All Chapters of Mission of Coordinate: Chapter 21 - Chapter 30
92 Chapters
Chapter 20
"Gue udah bilang kan?"Deg. Suara seseorang menghentikan langkah Keenan. Ia yang hendak mengambil barangnya di parkiran mendadak berhenti sejenak karena suara tersebut. Lantas dirinya menoleh ke sumber suara di belakang."Lo masih tetep daftar kan?" Ya, Prince dengan kedua tangannya yang disilangkan di depan dada telah berdiri tepat di belakang Keenan."Apa alasan lo nyuruh gue?" balas Keenan seraya menatapnya tajam.Prince melangkah perlahan menuju Keenan hingga jarak mereka hanya beberapa sentimeter. Nafasnya dapat dirasakan jelas di wajah Keenan."Gue udah bilang kan, biar waktu yang akan menjawabnya," ucap Prince seraya menatap mata Keenan dengan tajam."Waktu waktu waktu lagi! Lo gak punya hak buat nyuruh gue seenaknya.""Oh tentu gue punya hak. Lo—""Jangan mentang-mentang dengan status bangsawan lo, lo bisa semena-mena. Lagian apa untungnya buat lo kalau gue batalin pendaftaran itu?!" Nada Keenan agak meninggi.
Read more
Chapter 21
"Kita satu team?"Orang yang ditanya menjawab dengan anggukkan kepala."Hahaha gak nyangka," ujar Arga kepada Natashya.Dinding ruangan otomatis tertutup membentuk sekat-sekat. Satu ruangan telah terbagi menjadi beberapa sekat yang masing-masing sekat terdiri dari empat team.Beberapa guru memasuki setiap sekat untuk menilai kinerja kelompok. Topik permasalahan lantas dibagi. Setiap team merapat membentuk lingkaran dan berdiskusi tentang topik yang didapat.Keenan beserta team-nya mendapat topik yang bertuliskan "Death Valley adalah padang pasir yang terletak di negara bagian California. Padang pasir ini adalah daerah yang sangat panas, kering dan terendah di Amerika Serikat (90 m di bawah permukaan air laut). Sebuah batu seberat 700 pound secara misterius bergerak dari satu tempat ke tempat lain, tanpa ada kekuatan dari luar yang mendorongnya. Bagaimana batu tersebut dapat bergerak? Jela
Read more
Chapter 22
Waktu istirahat baru saja dimulai. Semua siswa yang berhasil lolos ke seleksi tahap dua langsung berlarian menuju ruang seleksi. Kali ini ruang seleksi berada di gedung bagian utara— gedung yang bersebelahan dengan lapangan sepak bola.Sebelum masuk, para siswa dipindai menggunakan x-ray security untuk menghindari kecurangan. Siswa yang ketahuan membawa contekan atau barang yang dilarang langsung masuk ke dalam black list.Keenan berjalan sendirian menuju gedung tersebut. Ia sempat melihat Finn tadi saat mengembalikan buku di kelas. Namun, ia memilih untuk mengabaikannya dan lanjut melangkahkan kaki menuju gedung seleksi sendirian tanpa mempedulikan panggilan Finn. "Siswa berikutnya." Guru yang berjaga memanggil satu persatu siswa untuk dicek.Giliran Keenan yang dicek. Ia hanya membawa kartu peserta sehingga bisa dengan mudah lolos.Gedung seleksi sungguh megah. Berbentuk seperti GOR untuk pertandingan
Read more
Chapter 23
Momen yang sama seperti sebelumnya. Pagi ini seluruh papan pengumuman telah dipadati oleh puluhan siswa. Rasa penasaran terhadap hasil seleksi tahap dua kemarin sore lah penyebabnya. Hanya lima puluh orang terbaik dan beruntung yang dapat melanjutkan ke tahap berikutnya."Yah nama gue gak ada?" keluh Arga pada dirinya sendiri. Setelah meneliti satu persatu, nama yang biasanya berada di urutan awal kini tidak terpampang."Ha? Serius?" Manik mata Finn mulai memindai pengumuman di hadapannya."Eh iya kok gak ada?" tanya Finn lagi setelah selesai meneliti daftar nama di pengumuman tersebut."Yah, berarti gue ga—""Lo gak ngitung itu jumlahnya cuma 47 siswa? Lo masih punya kesempatan," ucap seseorang yang ternyata telah berdiri di samping Arga. Mungkin sejak tadi."Keenan?""Ikut gue, kita tanya ke ruang guru."Arga dan Finn bengong. Kemarin Keenan masih ngambek jadi mereka memilih untuk tidak mengusiknya dulu. Pagi ini Keenan
Read more
Chapter 24
Dua buah nampan mendarat sempurna di meja panjang. Arga dan Finn membawakan pesanan mereka berempat. Kantin nampak sepi karena jam pelajaran masih berlangsung. Sementara peserta seleksi dibebaskan untuk memilih —mengikuti pelajaran atau tidak.Arga duduk di sebelah Keenan, sedangkan Finn menjejeri Natashya. Finn sempat berbisik singkat kepada Natashya. "Gak usah diambil hati kalau si Arga ngomong aneh-aneh."Natashya hanya menoleh dan tersenyum singkat.Hidangan yang tersedia mulai disantap. Belum ada pembicaraan semenjak Arga dan Finn kembali dengan nampan di tangan mereka. Maksudnya, saat Arga dan Finn memesan makanan, sempat ada perbincangan singkat.  • Beberapa menit yang lalu • “Lo keren juga bisa lolos,” ucap Keenan di tengah kecanggungannya dengan Natashya. Ia memberanikan diri untuk membuat atmosfer yang lebih nyaman. Sebenarnya hanya masalah tempat yang membuat dirinya ag
