumsi oleh Rindu.Sudah dua hari ini pula, lebih tepatnya sejak Dewa mengetahui bahwa Rindu memakai pil kontrasepsi untuk menceg
Baca selengkapnya
Bahagiakan Dia
Kiara menghela pendek ketika melihat Dewa baru datang ke kafe milik Esa. Pria itu telat satu jam dari waktu yang sudah dijanjikannya kepada Kiara. Tadinya, Dewa berjanji akan datang menemui Kiara jam lima sore, tapi pria itu baru datang ketika jarum jam yang ada di dinding restoran hampir menunjukkan pukul enam.Esa saja, sudah mengajak Kiara pulang dari setengah jam yang lalu, karena Dewa juga tidak bisa dihubungi sama sekali. Namun, Kiara meminta waktu sampai pukul enam tepat, barulah mereka dan kedua anaknya akan pergi pulang ke rumah untuk beristirahat.“Untung teman, lo, Wà!” ujar Esa bernada kesal, karena jam pulang mereka ke rumah sampai terlambat, gara-gara menunggu Dewa. Hubungan keduanya memang sempat merenggang beberapa tahun lalu, karena masalah Kiara. Namun, sedikit demi sedikit semua perselisihan tersebut sudah terkikis, kendati
Baca selengkapnya
Angkat Tinggi Dagumu
Seperti biasa, kalau seluruh makanan sudah tersaji di meja, Sri pasti akan menemui Rindu untuk memberi tahu kalau majikannya itu sudah bisa menyantap makanannya. Sri mengetuk pintu kamar terlebih dahulu, lalu membukanya ketika terdengar suara Rindu dari dalam. “Makan malam sudah siap, Bu,” ujar Sri memberi tahu dari bibir pintu. Wajah Rindu mengernyit ketika melihat Sri berpakaian rapi dan tidak seperti biasanya. Bahkan, wajah wanita paruh baya itu kini dipoles dengan sedikit hiasan mata, juga lipstrik berwarna merah, khas ibu-ibu yang ada perkampungan tempat tinggal Rindu dulu. “Bu Sri mau pergi?” tanya Rindu sudah berjalan menuju pintu untuk keluar kamar dan pergi ke meja makan. Sri mengangguk. “Pak Dewa malam ini pulang, jadi saya diminta pergi, karena Bu Rindu sudah ada temannya,” terang Sri lalu menggeser tubuhnya dan beranjak dari bibir pintu. “Di kulkas, ada ayam ungkep, Bu. Harusnya saya goreng besok pagi buat sarapan, tapi karena ada Bapak, s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
16
DMCA.com Protection Status