Read more
Chapter 25
"Oh ada suatu hal yang saya lupakan. Apakah saya boleh memberikan bukti kekerasan siswa?""Bukti?" • Lima belas menit yang lalu • Lamunan Keenan menjadi kabur ketika ia mendengar derap langkah kaki mendekat.“Keenan kan?” tanya seorang laki-laki yang tentunya siswa Silverleaf juga.Keenan mendongak untuk memastikan siapa sosok tersebut. Ia tidak mengenalinya. Sepertinya anak kelas lain. Wajahnya tidak begitu familiar.Keenan mengangguk pelan.“Lo disuruh ke ruang konseling.”“Ha? Emang ada apa?”“Bukannya lo yang masukin bangkai tikus ke loker adek kelas, ya?”“Bangkai tikus?”Orang itu mengangkat bahunya. “Entahlah, lagi ramai tuh di depan loker.”Keenan berpikir sejenak. “Bangkai ti
Read more
Chapter 26
Pengumuman mengenai siswa yang lolos seleksi pertukaran pelajar akan diumumkan pada upacara pagi ini. Hal tersebut membuat jantung dua puluh lima siswa berdegup kencang. Bukan hanya dua puluh lima, hampir seluruh siswa Silverleaf juga merasakan jantungnya berdegup lebih kencang. Entah bagaimana hasilnya, yang jelas mereka telah berusaha semaksimal mungkin.Sepekan lalu akan menjadi hari bersejarah bagi Silverleaf. Program bergengsi itu tentu membuat semua pihak harus memberikan usaha yang ekstra. Silverleaf harus memilih siswa yang terbaik dari yang terbaik dan para siswa tentu saja harus menjadi bagian dari itu."Finn, coba pegang sini." Arga meletakkan tangan Finn di dadanya untuk merasakan detak jantungnya."Yaelah santai aja, Ga. Lo ambis kan di belakang gue sama Keenan? Gak usah sok deg-degan.""Isshh lo bukannya ngasih kata-kata penyemangat malah ngeledekin gue. Tapi nih, gue lebih mending gak lolos daripada kita bertiga beda tujuan.""Shuutt
Read more
Chapter 27
"Selamat." Keenan mengulurkan tangannya."Makasih, Kak. Selamat juga." Natashya menjabat tangan di depannya."Kalau tau gitu, harusnya lo yang ajarin gue biar gue bisa masuk tiga besar.""Aku cuma beruntung aja, Kak.""Ishh lo mau gue ceramahin kaya pas di kantin?""Hehe udah cukup waktu itu aja." Natashya menunjukkan deretan giginya sembari memberi tanda peace melalui jarinya."Anyway, lo mau hadiah apa dari gue?""Eh? Hadiah? Gak usah lah, Kak.""Sebutin aja. Gue bakal beliin.""Gak perlu, Kak.""Gue bisa baca sorot mata lo yang kecewa karena bukan gue yang kasih coklat, bunga, dan lainnya itu.""Isshh siapa yang kecewa? Aku cuma penasaran aja siapa yang kasih.""Halah udah gak usah sok jaga image. Kalau lo penasaran siapa yang kasih, lo bisa tanya gue.""Serius? Kak Keenan udah tau?""Lagi nyelidikin sebenernya. Tapi nih, kalau lo mau tau lo harus minta hadiah dari gue!" paksa K
Read more
Chapter 28
Sepasang sepatu bergelantungan di genggaman seseorang. Daripada kaos kaki yang ia kenakan bau, ia memilih untuk melepas sepatu karena kakinya sudah basah oleh keringat. Dengan nafas tersengal-sengal orang itu berjalan menuju gedung "calon kafe" tempat markas siswa pertukaran pelajar."Hahaha akhirnya lo dateng juga!" sambut Arga begitu melihat Keenan di ambang pintu. Sembilan siswa lainnya pun juga ikut menoleh.Keenan sontak menjatuhkan dirinya di sofa. Ia baru saja menerima hukuman akibat telat lima belas menit. Lari lapangan utama —yang berbentuk seperti stadion sebanyak sepuluh putaran. Tulang kakinya seperti sudah mau patah. Seluruh tubuhnya telah dibasahi oleh keringat. Tidak hanya itu, poin hukuman tetap berlaku.Selama dua pekan sebelum keberangkatan, para siswa yang lolos memiliki jadwal intens. Mereka harus mempersiapkan banyak hal. Arza yang memimpin. Ia memberikan training kepada para siswa. Melatih mental dan juga menguji ko
Read more
Chapter 29
"Kaakk!!!" pekik seseorang sembari berlari mendekat. Ia tengah mengatur nafasnya yang belum teratur. "Eh? Lo kenapa?" tanya Arga begitu melihat Nathan seperti dikejar setan. Keenan dan Finn ikut balik badan, melihat apa yang sedang terjadi. "Kak Keenan! G-gue mau ngomong sama kak Keenan," ujar Nathan disela-sela nafasnya yang tersengal. "Hm gue?" Nathan mengangguk. "Lo berdua duluan aja. Ntar gue sama Nathan nyusul," pinta Keenan kepada Arga dan Finn. Kaki Keenan sudah pulih total. Kemarin sepulang sekolah ia banyak menghabiskan waktu di alat pijat di ruang olahraga rumahnya. Selama menunggu hari keberangkatan pertukaran pelajar, sepuluh siswa itu akan selalu berkumpul di gedung "calon kafe" untuk mempersiapkan banyak hal. Nathan lalu membalik tas ransel hingga posisinya berada di depan badan. Tangannya merogoh sesuatu didalamnya. "Taraaa!!! Lihat kak, gue berhasil dapet ini," ujar Nathan sembari menunjukkan sebuah bend
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status